Seperti Tangan (Text) dan Sarung Tangan (Context)
5th meeting
of writing and composition 4. Pada class review kali ini, pembahasan akan
pokoknya ber genre rock banget, karena mencakup beberapa materi yang sangat
kompleks. Seperti konteks, delapan parameter dalam konteks, writing and
culture, writing and technology, writing and genre, writing and identity, juga
hubungan antara literasi dan sejarah, dan sekilas pandang mengenai sosok howard
zinn.
Menurut
Ken Hyland, cara untuk memahami tulisan
dikembangkan
melalui pemahaman
konteks. Perlu disadari bahwa makna bukanlah sesuatu yang
berada di kata-kata yang di tulis, tetapi diciptakan dalam interaksi antara penulis
dan pembaca karena keduanya
memahami kata-kata dengan cara
yang berbeda, masing-masing berusaha menebak niat yang lain.
Quotes 2.1 Van Dijk (2008) mengenai
konteks, “Ini bukan situasi sosial yang mempengaruhi ( atau dipengaruhi oleh )
wacana, tetapi cara peserta mendefinisikan seperti situasi sosial. Konteks demikian
bukan semacam kondisi 'obyektif' atau terjadi secara langsung, melainkan (
inter ) konstruksi subjektif dirancang dan secara bersambung diperbarui dalam
interaksi oleh peserta sebagai anggota kelompok dan masyarakat. Jika mereka, semua
orang dalam situasi sosial yang sama akan berbicara dengan cara yang sama. Konteks
merupakan peserta konstruksi.”
Jadi, bukannya melihat konteks sebagai sekelompok variabel statis yang mengelilingi
penggunaan bahasa, tetapi harus melihatnya sebagai status sosial, interaktif berkelanjutan
dan terikat waktu (Duranti dan Goodwin, 1992). Konteks mungkin bersifat
intuitif meliputi segala sesuatu. Hal ini diungkapkan oleh Cutting (2002: 3) yang
menyatakan bahwa ada tiga aspek utama dalam menafsirkan konteks, sebagai
berikut:
Ø Situational
context: Apakah orang tahu tentang mereka yang bisa melihat
disekitar
mereka;
Ø Background
knowledge context: Apakah orang tahu tentang dunia, tentang aspek kehidupan dan
tahu tentang satu sama lainnya;
Ø Co-textual
context: Apakah orang tahu tentang apa yang mereka bicarakan.
Ini berarti bahwa semua penggunaan bahasa tertulis
dapat dilihat sebagai dimana tempat-tempat dan waktu yang
tertentu: di rumah,
sekolah, tempat kerja, atau universitas, dan di komunitas
tertentu yang berhubungan dengan kombinasi tertentu seperti konteks,
literasi, genre, kultur, teknologi, dan identity. Analisis yang
berorientasi pada bahasa lebih memahami konteks dengan cara yang berbeda dan mengenal teks. Dalam pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik menunjukkan
bagaimana konteks disajikan dalam pola
penggunaan bahasa. Menurut Halliday mengembangkan analisis konteks berdasarkan
gagasan bahwa teks adalah hasil dari pilihan bahasa
penulis dalam tertentu konteks situasi (Malinowski, 1949). Artinya, bahasa
bervariasi sesuai dengan situasi di mana bahasa digunakan. Konteks situasi adalah
situasi secara langsung di mana penggunaan bahasa terjadi dan variasi bahasa dalam
konteks tersebut bervariasi dengan konfigurasi field, tenor dan mode.
Dimensi konsep 2.1 Halliday tentang konteks sebagai berikut:
· Field : merujuk pada
subjek, topik dan peristiwa atau aktifitas.
· Tenor: merujuk pada
orang yang terlibat (partisipan), jarak, status dan hubungan partisipan.
· Mode: merujuk pada
kode bahasa baik lisan maupun tulisan, saluran komunikasi.
Mengenai Writing and Context, dapat dketahui bahwa makna teks terjadi melalui perantaraan interaksi
antara penulis dan pembaca, karena keduanya yang melakukan negosiasi makna. Konteks adalah suatu cara untuk
mengetahui makna teks itu sendiri.
