Special Mix
Fenomena literasi yang menjadi kajian khusus
di writing4 tidak bisa di tinggalkan begitu
saja, sebuah critical review yang mengkaji tentang sejarah pun sebenarnya tidak
boleh lepas dari ranah literasi.
Critical review berarti sebuah kritikan terhadap teks maupun
penulisnya, hampir setiap orang yang menggeluti critical review terjun
kedalamnya dan bergerak pada bidang kritk
mengkritik, apakah itu tentang isu yang menjadi isi dari teks, penjabaran dan
penjelasan data lain yang menyangkut isu, ataupun cara penulis menyajikan
tulisan tulisan ide nya kedalam sebuah teks. Selama ini itulah yang saya
lakukan dikajian critical review writing4 ini, tanpa disadari sebenarnya saya
tidak boleh keluar dari ranah literasi, namun ketika itu focus critical review
sama sekali tak menyentuh kajian literasi.
Jika perlu dijabarkan, bahwasanya kajian critical review (CR) pada
teks Howard Zinn sangat erat kaitannya dengan literasi karena dalam
pemaparannya diungkapkan bahwa telah ada pemutar balikan fakta tentang sejarah.
Bahwa penulis sejarah adalah penguasa, penulis sejarah memiliki
kekuatan untuk merubah paradigm suatu masyarakat dengan tulisannya. Sementara
itu berbicara tentang tulis menulis maka tidak akan lepas dengan yang namanya
literasi, orang yang berliterasi adalah ia yang dapat memenuhi aspek
keliterasian yang dapat disimpulkan bahwa literat ialah ia yang setidaknya
menguasai ( membaca menulis menghitung ) dan dari situ pun sudah jelas bahwa
sejarawan adalah literat.
Pernyataan itu sama sekali tidak terbesit dalam pikiran saya, fokus saya hanya kepada isu dan fenomena yang
dikaji Zinn dalam teksnya tanpa melirik sedikitan pada garis besar literasi
para sejarawan yang mana pada kenyataannya kajian Zinn tersebut merupakan bukti
nyata dan contoh real dari praktek literasi. Kasus ini adalah bukti kedua
setelah CR 1 yang semakin menunjukan bahwa saya belum mumpuni untuk bisa
menjadi seorang kritikus.
Fakta sejarah yang dimanipulasi sangat besar
dampaknya dalam kehidupan peradaban manusia. Sebuah sejrah akan membentuk suatu
paradigma manusia yang selanjutnya akan tercipta sebuah keyakinan akan
kebenaran sejarah pada diri masing masing manusia.
Pada kaitannya, literasi yang telah ada pada
zaman dahulu telah dipraktekkan oleh para literat sejarawan. Seorang literat
yang merupakan sejarawan pada saat itu berkuasa dengan buku dan
tulisannyaseolah ia menggenggam dunia karena ia bisa ungakap apa saja lewat
tulisannya.
Isu krusial yang menjadi pembahasan adalah
Christoper Columbus yang keheruannya diungkap jelas oleh sejarawan Samuel
Elliot Morrison. Pada prakteknya Zinn memandang Morrison lebih mengangkat fakta
keheruan Coumbus, seolah ia mengubur dalam dalam tentang hal itu dan menampakan
kepahlawanan Columbus, hal ini dilakukan Morrisun Zinn anggap sebagai bias
sejarawan yang mengacu pada kepentingan pribadinya dalam aspek Ideologis.
Implikasi dari sikap Morrison yang seperti itu menjadikan sebuah ajaran moral
atau membentuk poradigma Ideologi manusia yang menyatakan bahwa sebuah
pengorbanan yang tidak manusiawi itu diperlukan karena bisa memajukan. Padahal
antagonisme meskipun berlangsung secara bersamaan denagan heroisme itu tidak
dibenarkan.
