Menulis
adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu
media dengan menggunakan aksara.
Menurut
Pranoto (2004; 9) menulis berarti menuangkan buah pikiran kedalam bentuk
tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis
juga dapat diartikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan
dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, melalui proses menulis kita dapat
berkomunikasi secara tidak langsung.
Menurut
Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989; 1) writing is one of the most important
things you do in college (menulis merupakan salah satu hal terpenting yang kamu
lakukan di sekolah).
Menurut
Eric Gould, Robbert DiYanni, dan William Smith (1989; 18)writing is a creative
act, the act of writing is creative because its requires to interpert or make
sense of something: a experience, a text an event (menulis adalah perilaku
kreatif, perilaku menulis kreatif karena membutuhkan pemahaman atau merasakan
sesuatu: sebuah pengalaman, tulisan, peristiwa.
Tulisan
dengan aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat
ini) menciptakan tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dengan
huruf-huruf heiroglif yang mewakili kata-kata atau benda.
Sejarah mencatat bahwa bahasa telah berkembang
secara berbeda pada tiap peradaban manusia. Awal mula tulisan diketahui pada
masa proto dengan sistem ideografik dan simbol mnemoik. Penemuan tulisan
ditemukan pada dua tempat yang berbeda: Mesopotamia (khususnya Sumer kuno)
sekitar 3200 SM dan Mesoamerika sekitar 600 SM. Dua belas naskah kuno
Mesoamerika diketahui berasal dari Zapotec, Meksiko. Sementara itu, tempat
berkembangnya tulisan masih menjadi berdebatan antara di Mesir yaitu sekitar
3200 SM atau di China pada 1300 SM.
Di
indonesia sendiri terjadi dua periodisasi yaitu dari zaman pra-aksara menuju
zaman sejarah. Zaman pra-aksara yaitu zaman di mana manusia belum mengenal
tulisan dan zaman sejarah adalah zaman di mana manusia sudah mengenal tulisan.
Pada
masa itu manusia di Indonesia mengukir sejarah dengan cara menulis di batu,
daun, pelepah pisang dan di pohon-pohon. Sangat kontras dengan era sekarang
ini, perkembangan teknologi telah mengubah cara menulis. Penemuan pena,
komputer, mesin cetak serta telepon genggam merupakan perkembangan teknologi yang
mempengaruhi cara menulis dimasa modern. Kini penulisan dengan cara menekan
tombol, tidak lagi dengan menggerakkan tangan. Semenjak itulah kegiatan menulis
berkembang pesat, dengan diciptakannya teknik percetakan, menyebabkan orang makin giat menulis karena
karya mereka mudah diterbitkan.
Seperti
yang kita tahu dalam kurun waktu yang tidak begitu lama negeri ini sedang
dihujani karya tulis. Banyak penulis senior dan pemula yang saling berlomba
membuat karya terbaik. Sebenarnya apa sih gunanya menulis di dunia ini? Apa
efek yang dimilikinya? Apakah itu dapat membantu mengubah dunia? Keputusan
menulis itu seperti keputusan seorang guru yang akan bertanya, “Kenapa saya
harus melakukan semua ini? Apa cara itu akan membantu semua orang? Ataukah
melakukan semua itu hanya ingin memperkaya diri dan ataukah hanya untuk
menghasilkan buku yang terbit tanpa ada makna dan tujuan dari tulisan yang kita
hasilkan?”
Mengetahui
tujuan menulis sangat penting, karena menulis merupakan pekerjaan yang
memerlukan waktu dan pemikiran, bukan suatu permainan atau rekreasi. Sebagai
suatu pekerjaan, harus dilakukan dengan dorongan yang kuat. Dorongan yang kuat muncul
karena adanya tujuan yang jelas. Keraf (1993: 34) mengemukakan bahwa tujuan
menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap, dan isi
pikiran secara jelas dan efektif kepada pembaca.
