Penulis + Ideologi Bagaikan Dua Sisi Mata Uang
Bukan sekedar
menorehkan tinta pada secarik kertas, bukan sekedar
goresan tanpa makna pada ukiran kayu atau pahatan batu. Semua itu selalu
memiliki semiotic tertentu. Dia tidak hadir dengan sendirinya maupun tanpa
makna. Melainkan selalu mempunyai, membawa, dan memberikan pesan atau informasi
dari si penulis untuk si pembaca. Penulis tidak dengan semena-mena membuatnya,
dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menyatukan ide, penelitian, dan bukti
dari karyanya. Iamemberikan separuh jiwanya dalam karya tersebut. Sehingga
tidak heran, jika karyanya mampu menggambarkan ide dan kepribadiannya. Itulah
mengapa karya yang dihasilkan seseorang tidak pernah bersifat netral (Lehtonen:
2000). Pengaruh ideologi si penulis sangat kental dan mendominasi. Ia selalu
membawa apa yang ia yakini dan mengajak si pembaca untuk mempercayai dan
melakukan apa yang ia yakini.
Melalui karya si
penulis, juga akan tercipta model interaksi sosial (melibatkan penulis dan
pembaca). Mereka mampu menciptakan meaning melalui konfigurasi dan interaksi
yang khas dari keduanya yang mereka bawa dalam teks (Nystrand et al, 1993:299).
Pun literasi
dinggap sebagai pendidikan budaya (Al Wasilah: 2012). Kenapa? Dalam berbudaya
berkaitan dengan sikap dan pandangan seseorang. Oleh karenanya, orang yang
tidak berliterat dikatakan sebagai orang yang tidak berbudaya. Jelaslah, bila
literasi tidak pernah bersifat netral (Al Wasilah: 2012) walaupun orang-orang
literasi memiliki tujuan yang sama (misal memperoduksi karya tulis). Namun,
mereka menyajikannya dengan cara yang berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi
oleh ide dan sikap seseorang dalam mengekspresikan apa yang ia yakini. Apapun
karya yang dihasilkan, baik berupa spoken, written, audio, visual, maupun
gabungan dari keseluruhan (Fowler, 1996). Mereka tidak akan pernah lepas dari
ideologi seseorang yang memproduksi mereka. Ideologi seseorang dipengaruhi atau
semakin meningkat, seiring dengfan kegiatan membaca (mencari informasi) dan
menulis (merepresentasikan informasi) yang semakin banyak ia lakukan.
Ideologi merupakan
penghantar dan alat dari proses sejarah (Fowler, 1996:12). Kenapa? Masih
menurut Fowler (1996: 10), ideologi sangat erat kaitannya dalam understunding
values tentang sosial, ekonomi, politik, dan sejarah. Dimana nilai itu selalu
berubah mengikuti perkembangan zaman. Oleh karenanya, ideologi sebagai alat
yang mampu menjembatani seseorang untuk selalu mengerti apa yang ada
dilingkungannya dan memilah nilai mana yang akan ia yakini. Sehingga, ideologi
disebut juga sebagai keseluruhan dari apa yang kita percayai itu (sets of
beliefs).
Ideologi sangat
umum dan mudah dijumpai pada karya tulis penulis. Seperti Hyland dan Lehtonen
yang dalam buku mereka berisi pembahasan tentang teks dan konteks. Namun
demikian, pendapat dan penjelasan mereka mengenai keduanya sangatlah berbeda.
Kenapa? Ideologi atau cara berfikir seseorang berbeda satu dengan yang lainnya.
begitu pula dalam menghasilkan teks atau karya tulis. Mereka (penulis) selalu
membawa faham (ideologi) mereka ke dalam karya tersebut. Dengan demikian,
mereka akan mampu mengajak pembaca mengikuti dan menyetujui tujuan atau faham
si penulis. Seolah-olah karya tersebut berhasil menghipnotis para pembaca.
Penulis harus
mampu menarik perhatian pembaca atau membuat mereka jatuh cinta pada karya
mereka. Hal ini dapat mempengaruhi minat membaca mereka terhadap apa yang si
penulis inginkan (tujuan) dari karyanya. Peranan tersebut sangat cocok untuk
thesis statement yang tentu berisi ideologi si penulis. Dia adalah bentuk dari
tindakan si penulis untuk mengajak dan membuat si pembaca tertarik pada teks
tersebut. Dia juga biasa disebut sebagai point of view (academic argument). Dia
akan muncul tentang pembahasan secara singkat tentang introduction of topic.
