Dua Gerbang Menuju Kehidupan Berliterasi
Tersesat
pada Critical review 1 mengenai Classroom
Discourse sebetulnya bukan hal yang salah namun hanya belum terkoneksi antara classroom
discourse dan religion harmony. Meskipun kita semua salah gerbang masuk untuk
meuju classroom discourse namun itu adalah tahapan proses kita berevolusi selain
itu juga sedang mengalami untuk menjadi reader quality. Tahap berevolusi adalah
suatu perubahan untuk menjadi lebih baik
sehingga mencapai reader yang quality. Untuk mencapai hal tersebut membutuhkan
tahapan proses secara perlahan. Semua berawal dari belajar, menulis, praktek, berfikir dan mengkritis. Perubahan tersebut
harus mencapai level yang ditargetkan. Tentunya dengan prosentase setiapnya
selalu naik.
Menurut Rymes dari buku yang berjudul “Classroom discourse Analysis”
secara umum adalah suatu bahasa yang digunkan sedangkan analysis discourse
adalah pelajaran bagaimana pengaruh penggunakan bahasa dari penggunaan konteks
didalam kelas. Konteks dapat menjangkau dari pembicaraan dalam pelajaran bagi
murid yang memasuki kehidupan waktu social dan juga sejarah.
Classroom discourse dapat mencakup
1. Hanya pembelajaran di kelas (penerapannya)
2. Interaksi di dalam kelas (praktek dan simulasinya)
3. Paedagogik
Ilmu pendidikan yang satu ini mencakup penerapan
mendidik seperti ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan gejala-gejala
perubahan mendidik. Menurut J. Hoogveld paedagogik
adalah ilmu yang mempelajari masalah pembimbing anak kea rah tujuan tertentu,
yaitu mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Sedangkan menurut M.J.
Langeveld (19555, dalam Depdikdub 1984) mengemukaan bahwa paedagogik (ilmu
mendidik atau ilmu pendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah
objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan
mempelajari pulabagaimana sehrausnya bertindak. Oleh karena itu ilmu tersebut
di sebut dengan ilmu praktis.
Dari
kedua pendapat saya pribadi dapat mengambil kesimpulan bahwa paedagogik cocok
untuk system penerapan Classroom Discourse. Sebab system penerapan Classroom
Discourse bukan hanya sasara objektif pada siswa tetapi jugamencakup sasaran
objektif pada tindakan atau praktek penerapan yang dilakukan oleh siswa.
4. Teaching and learning (cara menyampaikannya)
5. Interaction (tindakannya)
Interaction terdiri dari guru dan murid. Mengapa
guru dan murid sebab itu menjadi complicated dalam peran discourse. Mengapa?
berikut alasannya:
- Perbedaan background (agama. Social, politik, ekonomi dan budaya). Jelas sangat berbeda.
- Communication
System penyampaian dalam berkomunikasi jelas
berbeda. Hal tersebut dipengaruhi oleh masing-masing latar belakang yang
berbeda pula. Sehingga aksen yang ditimbulkan jelas beragam.
- Goal-driven
- Meaning making picture (terdapat pada text)
Menurut Chaedar bahwa karekter seseorang dapat di
bangun melalui praktek literasi. Karakter juga dibangun melalui disiplin. Jika
classroom discourse dihubungkan dengan religion harmoni kata kuncinya adalah
mutual understanding atau toleransi. Yang menjadi local difference (berbeda)
- Konteks
Pengembangan menggunakan kata di dalam konteks di
dalam buku. Secara umum yang paling utama dari konteks ini adalah kita akan meneliti
atau menelaah. Bagaimanapun juga menganalisis classroom discourse juga
memperluas system ruangan atau kelas. Dan dengan perbedaan komponen dari berbicara
termasuk kepada konteks. Konteks dapat mengarah kepada fisik, pendekatan bahasa
di rumah untuk bisa menjadi pendekatan bahasa yang berbeda di sekolah. Tetapi
konteks juga tidak dapat kepada fisik jika dari discoursenya yaitu pendekatan
bahasa pada saat belajar dan mungkin dapat menjadi perbedaan pada saat bahasa
setelah selesai digunakan.
- Analysis
Discourse
Analysis adalah mencakup investigasi bagaimana bahasa itu digunakan dan
dipengaruhi dari setiap konteksnya. Selagi menganalisis hubungan anatara
konteks dan discourse selalu meliputi jalan dari backgroundnya. Apa jenis yang
disampaiakn dan alasan siswa menggunakan sebelunm konteks itu juga termasuk ke dalam melihat masa depan.
Contohnya adalah guru tidak hanya memulai investigasi di rumah dengan alasan
kemampuannya, tetapi juga mengoperasikan siswa ke dalam pengunaan jalan konteks
bahasa di rumah seperti bagaimana mereka menceritakan cerita atau menjawab
pertnayaan di dalam berlangsungnya pelajaran di kelas. Ini pemilihan di konteks
dalam kelas, memilih murid-murid berpetualangan di sekolah, menambahkan
kemampuan mereka untuk berpartisipasidan mendidik mereka dalam kelas yang
sukses menurut (Heath, 1983).
Dari
penjabaran diatas prespective dari classroom discourse adalah: menempatkan kita
pada bagian bersama-sama bahwa analisis classroom discourse menjadi diuraikan
sebagai penggunaan konteks bahasa di ruangan kelas ( dengan pemahaman bahwa
konteks ini dipengaruhi juga dari konteks social yan berlipat ganda dengan di dalam
kelas) untuk dapat mengerti bagaimana konteks dan pembicaraan mempengaruhi satu
sama lainnya.
Dari
penjelasan mengenai analysis classromm discourse di atas kita dapatmnegambil
kesimpulan bahwa secara menyeluruh dari pengunaan beberapa diskusi, contohnya
ilustrasi bagaimana proses classroom discourse analisis meneliti 3 dimensi
bahasa yang digunakan yaitu:
1.
Social and institutional contexts
Lebih
dari satu bahwa nampaknya untuk memerintahkan jenis hal apa yang kita lakukan
dan mengatakannya di kelas, memasukan jenis identitas kita ke dalam pekerjaan prasangka yang lainnya.
2.
Interaction itself
Lebih
dari satu dapat pergi pada kenyataanna yang tidak terduga meskipun harapannya
adalah normative.
3.
Individuals’ personal agency
Pengaruh
bagaimana bentuk struktur yang digunakan dan mengambil dalam potensi yang baru
dan jalan yang kreatif di dalam pemberian interaction atau konteknya. Jadi jika
kita kaitkan antara classroom discourse dengan Religion Harmony adalah
sama-sama mengacu kepada context dan text yang telah dirancang sebelumnya baik
dari penerapan discourse maupun religion harmoni yang juga diterapkan pada
siswa. Siswa untuk menyadari kesadaran saling berbeda latar belakangnya.
Hal tersebut dalam menganalisis
berbagai tet, meskipun salah gerbang ataupun kesalahn-kesalahan yang lainnya
semua iu merupakan sebuah tahapan proses dimana seorang reader yang quality
yaitu mempunyai respon yang tinggi, kritik yang sedetail mungkin dan dapat
mengambil intisari yang telah dibacanya. Quality reader bukan hanya membaca dan
membaca tentunya dilengkapai dengan berfikir, merespon, menuangkan ke dalam
tulisan sebagai bahan referensi di masa yang akan dating kelak dibutuhkan.
0 comments:
Post a Comment