Dari pernyataan di atas, saya mengambil satu
garis simpul benua Zinn sangat kontra terhadap pernyataan Morison yang
mengutamakan Heroisme di atas moral kemnusiaan, Morrison mengumbar sejarah
bahwa Columbus adalah penemu Benua Amerika meski pada saat itu Columbus
membantai suku Indian Arwaks. Jika pembantaian terjadi maka jelas telah ada penghuni
benua sebelum Columbus datang, namun mengapa masih dituliskan bahwa Columbus
lah yang menemukan Benua Amerika? ( satu )
Znn mengungkapkan versi sejarah penemuan Benua
Amerika dari sudut pandang Indian Arawaks yang mana ia tulis sejarah penemuan
itu berawal dari Civil War. Dari sini muncul pertanyaan mengapa Zinn
mengatakannya dari sudut pandang suku Indian Awaraks? Siapakah sebenarnya Zinn?
( dua )
Tidak hanya satu suku buku yang ditulis
Morison melainkan ada dua yang ia tulis tentang temuan para pelaut yaitu
tentang Amerika utara dan Amerika selatan. Namun dari keduanya ia mengagumi
seorang Columbus dengan menitik beratkan pada kepahlawanan Columbus. Dikatakan
oleh seseorang yang berinisial ‘biguy’ di data ‘Yahoo Answer’ yang saya temukan
bahwa Morison mempunyai basic atau mempunyai pandangan Eurocentic View yang
mana ia mengambil sudut pandang sebagai orang Eropa karena ia juga berasal dari
golongan ras kulit putih yang merupakan berasal Europan American sebagai salah
satu golongan yang hidup di Amerika.
Zinn maupun Morrison keduanya adalah
sejarawan, dari ungkapan ‘bias sejarawan’ maka dapat dinyatakan bahwa sejarawan
akan menulis sejarah berdasarkan sudut pandang masing masing dengan tidak semua
aspek ia masukkan dan ia jadikan landasan dari penulisan.
Morrison yang mempunyai Eurocentric View ia
akan mengungkapkan hanya pada bidang itu, ke Eurocentric dan Morrison saya
lihat dari sudut pandang gam, dan saya simpulkan bahwa Morrison bukanlah
seorang muslim maka dia tidak mengungkapkan bahwa muslimlah yang pertama kali
menemukan Amerika sebagaimana yang telah saya kutip di Critical Review kedua.
Sebagai jawaban dari pertanyaan ( satu ) yang mempertemukan mengapa morison tidak
menuliskan bahwa seorang muslimlah yang menemukan amerika adalah sebagai
berikut, pertama morison menulis dari sudut pandang eurocentric karna ia pun
termasuk ras kulit putih yang merupakan keturunan eropa,
(Kedua) ia bukan seorang
muslim dan itulah sebabnya ia tidak fokus pada agama karna ia tidak
berkepentingan dalam mengembangkan agama islam itulah sebabnya kebanyakan orang
di dunia tidak mengetahui bahwa muslimlah yang pertama kali singgah di amerika,
Selanjutnya tentang zinn yang juga tidak fokus pada sudut pandang agama, ia
menyerang morison eurocentric nya karna ia anggap bahwa morison telah
mengabaikan perspektif asli tentang columbus yang merupakan seorang penjahat (
bp.uy : 2006 ) morison cenderung mengagumi columbus sehingga tidak mengungkap
secara jelas bagaimana sikap jahat yang telah di lakukan columbus.