Writing and Literacy, membaca dan menulis merupakan bentuk
literasi. Dengan literasi membantu orang untuk mengetahui bagaimana merasakan
kehidupan orang lain melalui kegiatan membaca dan menulis.
Writing and Culture, budaya adalah
suatu jaringan yang memiliki nilai makna yang tinggi untuk dapat dikembangkan,
disampaikan, sebagai pengetahuan, dan ungkapan perasaan kepada dunia
Writing and Technology, untuk menjadi
orang yang literat, kita dituntut untuk menguasai teknologi. Pada zaman modern
ini, sebuah tulisan lebih banyak dalam bentuk media elektronik seperti artikel,
e-book, dan lain-lain daripada media tulis. Genre dan
komunitas bermunculan sebagai contoh inovasi dari bagian teknologi.
Writing and
Genre, genre merupakan bagian yang paling penting dari konsep pembelajaran
bahasa, karena suatu peristiwa social yang berbeda-beda dalam pengucapan bahasa
disetiap daerah-daerah.
Writing and
Identity, merupakan cara untuk membangun
jati diri seseorang dalam menulis, dan bagaimana orang dalam menampilkan atau
mengeskpresikan jati dirinya melalui tulisan atau menulis.
Sedangkan menurut Lehtonen (2000), text
dan context tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Keduanya memiliki fungsi
untuk mencapai tujuan yang sama yaitu meaning, dan teks itu berfungsi sebagai
sesuatu yang dihasilkan oleh manusia atau alat komunikasi, yang dapat di tulis
di segala benda seperti kayu, pelepah kurma, batu, dan lain sebagainya.
Menurut Lehtonen, dalam menjelaskan
mengenai teks, dibagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi fisik (teks as physical being), dan dimensi
semiotik (teks as semiotic being).
Teks merupakan
bentuk fisik, namun hadir dalam beberapa bentuk dalam semiotik. Teks dikaitkan
dengan bentuk fisik, digambarkan dalam beberapa bentuk fisik yang jelas seperti
tinta, kertas, dan lain-lain. Menurut Lehtonen, teks adalah artefak yang bisa
berbicara (cummunicative artefact). Teks dihasilkan dari bantuan beberapa
tekhnologi, seperti pesan E-mail, teks yang
diartikan sebagai artefak adalah keyboard computer, monitor, display dan
lain-lain.
Sedangkan teks sebagai semiotik, teks dijelaskan
dalam bentuk tulisan (writing), picture, pidato (speech), music, dan
simbol-simbol lainnya. Menurut Lehtonen teks sbagai semiotic memiliki 3
karakteristik yang khas, yaitu materiality,
formal relation, dan meaningfulness. Ciri yang pertama
teks secara material (materiality), merupakan teks yang digambarkan seperti
gelombang radio yang memancar selama pembicaraan berlangsung (act of speech).
Kemudian teks secara formal relation, teks yang dijelaskan dalam bentuk grammatical function seperti fonem,
suku kata, klausa, kalimat, dan lain sebagainya. Lalu teks dalam artian
meaningfullness, teks dideskripsikan pada suatu keadaan yang ada di luar
dirinya.
Kemudian teks itu selalu berkaitan
dengan konteks. Konteks merupakan suatu bagian dari teks yang berhubungan
dengan teks, atau sesuatu yang mengelilingi atau diluar teks. Secara
tradisional, konteks diartkan sebagai background dari sebuah teks yang bertujuan
untuk tambahan informasi, konteks juga digunakan untuk membantu memahami teks
itu sendiri. Konteks tidak akan hadir sebelum hadirnya author (penulis) atau
teks, karena konteks hadir diluar teks. Konteks dalam proses terjadinya formasi pembentukkan makna, terjadi
karena adanya penulis dan pembaca yang melibatkan semua faktor, terutama karena
kemampuan keduanya yang tidak bersambungan satu sama lain dan dalam kerangka
nilai pendapat. Menurut Guy Cook, konteks mencakup semua
faktor sebagai berikut:
ü Substansi,
materi fisik yang membawa atau relay teks
ü Music
and Picture
ü Paralanguage,
perilaku yang berarti bahasa yang menyertainya, seperti kualitas suara, gerak
tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan (dalam kecepatan), dan pilihan dari jenis
huruf dan ukuran huruf (secara tertulis)
ü Situation,
sifat dan hubungan objek dan orang-orang di sekitarnya teks, seperti yang
dirasakan oleh para peserta
ü
Co-text, teks yang mendahului atau
mengikuti yang di bawah analisis, dan yang peserta menilai milik wacana yang
sama
ü
Intertext, teks yang peserta anggap
sebagai milik wacana lain, tapi yang mereka persekutukan dengan teks di bawah
pertimbangan, dan yang mempengaruhi interpretasi mereka
ü Participant,
niat dan interpretasi mereka, pengetahuan dan keyakinan, sikap interpersonal,
afiliasi dan perasaan.