Selain itu, ia harus mampu menyajikan summary dari argumen yang ada dalam teks.
Dengan kata lain, bukanlah hal yang mudah. Walaupun panjang kalimatnya hanya
beberapa kata, tapi ia harus mampu menjadi focus of arguments. Apalagi di dalam
essay ia berstatus crucial thing karena berperan sebagai writer’s topic dan
writer’s opinion of topic. Serumit apapun thesis statement, ia akan selalu
berisikan ideologi si penulis (walaupun secara eksplisit). Ideologi si penulis
memang tidak mudah untuk di mengerti, namun tidak menutup kemungkinan ideologi
tersebut mampu mempengaruhi pembaca.
Kerumitan thesis
statement sebanding dengan fungsinya, yaitu to focus the essay’s subject dan
presence of a good thesis statement aids reader understunding. Untuk
memfokuskan subjek yang ada dalam teks memang tidak mudah. Walaupun sudah jelas
tujuan dan apa yang akan dibahas, terkadang meluas ke area lain yang mudah
tercampur dengan pembahasan si penulis. Seperti pembahasan tentang teks, erat
kaitannya dengan konteks. Bila tidak dibatasi, maka pembatasan dua tema
tersebut akan mudah terkombinasi. Selain itu, benar adanya jika thesis membantu
reader untuk mengerti suatu teks. Kenapa? Reader akan mampu memprediksi dan
mengerti tujuan si penulis, dan informasi apa saja yang ia terima. Itu akan
terjadi jika ia berkompisisi sebagaimana mestinya. Namun jika tidak, pembaca
akan bingung bahkan tidak mau membaca teks si penulis.
Terdapat beberapa
pengertian tentang thesis statement yang semakin erat kaitannya dengan ideologi
si penulis, dalam mempengaruhi dan mengajak si pembaca. Antara lain:
1.
Tells the reader how you will interpret the significance of the
subject matter under discussion.
2.
Is a read map for the paper, in others words, it tells the reader
what to expect from the rest of the paper.
3.
Directly answers the question asked of you. A thesis is an
interpretation of the question of subject, not the subject itself. The subject,
or topic, of an essay might be World War II or Moby Dick; A thesis must then
offer a way to understund the war or the novel.
4.
Makes a claim that others might dispute.
5.
Is usually single sentences somewhere in your first paragraph that
present your argument to the reader.
Dari pengertian di atas, dapat di katakan bahwa thesis statement
adalah kalimat yang mampu menarik perhatian si pembaca. Sehingga ia harus
diletakkan pada paragraf pertama. Bisa dibayangkan jika ia di simpan pada
pargraf kedua atau seterusnya., reader akan bingung dengan apa yang akan si
penulis berikan.
Walaupun thesis statement merupakan ideologi si penulis, namun ia
merupakan hasil dari proses berfikir yang cukup lama. Kenapa? Menentukannya,
harus melakukan beberapa rutual terlebih dahulu. Seperti mencari dan
mengunpulkan bukti-bukti atau references untuk mendukung argument si penulis.
Kemudian, carilah kemungkinan hubungan antara fakta-fakta yang sudah diketahui
dan belum diketahui (persamaan dan perbedaan). Terakhir, berfikir secara
significant tentang hubungan-hubungan tersebut..
Jadi, dalam karya si penulis (teks atau essay) selalu memiliki
ideologi yang awal kemunculannya ada pada thesis statement. Sehingga mereka
tidak dapat dipisahkan. Itulah sebabnya, literasi dan kegiatan lainnya tidak
akan pernah bersifat netral. Bagaimana tidak? Setiap manusia memiliki ideologi
yang berbeda. Walaupun mereka memiliki background agama, budaya, dan sosial
yang sama. Namun, faham dan pemikiran mereka berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh
banyaknya kegiatan membaca (mencari informasi) dan menulis (merepresentasikan
informasi) yang mereka lakukan. Hal ini karena ideologi seseorang berpengaruh
pada pengetahuan yang ia dapat miliki.
0 comments:
Post a Comment