3 Maret 2014
Mengulas
beberapa point penting pada Critical Review 2 yang membahas tentang pernyataan Howard
Zinn melalui artikelnya berjudul “Speaking
Truth to Power with Book” dengan berani menentang Columbus sebagai seorang
pahlawan. Sejarah menyebutkan bahwa
benua Amerika pertama kali ditemukan oleh Christoper Columbus. Hal yang telah menjadi pengetahuan umum semua
anak manusia dibumi ini. Namun berbagai
literature dan berbagai bukti fisik berupa prasasti, manuscript, dan kabar
berita lainnya menyebutkan lain, bahwa bukan Columbus lah penemu benua
Amerika. Kenapa? Karena 70 tahun sebelum Columbus menjejakan
kaki di Amerika, daratan yang disangkanya India, Laksamana Muslim dari Cina
yang bernama Ceng ho –lah yang mendarat di Amerika lebih dulu. Bahkan berabad-abad sebelum Ceng Ho,
pelaut-pelaut Muslim dari Spanyol dan Afrika Barat telah membuat kampung-kampung
di Amerika dan berasimilasi secara damai dengan penduduk local disana. Penemu Amerika bukanlah Columbus, melainkan
penemu Amerika ialah umat islam. Mereka
(umat islam) menikah dengan penduduk local disana, juga dengan orang-orang
Indian disana. Sehingga menjadi bagian
dari local-genius Amerika.
Tulisan-tulisan zinn telah banyak merubah kesadaran satu
generasi penduduk amerika, dan membantu membuka jalan baru dalam memahami serta
memberikan makna yang penting bagi kehidpuan, demikian menurut Noam Chomsky. Dalam kata-kata Zinn, setiap penekanan
tertentu dalam penulisan sejarah akan mendukung sebuah kepentingan. Bisa kepentingan politik, ekonomi, dan
lain-lain. Ada yang menarik ketika kita
juga sebenarnya bisa melempar kritik yang serupa pada Zinn. Bahwa ia juga sedang mengambil sebuah pilihan
ideologis dalam menulis sejarah, bahwa ia menekankan fakta-fakta yang ia suka
dan melewatkan yang lain. Zinn
sebenarnya tak lebih dari petinju dari sudut ring yang berbeda. Interpetasinya mudah saja, jika morison
memandang sejarah columbus dari pihak yang menang sehingga membuatnya selalu
mengagung-agungkan kebesaran columbus, maka zinn memandangnya dari pihak yang
kalah, bahwa Columbus itu sebenarnya bukanlah sang hero melainkan pembunuh.
Berbicara mengenai interpretasi teks, Lehtonen
(2000) dalam menginterpretasi teks, ia melihatnya dari dua dimensi, yakni
dimensi fisik (teks as physical being), dan dimensi semiotik (teks as semiotic
being). Teks adalah bentuk fisik, tetapi
mereka hadir dalam beberapa bentuk untuk menjadi semiotik. Teks berupa fisik, hanya ketika mereka
mempunyai beberapa bentuk fisik yang jelas, seperti tinta, kertas, dan
lain-lain. Teks adalah artefak yang
berbicara (cummunicative artefact). Sebagai artefak, teks diproduksi melalui
bantuan beberapa tekhnologi, seperti pesan E-mail, ia adalah teks yang
diproduksi oleh keyboard computer, monitor, display dan lain-lain.
Sementara
secara semiotik, teks dapat diinterpretasikan ke dalam bentuk tulisan
(writing), pidato (speech), picture, music, dan symbol lainnya. Dari semua bentuk tersebut, teks
dikarakteristikkan ke dalam 3 feature, yakni materiality, formal relation, dan
meaningfulness. Secara material atau
fisik, teks diumpamakan seperti gelombang radio yang memancar selama kegiatan
pembicaraan berlangsung (act of speech). Dalam hubungan formalnya, teks
diklasifikasikan ke dalam hirarki-hirarki grammatikal, seperti fonem, grapem
silabel, kata, klausa, kalimat, dan lain-lain. Sementara dalam makna semantic, teks merujuk
pada suatu keadaan yang ada di luar dirinya.
Teks
biasanya selalu dibarengi dengan konteksnya. Konteks adalah anggota teks yang selalu ada
bersama-sama dengan teks, sering juga diartikan sesuatu yang ada disekitar atau
diluar teks. Dalam terma sederhana,
konteks dimaknai sebagai background dari teks yang berperan sebagai tambahan
informasi, karena konteks digunakan untuk membantu memahami teks itu sendiri. Konteks tidak akan hadir sebelum hadirnya
author (penulis) atau teks, karena konteks hadir diluar teks.