Ini adalah salah satu bentuk contoh dari peraktek
leterasi, seorang literat yang dalam memperhatikan ke leterasinya itu bergerak
menguasai zaman dengan apa yang ia tulis kedalam menulis sebuah sejarah
berdasar pada sudut pandangnya sendiri, satu celah kosong yang saya pertanyakan
mengapa seorang zinn yang menyerang morison hanya mengungkap sisi buruk dari
columbus yang membantai suku indian ? mengapa ia tidak menyebutkan bahwa
muslimlah yang pertama kali menemukan benua amerika ? satu hal yang menjadi
jawaban saya yaitu karna dia bukanlah seorang yang agamis atau agamawan jadi
pantas jika ia tidak ungkap hal itu terlebih ia bukan seorang muslim. Sejauh
pencarian saya tidak menemukan bahwa zinn adalah seorang agamawan melainkan
adalah seorang politikal suence laktivis politik
Berangakat dari pembahasan literasi yang di sebutkan
sebagai contohnya yaitu sejarawan yang mana saya mengambil dari sudut pandang
agama saya akan melanjutkan pembahasan mengenai topik literasi yang fokus pada
menulis
Mengambil referensi dari buku ken hyland( 2009) teaching
and researching saya akan sedikit menulis pembahasaan saya tentang konteks,
literasi budaya teknologi, genre, dan identitas. Contex (konteks)
Berawal dari meaning yang bukan merupakan wujud yang diam
atau menetap, pada kata melainkan makna meaning itu di ciptakan dari hasil
interaksi antara pembaca dan penulis yang mana mereka membuat cita rasa dari
sebuah kata dengan jalan yang berbeda
Van djik (2008 : VIII) mengungkap bahwa koteks bukanlah
situasi sosial yang terdapat sebuah teks di dalamnya tetap konteks adalah cara
peserta ( penulis dan pembaca) mendefepenisikan situasi konteks bukan pula
sebuah kondisi yang objektif melainkan kontruksi yang objektif yang mana di
susun oleh peserta sebagai anggota, jika merka ada pada situasi sosial yang
sama maka mereka akan berbicara dengan selaras dan pada intinya konteks itu
kontruksi peserta.
=> literacy (
literasi)
Keterkaitan antara menulis dengan literasi jadi konteks
itu bukanlah sekelompok variabel yang setatis dan berdeda di sekeliling teks
dalam penggunaan bahasa, kita harus melihatnya sebagai situasi sosial yang
interaktiv dan terikat waktu ( djaranti
dan goodwin, 1992 ) bagai manapun harus di akui keberadaanya bahwa konteks itu
jarang di analisis dan biasanya di ambil untuk di definisikan secara
impresionistus ( berksan)
Cutting ( 2003 : 3) menyatakan bahwa ada tiga
aspek utama konteks:
Ini berarti bahwa konteks itu
berprinsip pada bagaimana makna di produksi dalam interaksi yang berarti bahwa
konteks dalam penggunaannya dapat dilihat sebagai sesuatu yang berlokasi
diwaktu & tempat tertentu seperti rumah, sekolah, tempat kerja, sekolah, atau di komunitas tertentu yang mengenali
genre tertentu.
Pembahasan ini lebih berorientasi pada
bahasa yang memahami konteksdengan cara yang barbeda di mulai dari teks, sifat
situasi sosial atau dengan pendekatan linguistik fungsional sistemik yang
berusaha menunjukan bagaimana konteks di sajikandalam konteks bahasa , Halliday
mengembangkan analisis konteks berdasarkan gagasan bahwa teks adalah hasil dari
pilihan bahasa penulis yang dalam situasi konteks yang khusus ( Malinowski,
1949). Dalam
arti bahasa itu berurarisasi sesuai
dengan situasi di mana ia di gunakan, sehingga kita bisa menebak situasi dan
berada dalam situasi khusus, dalam hal ini berarti konteks tersebut
berurarisasi dan berhubungan dengan konfigurasi field, tenor dan mode.
Halliday menggambarkan
ketiga aspek di atas sebagai berikut :
(1985) Konteks @Halliday
Field
Mengacu pada apa yang terjadi, aksi
sosial, harapan secara sosial digunakan untuk mengekspresikan teks.
|
Tenor
Siapa yang mengambil bagian, peran
& hubungan.
|
Mode
Bagaimana bahasa itu di gunakan dan
bagaimana peserta mengharapkan untuk melakukan itu.
|
Pada
intinya kita harus bisa menempatkan penggunaan bahasa sesuai dengan situasinya.