Secara
umum, Semi (1990: 19) membagi tujuan menulis sebagai berikut:
a. Memberikan
arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu,
misalnya petunjuk cara menggunakan mesin, merangkai bunga, dan sebagainya.
b. Menjelaskan
sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang suatu hal yang harus
diketahui orang lain, misalnya menjelaskan mengenai manfaat lari bagi kesehatan
jantung.
c. Menceritakan
kejadian, yakni memberikan informasi tentang sesuatu yang berlangsung di suatu
tempat pada suatu waktu, misalnya menjelaskan tentang masa G30S/PKI.
d. Meringkaskan
yakni membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat, misalnya
dari 150 halaman menjadi 10 halaman, maupun ide pokoknya tidak hilang.
e. Meyakinkan,
yakni tulisan berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau sependapat
dengannya.
Menulis
adalah alat yang sangat ampuh dalam belajar yang dengan sendirinya memainkan
peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dilihat dari sudut pandang
tersebut, fachrudin (1994: 3) mengemukakan kegunaan menulis secara rinci sebagai
berikut.
a. Menulis
monolog menemukan kembali apa yang pernah diketahui. Menulis mengenai suatu
topik merangsang pemikiran pembaca mengenai topik tersebut dan membantu kita
membangkitkan pengetahuan dan pengalaman
yang tersimpan dalam bawah sadar.
b. Menulis
menghasilkan ide-ide baru. Tindakan menulis merangsang pikiran untuk mencari
pertalian, dan menarik persamaan (analogi) yang tidak akan pernah terjadi
seandainya tidak dimulai menulis.
c. Menulis
membantu mengorganisasikan pikiran dan menempatkannya dalam suatu bentuk yang
berdiri sendiri, hanya karena menulis.
d. Menulis
menjadikan pikiran seseorang siap untuk dilihat dan dievaluasi; dapat dibuat
jarak dengan ide sendiri dan dilihatnya lebih objektif pada waktu ditulis.
e. Menulis
membantu menyelesaikan masalah dengan memperjelas unsur-unsurnya dan
menempatkannya dalam suatu konteks visual sehingga dapat diuji.
f. Menulis
tentang suatu topik menjadikan seorang pelajar aktif.
Howard
Zinn dalam bukunya yang berjudul “Speaking Truth to Power with Books” mencoba
membongkar suatu kebenaran yang ditutupi oleh topeng malaikat. Zinn akan
memulai dengan memperkenalkan isu yang paling penting dari semua yang berkaitan
dengan menulis. Ia bertanya, apa gunanya menulis bagi dunia ini? Apa efek yang
dimilikinya? Apakah menulis dapat membantu mengubah dunia?
Seorang
penulis sebelum memulai membuat suatu tulisan harus memiliki suatu keputusan
yaitu: mengapa aku harus menulis? Apakah menulis dapat membantu seseorang
ataukah hanya untuk meningkatkan kepropesionalan diri kita, atau hanya untuk
memperoleh buku yang diterbitkan?
Zinn
berpikir bahwa kita dapat menemukan era di mana tulisan-tulisan muncul dan
kesadaran masyarakat dibesarkan dan kebijakan akan berubah setelah puluhan
tahun berlalu. Menurut pendapatnya bahwa umur berkisar 15, 16, dan 17 memiliki efek yang sangat kuat ketika membaca
buku-buku tertentu.
Di dunia ini ada buku yang benar-benar akan
mempengaruhi pola pikir kita, yang akan mengubah hidup kita. Pertanyaannya
adalah bagaimana membuat suatu hubungan antara bagaimana para penulis
mempengaruhi kita, dan apa yang kemudian kita lakukan, lantas koneksinya antara
apa yang akan kita lakukan dan apa yang akan orang lain lakukan, selanjutnya
apa hubungan dari apa yang orang lain lakukan dengan apa yang akan terjadi di
dunia.
Jadi pada dasarnya kita tidak akan pernah
tahu apa yang akan terjadi dengan dunia ini jika kita terus berdiam diri tanpa
mau memulai untuk terjun dalam lintasan yang sangat membingungkan ini.
Seperti yang dikatakan oleh Zinn ketika ia
membaca Herman Melville, Billy Budd. Ia mengatakan bahwa ia dihadapkan dengan
situasi di mana semua orang mematuhi hukum, semua orang patuh pada aturan.
Billy Budd adalah seorang pria tak bersalah yang dihukum mati. Kita harus
berpikir pada saat itu. Mungkin ada perbedaan antara hukum dan keadilan.
