Melirik Classroom Discourse
Pada pertemuan ke empat ini,
pembahasan mengenai evaluasi critical review atas sebuah artikel yang berjudul
"Classroom Discourse to Foster Religious Harmony". Salah masuk
gerbang, yah itulah yang terjadi ketika saya membuat critical review atas
artikel tersebut. Pembahasan yang dimuat mengenai multikultural, sehingga
keterkaitan classroom discourse dan religious harmony tidak nampak. Makna
classroom discourse itu sendiri pun tidak tercantum.
Manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupan
sosial. Manusia mempunyai naluri untuk melakukan interaksi dengan orang lain.
Dalam hidup manusia atau antara manusia dengan kelompok terjadi hubungan demi
memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui itu manusia ingin menyampaikan maksud,
tujuan dan keinginannya. Keinginan yang dimaksud diwujudkan melalui hubungan
timbal balik yang disebut dengan interaksi. Interaksi bisa terjadi apabila
individu melakukan tindakan dan perilaku yang dapat menimbulkan reaksi dari
individu-individu yang lain.
Interaksi pun terjadi di dalam kelas.
Sehingga, dalam classroom discourse terdapat suatu interaksi. Interaksi di sini
yaitu interaksi antara teacher dan student, juga antara student dan student.
Interaksi merupakan sarana atau alat
dalam kehidupan sosial, juga dapat dikatakan sebagai hubungan yang dinamis
antar individu dengan individu, antar individu dengan kelompok, dan antar
kelompok dengan kelompok. Interaksi tersebut dapat terlihat ddalam bentuk
kerjasama, persaingan dan pertikaian atau konflik.
Interaksi terkadang tidak berjalan
mulus seperti yang dibayangkan. Terkadang masalah muncul di dalam interaksi.
Masalah tidak mungkin datang begitu saja. Sehingga, terdapat beberapa hal yang
menjadi faktor munculnya masalah dalam interaksi. Pertama, yaitu background
different. Latar belakang disini mencakup banyak hal. Baik itu ekonomi, sosial,
politik, agama dan lain-lain.
Kedua, yaitu communication strategy.
Strategi lomunikasi yaitu suatu cara untuk mengatur pelaksanaan proses
komunikasi sejak dari perencanaam, pelaksanaan sampai dengan evaluasi, untuk
mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi bertujuan agar pesan mudah dipahami
secara benar, penerima pesan dapat dibina dengan baik, kegiatan dapat
bermotivasi untuk dilakukan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyusunan
strategi kpmunikasi, yaitu:
- Mengenali sasaran
pada kegiatan ini, komunikator perlu
mengenali terlebih dahulu siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi. Dalam
pengenalan sasaran, komunikator harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a.
Pesan
yang disampaikan disesuaikan dengan pengalaman, pendidikan, status sosial, pola
hidup, ideologi dan keinginan sasaran.
b.
Situasi
dan kondisi disekeliling sasaran pada saat pesan akan disampaikan dapat
mempengaruhi penerimaan pesan. Misalbya suasana sedih, sakit, dan situasi
lingkungan yang tidak mendukung.
- Pemilihan media
- Pengkajian tujuan pesan
Ketiga, yaitu goal-driven.
Goal-driben memiliki tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Kognitif yaitu yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya
yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Kognitif
berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk didalamnya kegiatan menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengsistensis dan kemampuan mengevaluasi.
Terdapat 5 aspek dalam proses berfikir, yaitu:
1.
Pengetahuan
: menyebutkan, menunjukkan, menyatakan
2.
Pemahaman
: menjelaskan, menguraikan, merumuskan
3.
Penerapan
: mendemonstrasikan, menghitung
4.
Analisis
: memisahkan, memilih, membandingkan
5.
Evaluasi
: menyimpulkan, mengkritisi, menafsirkan
6.
Kreasi
: mengkombinasikan, mengarang, menciptakan
Afektif yaitu yang berkaitan dengan
sikap dan nilai. Afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
sikap, emosi, dan nilai. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam 5
jenjang, yaitu:
1.
Receiving
: menanyakan, memilih, mengikuti, menjawab
2.
Responding
: melaksanakan, membantu, menyambut
3.
Valuing:
melaksanakan, mengambil prakarsa, mengusulkan
4.
Organization
: mengintegrasikan, mengubah, mempertahankan
5.
Charateristic
by values : bertindak, menyatakan
Psikomotor yaitu yang berhubungan
dengan aktifitas fisik. Misalnya, lari, melompat, menari, memukul, dan
sebagainya. Hasil belajar psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956), yang
menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk skill dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar
afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan perilaku).
1.
Persepsi
: membedakan, menunjukkan, memilih
2.
Kesiapan
: mengawali, bereaksi, mempersiapkan
3.
Gerakan
terbimbing : mempraktikan, mengikuti
4.