ð LITERASI
Keterkaitan antara menulis dengan literasi yaitu terletak
pada tindakan pada keaksaraan, bagaimana kita menggunakan bahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Konsep modern keaksaraan mendorong kita untuk melihat
tulisan sebagai praktik sosial, bukan sebagai keterampilan abstrak dan di pisahkan
dari orang-orang yang mengunakan teks.
Scibner & Cole (1981:236) mengatakan bahwa literasi bukan hanya
mengetahui cara membaca dan menulis suatu naskah, tetapi menerapkan pengetahuan
ini bertujuan untuk menemukan konteks yang di gunakan.
Pandangan sekolah tradisional
tentang literasi adalah sebagai kemampuan belajar yang memfasilitasi berfikir
logis, akses informasi dan partisipasi dalam masyarakat modern. Pandangan ini melihat literasi psikologis dan
tekstual yang dapat di ukur dan di nilai literasi di pandang sebagai satu set
diskrit keterampilan teknis yang meliputi decoding dan encoding makna,
manipulasi alat tulis, mengamati bentuk, suara korespondensi dan lain-lain,
yang di pelajari melalui pendidikan formal.
Keliterasian ini selanjutnya di gunakan sebagai label defisit yang di
sertai dengan kekuatan sosial untuk mendefinisikan, mengkategorikan dan
akhirnya mengecualikan orang dari berbagai aspek kehidupan. Dalam
hal ini sehingga bisa menghasilkan variasi pada kegiatan menulis dengan konteks
masing-masing.
Pandangan sosial terhadap literasi
:
Ø Kegiatan
sosial yang lebih mengutamakan praktiknya
Ø Perbedaan
kemahiran seseorang yang berbeda
Ø Praktiknya
lebih kepada hubungan sosial yang luas dan membutuhkan pengaturan dalam
hubungan dan kemahiran
Ø Literasi
di dasarkan pada sistem simbol untuk menunjukan identitas.
Ø Sikap
dan norma yang berkaitan menjadi panduan dalam praktik literasi
komunikasi.
Ø Sejarah
kehidupan mengandung banyak peristiwa literasi tentang dari mana kita belajar
dan memberikan kontrubusi hingga saat ini.
Ø Literasi
juga memiliki sejarah sosial yang membantu menciptakan kegiatan praktik saat
ini. Barton (2007:34)
Kejadian
literasi di ungkap oleh Barton dan Hamilton(1998:7), yaitu sebagai episode di
mana ada pusat aktivitas. teks tertulis dan pembicaraan mengenai teks dalam hal
ini di katakan bahwa ada konteks sosial di dalamnya. Baynham mengatakanbahwa
literasi adalah praktek yang menyelidiki aktivitas manusia tentang apa yang
mereka lakukan dan bagaimana menempatkan nilai-nilai di atas ideologi
mereka. (1995:1). Masih dalam prakteknya literasi berkaitan
dengan kehidupan budaya seperti "Academyc literacy, legal literacy dan
work place literacy" contohnya adalah paningkatan mutu pendidikan yang
mengedepankan pengetahuan dan keterampilan di jiwa secara bersamaan
(Bartholomae:1986)
ð CULTURE (KEBUDAYAAN)
Pengalaman menulis setiap orang itu
berbeda dan mempengaruhi pilihan linguistik mereka, seorang guru harus mampu memberi
nutrisitulisan yang sedang di budayakan. Budaya di pahami sebagai jaringan
sistomatis makna yang memungkinkan kita memahami mengembangkan dan
mengkomunisikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia(Lantoif:1999)
Akibatnya bahasa dan pembelajaran
di kuasai oleh budaya(Kramsch:1993)
Hal ini terjadi bebagian karena nilai budaya kita
tercermin dalam bahasa dan juga budaya sebagai cara untuk memberikan persepsi
dan harapan , hal ini di sebut wilayah retorika kontrastif.