Konteks
melibatkan semua faktor yang penulis dan pembaca bawa ke dalam proses
pembentukan makna. Berikut 8 parameter
konteks :
1.
Substance (pokok), physical material
which carries the text
2.
Music and picture
3.
Paralanguage, meaningfull behavior
accompany language, such us voice quality, gesture facial expression, touch (in
speed), and choice of typeface and letter size (in writing)
4.
Situation, properties and relations of
object and people in vicinity of text as perceived by participant.
5.
Co–text, text which proceed or follow
that under analysis and which participant judge to belong to same discourse
6.
Intertext, text which participant
perceive as belonging to other discourse, but which they associate with the
text under consideration which affect their interpretation.
7.
Participant, their intention and
interpretation, knowledge and belief interpersonal attitude, affiliation and feeling.
8.
Function, what the text intended to do
by senders and addressers, or perceived to do by receivers and addressers.
Cutting (2002 : 3),
menyebutkan 3 aspek utama dari penafsiran konteks, yaitu:
·
Situational context : Apakah orang tahu
tentang mereka yang bisa melihat disekitar mereka
·
Background knowledge context : Apakah
orang tahu tentang dunia, tentang aspek kehidupan dan tahu tentang satu sama
lainnya.
·
Co-textual context : Apakah orang tahu
tentang apa yang mereka bicarakan.
Menurut halliday (1985)
dimensi konteks ada 3, yaitu field, tenor, dan mode.
§ Field
: merujuk pada subjek, topik dan peristiwa atau aktifitas.
§ Tenor
: merujuk pada orang yang terlibat (partisipan), jarak, status dan hubungan
partisipan.
§ Mode
: merujuk pada kode bahasa baik lisan maupun tulisan, saluran komunikasi.
Menulis ( Hyland : 2009
) merupakan suatu ruang yang luas dalam memahami berbagai aspek. Dalam
pengaplikasiannya, sering terjadi keterlibatan dengan konteks, literasi,
kultur, tekhnologi, genre dan identitas.
¶ Konteks,
kita mengetahui makna teks melalui perantaraan interaksi antara penulis dan
pembaca, karena merekalah yang melakukan negosiasi makna. Konteks merupakan
cara untuk mengetahui makna teks itu sendiri.
¶ Literasi, menulis
dan membaca merupakan tindakan literasi. Bagaimana kita menggunakan bahasa
dalam kehidupan sehari-hari. Literasi membantu kita untuk mengetahui bagaimana
orang merasakan kehidupannya melalui praktek rutin dari membaca dan menulis.
¶ Kultur
secara umum dipahami sebagai sejarah yang ditularkan dan sistem jaringan makna
yang mengizinkan kita untuk memaknai, mengembangkan, serta menyampaikan
pengetahuan dan perasan kita kepada dunia.
¶ Tekhnologi
untuk menjadi orang yang literat, kita dituntut untuk menguasai tekhnologi.
Dewasa ini, tulisan lebih banyak tersaji dalam bentuk media elektronik seperti
artikel, e-book, dan lain-lain ketimbang media tulis. Inovasi tekhnologi hadir
untuk menantang penulis. Mereka juga membuka identitas baru, genre dan
komunitas kepada penulis.
¶ Genre,
dikenal juga dengan tipe aksi percakapan yang berpartisipasi dalam peristiwa
sosial. Genre merupakan salah satu yang paling penting dari konsep
pembelajaran bahasa.
¶ Identity
merupakan cara orang menampilkan atau menunjukkan siapa mereka sebenarnya. Implikasinya, menulis sedang membangun
jati diri seseorang.
Jadi
kesimpulan yang dapat saya ambil dari Class review kali ini yaitu sesungguhnya
perbedaan kontekslah yang menciptakan karangan sejarah seseorang dengan orang
lainnya akan berbeda. Sehingga kita
tidak bisa membenarkan atau menyalahkan karangan seseorang. Karena pada intinya mereka menulis sejarah
tersebut berdasarkan konteks mereka masing-masing.
References
[Mikko_Lehtonen]_The_Cultural_Analysis_of_Texts
[Ken_Hyland]_Teaching_and_Researching_Writing
0 comments:
Post a Comment