ü
Function, apa teks dimaksudkan untuk
melakukan oleh pengirim dan addressers, atau dianggap dilakukan oleh penerima
dan addressees.
Kemudian
pembahasan mengenai hubungan antara literasi dengan sejarah adalah, literacy is
central history. Literacy menyediakan kendaraan yang sempurna untuk history,
seperti tangan dan sarung
tangan.
Literasi bisa dijadikan strategi untuk menguak kebenaran sejarah yang
memberikan fokus untuk berpikir kritis dan
menulis. Sejarah menghasilkan
berbagai macam jenis teks, dan sejarah tersebut menyediakan konteks yang
komprehensif.
Mengenai artikel howard zinn, “Speaking truth to
power with books” yang menceritakan sosok kekejaman dari seorang Christoper
Columbus adalah penjahat kemanusiaan, pelaku genosida yang menyebabkan puluhan
juta suku asli Indian musnah olehnya, seorang penindas, penyiksa, dan pemerkosa.
Berbanding terbalik dengan beberapa artikel sejarahwan lainnya yang menuliskan
tentang Christopher Columbus yang dianggap sebagai penemu benua amerika. Howard
Zinn, adalah seorang sejarahwan yang radikal dan seorang aktivis oposisi yang
terkait keterlibatan Amerika di Vietnam.
Akibat artikel yang ditulisnya
tersebut, Noam Chomsky sampai –sampai mengatakan, “tulisan-tulisan zinn telah
banyak merubah kesadaran satu generasi penduduk amerika, dan membantu membuka
jalan baru dalam memahami serta memberikan makna yang penting bagi kehidpuan”.
Kemudian mengenai konteks yang
digunakan dalam penceriteraan Christoper Columbus merupakan konteks bersifat non-linguistik,
karena yang dijelaskan merupakan peran dan kebenaran yang ada dalam teksnya.
Teksnya berkaitan dengan aroma-aroma konteks antropologi, yang menyangkut
agama, politik, sosial, sejarah, dan lain-lain. Howard Zinn menggambarkan
Christopher Columbus melihat hanya dari sudut pandang tindakan negatif saja,
dan tidak menjelaskan Columbus sebagai seorang pahlawan.
Dengan demikian, mengenai pembuatan
sejarah sangatlah terkait dengan praktek literasi, karena hanya orang yang
berliterasilah yang dapat membuat sejarah maupun memutarbalikkan sejarah.
Howard Zinn adalah orang yang paham dengan situasi dan kondisi bahkan fakta-fakta
yang ada dalam sejarah Amerika karena beliau sejarahwan dari Universitas
Boston, Amerika. Melalui tulisannya, beliau mampu mengubah suatu kesadaran
generasi tulisan.
Referensi:
Miko Lehtonen (2000). The
cultural Analysis of Text
Ken Hyland
(2009). Teaching and Researching writing, second edition
Vesperi D. Maria, Waterston Alisse (2009_).
Anthropology off The Shelf:
Anthropologists On Writing.
http://www.history.org.uk/resources/primary_resource_3638,3656_130.html diunduh pada tanggal 7 maret 2014 pukul
15.58 WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/Howard_Zinn diunduh pada tanggal 7 maret 2014 pukul
16.01 WIB
http://teachinghistory.org/nhec-blog/25172 diunduh pada tanggal 7 maret 2014
pukul 16.05 WIB
0 comments:
Post a Comment