Conor
Pada retorika kontrastif
Retorika kontrastif adalah area penelitian
dalam akusisi(pembebasan) bahasa kedua yang mengidentifikasi masalah dalam
komposisi yang di hadapi penulis dengan mengacu pada strategi retorika dari
bahasa pertama upaya untuk menjelaskannya. Retorika kontrastif
mempertahankan bahasa dan menulis sebagai fenomena budaya untuk itu konsekuensi langsung masing-masing
bahasa memiliki konvensi retorika unik.
Connor (1996:5)
ð TEKNOLOGI
Sebagai literat sekarang ini haruslah
menguasai teknologi media elektronik, hal ini memiliki dampak besar terhadap
cara kita menulis, genre yang kita buat, identitas pengarang dan keterlibatan
pembaca.
Pengaruh
teknologi terhadap tulisan :
Ø Menciptakan,
mengedit, proofread
Ø Mudah
dengan audio visual
Ø Mendorong
menulis tidak hanya pada satu jalur
Ø Tantangan
pemikiran trdisional ke penulisan dan
intelektual
Ø Mengakses
informasi baru
Ø Mengubah
hubungan penulis dan pembaca
Ø Memperluas
berbagai genre
Ø Perbedaan
jalur lisan dan tulisan tradisional
Ø Fasilitas
wacana on_line
Ø Meningkatkan
isolasi penulis
Ø Penawaran
guru dan peluang praktek kelas baru.
ð GENRE
Genre
adalah jenis komunikasi tindakan cative yang berarti sebuah partisipasi dalam
acara sosial, seorang individu harus terbiasa dengan genre karena genre
sekarang menjadi salah satu konsep yang paling penting dalam pendidikan bahasa
saat ini. Ini adalah adat, namun untuk
mengidentifikasi tiga pendekatan genre (Hyon:1996, Jhons:2002)
a.
Karya australia
dalam tradisi sistemik fungsional ilmu bahasa
b.
Pengajaran bahasa inggris untuk keperluan khusus
c.
Studi retorika baru yang di kembangkan di amerika utara sebagai
komposisi konteks.
Dalam
pandangan sistemic fungsional Genre di pandang sebagai sesuatuyang di orientasikan
pada tujuan proses sosial (Martin, 1992:505)
Perbedaan genre merefleksikan
perhatian Halliday yang menyatakan bahwa bahasa adalah sistematis terkait
dengan konteks. Genre adalah proses sosial dari budaya interaksi yang
berorientasi pada revolusi dalam langkah yang membutuhkan penulis untuk
bergerak dari satu langkah.
Guna
mencapai tujuan mereka, ketika serangkaian teks berbagi tujuan yang sama, maka
akan ada kesamaan struktur dan dengan demikian ada sebuah genre yang sama.
TWO SCHOOL GENRE (2008)
PENJELASAN
|
INTRUKSI
|
-. Menjelaskan proses
yang terlibat dalam fenomena atau bagaimana sesuatu itubejkerja
-. Penjelasan biasanya terdiri dari :
|
-. Menggambarkan bagaimana sesuatu itu di tulis
dan harus di lakukan
-. Intruksi
biasanya terdiri dari :
|
ð Pernyataan umum untuk memperkenalkan topik.