Gerakan
terbiasa : mengoperasikan, memasang
5.
Gerakan
kompleks : mendemonstrasikan, mengerjakan
6.
Penyesuaian
pola gerak bervariasi dan kreatif : mengubah, mendaftasikan, membuat variasi,
merancang
Ke empat, yaitu meaning-making
practise. Praktek pembuatan makna antara student dan teacher terkadang berbeda.
Begitu pun antara student dan student yang lain. Sehingga, pembuatan makna ini
terkadang memunculkan masalah juga dalam berinteraksi.
Apabila berbicara mengenai classroom
discourse, maka akan berbicara mengenai classroom discourse analysis. Analysis
disini yaitu mengenai "talk. Discourse terbagi menjadi 2 yaitu teks dan
konteks. Di kelas dikelilingi oleh values dan ideologi, dan ujung-ujungnya ke
religious harmony.
Dalam buku ”Classroom Discourse
Analysis”, terdapat alasan pentingnya analize talk di kelas, yaitu:
1.
Wawasan
yang diperoleh dari analisis wacana kelas dapat meningkatkan saling pemahaman
antara guru dan siswa.
2.
Dengan
menganalisis wacana kelas sendiri, guru telah mampu memahami perbedaan lokan di
kelas.
3.
Ketika
guru menganalisis wacana kelas di kelas mereka, prestasi akademik meningkat.
4.
Proses
melakukan analisis wacana kelas sendiri, dapat menumbuhkan intrinsik dan cinta
seumur hidup untuk praktek mengajar dan potensi meneguhkan hidupnya.
Talk ini dapat mengungkapkan pola
umum perbedaan komunikasi antara kelompok orang yang berbeda. Pola bagaimana
guru dan siswa bergiliran dalam berbicara, mengenalkan topik, menggunakan
beberapa bahasa, bercerita dengan cara yamg berbeda dan lain-lain. Semua itu
dapat menggambarkan kesalahpahaman antara kelompok sosial yang berbeda di dalam
kelas.
Sehingga, manfaat pertama untuk
mempelajari classroom discourse analisis yaitu pertama, untuk memahami. Kedua,
belajar bagaimana melakukan classroom discourse analysis disertai metode.
Ketiga, waktu yang dihabiskan dalam mempelajari classroom discourse analysis.
Bila guru dapat memahami berbagai bentuk pembicaraan di kelas, maka prestasi
sekolah akan meningkat.
Untuk menjadi nasionally board
certified, seorang guru harus mampu untuk "berpikir secara sistematis
tentang praktek mereka dan belajar dari pengalaman" (core propsisi#4,
Badan Nasional Standar Pengajaran Profesional, www. nbpts. Org). Ke empat,
yaitu untuk mempelajari teknik wacana kelas adalah bahwa berlatih wacana kelas
dapat meningkatkan pengalaman keseluruhan mengajar, dan membuat kita terlibat
secara intrinsik dengan kegiatan profesional sebagai guru.
Discourse merupakan "language in
use". Sedangkan, discourse analisis yaitu belajar tentang bagaimana bahasa
digunakan yang mana dipengaruhi oleh konteks yang digunakan. Beberapa ahli
bahasa berpendapat bahwa fitur bahasa mendefinisikannya sebagai kemampuan untuk
mende-contextualized. Contohnya pohon. Tidak perlu ada pohon disekitar untuk
dipahami.
The classroom adalah konteks utama
dan paling jelas untuk wacana yang akan diperiksa. Namun, konteks untuk
analisis wacana jg meluas di luar kelas, dan dalam komponen yang berbeda dalam
classroom talk, untuk mencakup konteks yang mempengaruhi apa yang dikatakan dan
bagaimana hal itu ditafsirkan di dalam kelas. Penelitian kelas diberbagai
situasi telah menunjukkan bahwa interaksi kelas secara dramatis terhadap jenus
bahasa dan peristiwa lliterasi yang didorong atau dibiarkan (Mc Groarty, 1996).
Sedangkan wacana diluar konteks kelas memiliki berbagau kemungkinan yang lebih
luas dapat diterima dan produktif.
Jadi, classroom discourse itu akan
berkaitan dengan classroom discourse analysis. Analysis disini yaitu mengenai
talk. Sehingga, classroom discourse akan memunculkan interaksi. Akan tetapi,
tidak semua interaksi akan berjalan dengan baik, sehingga akan muncul masalah.
Terdapat beberapa faktor terjadinya masalah, yaitu background different,
communication strategy, goal-driven, dan meaning-making practise. Discourse
merupakan language in use, yang mana terbagia menjadi teks dan konteks.
Sehingga, manfaat classroom discourse yaitu untuk memunculkan mutual
understanding, belajar bagaimana melakukan classroom discourse anaysis, waktu
dalam melakukan itu dan untuk mempelajari teknik classroom discourse.
0 comments:
Post a Comment