Kita tumbuh dengan diajarkan bahwa kita harus
mematuhi aturan, taat pada kedua orang tua, guru dan pada kepala negara. Namun
ketika kita merenungi hidup, maka kita akan bertanya demikian, “Mengapa kita
harus melakukan ini? Mengapa kita harus memikirkan mereka bukan memikirkan diri
sendiri?” ini adalah wawasan yang kita dapatkan dari sebuah buku, mungkin itu
hanya sebuah tulisan, namun siapa sangka jika tulisan itu bisa memiliki efek
yang sangat besar.
Terdapat wawasan penting yaitu masyarakat
dibagi ke dalam berbagai kelas, dan pemerintah daerah umumnya mengikuti
perintah dari orang-orang dengan kekayaan dan kekuasaan yang tinggi.
Banyak
sekali ketimpangan politik dan hukum yang terjadi di negeri ini, yang kaya
hidup nyaman dan yang miskin semakin tertindas. Bisa kita bayangkan manipulasi
hukum yang terjadi di depan mata kita, Putra bungsu Hatta Radjasa itu pada 1
Januari silam, mengemudikan mobil BMW dengan kecepatan tinggi lalu menabrak
mobil Luxio di Tol Jagorawi. Dalam kecelakaan tersebut dua orang meninggal.
Dalam kasus ini polisi tidak berani terbuka soal kecelakaan maut BMW tersebut.
Memang Rasyid sudah menjadi tersangka, tapi diistimewakan. Rasyid dijerat pasal
283, 287 dan 310 UU Lalu Lintas No 22 Tahun 2009, dengan ancaman hukuman 6
tahun penjara.
Setelah
kejadian, polisi tidak menahan pria yang menimba ilmu di London, Inggris itu
dengan alasan trauma, dan pihak keluarga memberi jaminan Rasyid akan
kooperatif. Ternyata Rasyid kembali mendapat perlakuan khusus. Saat pelimpahan
berkas tahap kedua dari Polda Metro Jaya ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur,
Rasyid tidak ditahan.
Pada
dasarnya apapun yang terjadi di dunia ini bisa dimanipulasi, rakyat kecil di
manapun tidak bisa melawan kalangan atas karena merekalah yang memegang kendali
atas segalanya. Istilahnya bisa dikatakan “Fakta-fakta tidak ada, tapi fakta!”
jadi di dunia ini tidak ada yang kita sebut sebagai fakta murni tanpa ada
campur tangan kelompok tertentu.
Berbicara
kebenaran melalui buku sebagai bukti yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya
atau valid ( referensi yang jelas ). Buku mengoperasikan dalam banyak cara
untuk mengubah kesadaran seseorang. Dengan membaca, seseorang dapat mengetahui
bahkan menemukan realita atau fenomena kehidupan.
Seseorang
tahu tidak hanya dari mendengar saja, melainkan harus mengetahui fakta, yakni
dengan cara membaca teks. Menulis dan membaca merupakan suatu media yang dapat
membuat perspektif atau pandagan seseorang terbuka.
Salah satu contohnya ketika suara diproduksi
maka akan langsung hilang pada saat itu juga kecuali jika suara tersebut
direkam, ia akan bisa diperdengarkan kembali. Hal tersebut bisa diimplikasikan
pada Sejarah. Sejarah jika hanya direpresentasikan melalui mulut ke mulut tanpa
ditulis, ia akan hilang. Ilmu pun jika tidak diikat dengan tulisan, ia akan
hilang, jadi tulisan merupakan suatu media untuk mengikat pengetahuan yang
diperoleh baik melalui komunikasi verbal (lisan) maupun dokumental (tulisan).
Menguasai
teks dapat memanipulasi atau memutar-balikkan sejarah (dunia). Menurut Howard
zinn bahwa christopher Colombus itu bukanlah pahlawan. dia adalah orang yang
berfaham komunis. Dia juga bukan penemu benua amerika. Dia adalah penjahat,
orang yang serakah, pembunuh, penindas kelompok ras hitam yang ada di benua
amerika.