ð Langkah logis penjelas bagaimana atau mengapa
sesuatu terjadi
|
ð Pernyataan diri apa yang akan terjadi / di capai
ð Daftar bahan / alat untuk mencapai tujuan
serangkaian langkah yang berurutan
|
Penjelasan biasanya di tulis :
|
Intruksi biasanya tertulis :
|
ð
Simple present
tense menggunakan kronologis / konjungsi kasual
ð Menggunakan terutama action verba
|
ð Simple present tense atau imverative tense dalam
urutan kronologis fokus manusia umum bukan individu
ð Menggunakan kata keterutamaan aktor
|
Penjelasan biasanya di temukan pada :
|
Intruksi biasanya di temukan dalam :
|
ð Ilmu pengetahuan
ð Geografi
ð Sejarah
ð Buku teks ilmu sosial
ð Keterampilan life network
|
ð Intruksi manual
ð Informasi pembayaran
ð Buku resef
|
Pandangan ESP atau bahasa inggris untuk
keperluan khusus berorientasi mengikuti SFL (Sistemic Functional Language) yang
menekankan pemberian sifat formal dan komunikasi genre , tapi cakupannya lebih
sempit dalam genre , alih-alih melihat genre sebagai sumber daya dalam budaya
secara luas, pandangan kedua inimenganggap genre sebagai wacana tertentu milik
masyarakat.
Pendekatan
retorika baru , melihat genre sebagai suatu hal yang fleksibel dan sulit untuk
pengajar, hal ini di anggap menyimpang dari dua pandangan sebelumnya (ESP) dan
(ESL). Penekannannya lebih kepada
cara-cara berkembangnya genre dan menghasilkan pemahaman. Sementara dari konsepnya (Freedman dan Medway 1994). Retorika baru ini fokus pada bentuk genre
yang di gunakan untuk sebuah pencapaian hingga cenderung mengunakan alat-alat
penelitian kualitatif yang mengeksplorasi hubungan antara teks dan konteks
daripada penggambaran konvensi retoris (Miller, 1984)
Pembahasan
selanjutnya masih dalam aspek writing yaitu identitas
ð IDENTITY (IDENTITAS)
Penelitian
terbaru mengutarakan hubungan dekat antara menulis dan identitas seorang
penulis, dalam arti luas, edentitas
mengacu pada cara-cara orang menampilkan siapa mereka satu sama lain (Benwell
dan Stokoe, 2006:6). Identitas di bangun
oleh teks yang di dalamnya adalah pilihan bahasa yang kita buat dan bergerak
menunjukan identitas ke……. . publik , identitas adalah kinerja yang
kadang-kadang kita lakukan bukan suatu yang kita miliki, hampir semua yang kita
tulis mengatakan sesuatu berdasarkan hubungan yang kita bangun dengan orang
lain. (Bloemmaert, 2005) Mengamati bahwa
identitas kita hanyalah sebuah kesuksesan berdasar sejauh mana orang lain akui
tentang hal itu dan ini merupakan kinerja kita dan mengambil alih wacana yang
ada (Bakhtin, 1986) Penulis tidak bisa mewakili identitasnya dalam sumber daya
yang tersedia dalam kebudayaan.
Identitas dengan itu melibatkan interaksi konvensional literasi dan
norma, kepercayaan, budaya dan pengalaman para peserta (Wonter & Reader).
KESIMPULAN
- Hubungan antara literasi
dan sejarah telah saya jelaskan dengan contoh kasus ‘’Christoper colombus
‘’ yang saya ambil dari sudut pandang agama.
- Konteks : tidak
statis dan terpaku dalam teks, namu
di munculkan oleh peserta
(penulis dan pembaca)
- Literasi : bentuk
kemampuan mengeksplor intelektual ke dalam sebuah tulisan
- Budaya : Sebagai
jaringan sistematis makna yang mengkomunikasikan pengetahuan dan budaya
menjadi tolak ukur pengajaran literasi.
- Teknologi :
pegangan penulis menuju modernitas dalam kegiatan menulisnya.
- Genre :
Partisipasi sosial individu yang berbeda dalam pencapaiannya (memaknai
teks)
- Identitas : tidak
absolut dan merupakan pandangan kesuksesan lain terhadap kesuksesan
penulis dalam menulis.
0 comments:
Post a Comment