Ketika
kita mempelajari sesuatu dengan informasi maupun fakta-fakta yang tidak utuh
maka akan mempengaruhi pemikiran kita, kita akan termakan oleh sesuatu
informasi yang belum tentu kebenarannya. Sama halnya ketika kita membahas
bahawa Colombus itu adalah penjahat bertopeng malaikat, maka kita harus
membuktikannya dengan mengumpulkan berbagai data dan fakta yang akurat.
Katika
kita belajar mengenai sesuatu, maka kita tidak boleh mempelajarinya dengan
sepotong-sepotong karena itu akan menghasilkan dampak yang begitu besar. Mari
kita lihat dari sejarah awal Colombus, dari sana kita bisa menarik kesimpulan
apakah Colombus itu adalah seorang pahlawan ataukah penjahat besar?
Melalui
teori Afrika Barat, di sana tercatat bahwa
ada dua bagian dunia Islam yang mengadakan kontak dengan orang-orang di
benua Amerika sebelum Colombus. Di Afrika barat terdabat sebuah kerajaan islam
terbesar yang disebut kerajaan Mali dengan raja yang paling terkenal yaitu raja
Mansa (Musa). Pada saat itu kerajaan Mali yang dipimpim oleh adik dari raja Mansa
yaitu Abu bakar pernah berlayar menyebrangi samudra Atlantik dengan 400 awak
kapal. Namun dari jumlah yang besar itu
hanya satu kapal yang kembali dan melaporkan bahwa mereka menemukan sebuah
daratan luas tanpa nama. Kemudian raja Mansa dan adiknya melakukan ekspedisi
dengan 2000 awak kapalnya menuju daratan tersebut.
Walaupun
tidak ada catatan spesifik yang kuat tentang sejarah kerajaan Mali yang
bersinggah di benua Amerika, namun badan arkeologi di daerah Amerika Utara dan
Amerika Selatan membuktikan bahwa kerajaan Mali memang pernah datang ke sana.
Orang Spanyol saat datang menjajah wilayah Amerika, mereka menemukan sebuah
prasasti di wilayah Brazil dengan menggunakan bahasa Mandalika (bahasa Mali). Lebih
dari itu, prasasti dalam bahasa Mandika juga ditemukan di wilayah Amerika
Serikat; di wilayah Misissipi dan Arizona. Di Arizona prasasti tersebut
mengabarkan tentang gajah-gajah sakit, padahal gajah bukanlah hewan asli
Amerika. Ini pun menjadi indikasi kesuksesan perjalanan Mansa Abu Bakar menuju
daratan Amerika.
Data-data
historis di atas adalah bukti shahih yang menunjukkan ekspedisi kaum muslimin
dilakukan sebelum keberhasilan Columbus menginjakkan kakinya ke benua Amerika
di tahun 1492, bahkan mungkin Columbus sendiri mengetahui bahwa dirinya
bukanlah orang yang pertama melakukan hal itu. Columbus berlayar dari Spanyol
di tahun yang sama dengan runtuhnya dinasti Islam terakhir di tanah Iberia.
Selain itu banyak masyarakat Iberia yang beragama Islam dan sangat mengenal sejarah
masa keemasan Islam. Pelayaran Columbus juga banyak diawaki oleh orang-orang
Islam yang dipaksa memeluk Katolik atau dibunuh, Columbus pun bisa dengan mudah
mendengar kisah tentang dunia baru tersebut lalu terinspirasi untuk menuju ke
sana.
Setalah
Columbus tiba di Amerika, ia mencatat beberapa hal syi’ar-syi’ar Islam di
daerah tersebut. Ia berkomentar mengenai emas yang dimiliki oleh penduduk asli,
dibuat dengan paduan dan tata cara yang sama dengan yang dibuat oleh kaum muslimin
dari Afrika Barat. Columbus juga mencatat bahwa kata asli untuk emas di daerah
tersebut disebut dengan ghunain, yang sangat mirip dengan bahasa Mandika untuk
menyebut kata emas, yaitu ghanin, sangat mirip sekali dengan bahasa Arab ghina
yang berarti kekayaan.
Ini
memang sangat miris, keotentikan sejarah diputar balikkan demi kepentingan
individu dan kelompok, kebenaran ditutupi dari kenyataannya. Jika saja Columbus
itu memang pembohong? Lalu bagaimana dengan yang terjadi di negara kita?
Peristiwa
yang terjadi pada negeri ini pada tanggal 30 September 1965. Peristiwa yang
kita kenal dengan G 30 S/ PKI, ini masaih sangat misterius. Peristiwa tersebut
adalah peristiwa yang merusak keutuhan Pancasila di mana terjadi penculikan dan
pembunuhan terhadap 7 orang jendral yaitu jendral TNI Ahmad Yani, Letjen TNI MT
Haryono, Letjen TNI S Parman, Letjen TNI Suprapto, Mayjen TNI Sutoyo, Mayjen
TNI DI Panjaitan dan Jendral AH Nasution.
Selang
hanya satu hari yaitu pada 1 Oktober 1965 para pelaku pemberontakan itu
berhasil diringkus dan ke 7 korban penculikan dan pembunuhan berhasil ditemukan
di kawasan Lubang Buaya, Halim, Jakarta Timur dibawah komando seorang perwira
tinggi yang lolos dari target penculikan dan pembunuhan yaitu Mayjen TNI Soeharto.
Benarkah peristiwa ini ?
Beberapa
puluh tahun lalu di era orde baru ada sebuah film dokumenter yang berjudul
Pemberontakan G 30 S PKI yang wajib disaksikan oleh murid sekolah dasar bahkan
beberapa kali diputar di TVRI pada setiap tanggal 30 September. Namun beberapa
sumber menyatakan bahwa film dokumenter tersebut tidak menceritakan kejadian
yang sebenarnya bahkan justru terjadi pemutarbalikan fakta. Dalam film tersebut
ada istilah Resolusi Dewan Jendral yang berencana untuk menggulingkan kekuasaan
Soekarno serta pengambil alihan kekuasaan atau mungkin lebih tepatnya dengan
kudeta militer. Rencana ini terdengar oleh para pemimpin PKI yang merasa sangat
khawatir apabila Soekarno digulingkan maka akan mengancam posisi PKI yang saat
itu mendapat dukungan penuh dari Soekarno. Para pemimpin PKI melakukan
langkah-langkah antisipasi untuk mencegah penggulingan kekuasaan tersebut
dengan menumpas dewan jenderal tersebut sebelum mereka melakukan aksinya.
Berita
di atas memang membuat kita bingung karena kita tidak lahir pada masa itu
sehingga kita tidak tahu betul kebenaran yang terjadi pada masa kelam saat itu.
Seperti
yang terjadi baru-baru ini perihal pelarangan bedah buku Tan Malik disebuah
perpustakaan yang ada di kota Surabaya. Ini menjadi pertanyaan besar karena
bukan hanya masyarakat yang menolak adanya acara bedah buku tersebut, melainkan
didukung oleh pihak kepolisian dan ormas pemuda Indonesia. Pertanyaannya adalah
ada apa dengan isi buku itu? Apakah mengadung unsur fakta yang selama ini telah
ditutupi oleh para sejarawan hingga tidak boleh didirikan diskusi buku Tan
Malaka tersebut?
Penulis memanglah orang
yang bisa memutarbalikkan fakta, yang benar menjadi salah dan yang salah
menjadi benar. Namun kita sebagai pembaca pun tidak boleh begitu saja percaya
pada apa yang disajikan oleh penulis, kita sebagai pembaca harus memiliki
wawasan yang luas pula agar tidak tersesat di hutan kata tanpa fakta.
Kesimpulannya
adalah semua yang terjadi di dunia ini adalah pilihan, di mana kita sebagai
penulis akan berjalan digaris yang benar ataukah kita sebagai penulis akan
berada digaris yang salah dan menjadi pembohong terbesar sepanjang sejarah. Maka
mulai lah menulis untuk sebuah kebenaran dan merubah dunia.
Reverensi
di 9-10 paragraf pertama kamu terlalu memberanikan diri untuk mengungkap sesuatu yang semestinya tidak kamu bahas segamblang itu, karena pada akhirnya kamu nampak gagal menghubungkan isu mengenai writing dengan isu besar yang diungkap oleh Zinn. Kenapa tidak menegaskan saja posisi sejarah dengan literasi misalnya? atau kenapa kamu tidak mengungkap ulang apa yang diteorikan oleh Lehtonen tentang teks?
ReplyDelete