Janganlah bangun rumahmu di tanah
orang lain. Bekerjalah demi cita-cita dirimu yang hakiki di dunia ini.
Janganlah engkau terbujuk oleh orang asing pada dirimu. Siapakah orang asing
itu? Tidak lain adalah nafsumu sendiri. Dialah sumber bencana dan kepiluan
hidupmu. Jiwamu tidak akan subur, juga tidak akan teguh.
Sebuah awalan kata yang sangat
menarik untuk kita cabut akarnya. Dalam dunia keliteratan, menulis membutuhkan
suatu khayalan meditasi berbasis kesufian. Dalam menulis kita di wajibkan untuk
sabar dan tidak sembrono. Bahkan dikatakan sufi dalam menulis adalah bukti
seseorang itu mendalami dunianya tersebut.
Mr. lala pada kali ini mengawali
kelas kami dengan wejangan masih berupa literasi itu dapat berupa apa saja.
Dikatakan dalam sabda beliau, literasi itu dapat berupa literasi sosial,
literasi politik, literasi ekonomi, dan ada pula literasi psikologi. Dimana
kesemuanya itu digabungkan menjadi kebudayaan itu sendiri dan akan berakhir di
pelabuhan terakhir yaitu peradaban yang akan maju. Adapun bukti bahwa peradaban
yang maju antara lain prosperous, security, dan comfort. Rekayasa literasi itu
selalu terjadi berbarengan antara writer dan reader.
Dikelas Mr. Lala mengatakan
bahwasanya kita itu seharusnya bagaikan obor-obor yang siap dibakar. Bukannya
menjadi sebuah ember yang hanya mau di isi jika kita ingin mengisinya. Kita
menjadi obor yang siap dibakar, menandakan kita itu sudah matang untuk di
pakai. Sama halnya dengan tulisan kita yang siap untuk di nikmati.
Multilingual writer adalah hal yang
vitalitas dimana kita menggunakan Bahasa tersebut dalam menulis. Hal ini
dikatakan vital dikarenakan semakin di pakai semakin kuat pula yang dipakainya
itu. Semakin kita sering menulis dengan Bahasa Indonesia, maka semakin kuat
pula Bahasa Indonesia kita. Sama halnya dengan Bahasa inggris pula.
Mr. Lala membuat sebuah an appetizer
on academic writing element. Isinya ada Sembilan biji yang harus kita pahami.
1. Cohesion
: gerakan halus atau "aliran"
antara kalimat dan paragraf.
2. Clarity : makna dari apa yang Anda berniat untuk berkomunikasi sangat jelas;
3. Logical
order : mengacu pada urutan logis dari informasi. Dalam penulisan akademik, penulis cenderung
bergerak dari umum ke khusus.
4. Consistency : Konsistensi mengacu pada keseragaman gaya penulisan.
5. Unity : Pada sederhana, kesatuan mengacu
pada pengecualian informasi yang
tidak secara langsung berhubungan dengan
topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
6. Conciseness : keringkasan adalah ekonomi dalam penggunaan
kata-kata. Tulisan yang bagus dengan cepat sampai ke titik dan menghilangkan kata yang tidak perlu
dan tidak perlu pengulangan
(redundancy, atau "kayu mati.") Pengecualian dari informasi yang tidak perlu mempromosikan persatuan dan kesatuan.
7. Completeness : Sementara informasi berulang-ulang atau tidak
perlu harus dihilangkan, penulis
memiliki untuk memberikan informasi
penting mengenai suatu topik tertentu.
Misalnya, dalam definisi cacar air, pembaca akan
mengharapkan untuk mengetahui bahwa itu adalah terutama penyakit anak-anak
yang ditandai dengan ruam.
8. Variety : Variety
membantu pembaca dengan menambahkan beberapa "bumbu" untuk teks.
9. Formality : Akademik menulis adalah formal dalam nada. Ini berarti
bahwa kosakata canggih dan struktur tata bahasa yang digunakan. Selain itu,
penggunaan kata ganti seperti "I" dan kontraksi dihindari.
Kesembilan ini
sangat membantu dalam menghidupkan teks kita. Melalui pola ini tulisan kita
dinilai bermutu dan dinilai akan bagus dibanding yang lain. Mr. Lala memberikan
tugas kepada kita waktu itu untuk menganalisis teks kita. Pertama adalah apakah
tulisan kita mempunyai target. Lalu argument pentingnya itu seperti apa, bukti
dari argumentnya apa, kemudian apakah tulisan kita berargument tapi tanpa ada
bukti. Selanjutnya apakah tulisan kita cukup bukti. Lalu emotional kita dalam
menulis itu ada atau tidak.
Ken Hayland
mengatakan bahwa literasi adalah sesuatu yang kita lakukan. Hyland furhter berpendapat:
"melek akademik menekankan bahwa cara
kita menggunakan bahasa, disebut sebagai praktik keaksaraan, berpola oleh
lembaga sosial dan hubungan kekuasaan. Mr. Lala menulis dalam power pointnya
bahwasanya kata-kata yang crucial itu antara lain:
1. Prof. Alwasilah
meringkas lima ayat di atas menjadi: memahami, melibati, menggunakan,
menganalisis, mentransformasi.
2.
Pendidikan yang berkualitas tinggi PASTI menghasilkan
literasi berkualitas tinggi pula, dna juga sebaliknya.
3.
Reading, writing, arithmetic, and reasoning = modal hidup
4.
Orang literat tidak sekedar berbaca-tulis tapi juga
terdidik dan MENGENAL SASTRA.
Kesimpulannya adalah
rekayasa literasi itu bukan hanya sasra, namun ada psikologi, ekonomi, social,
dam politik. Rekayasa literasi
adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik
dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju
ke pendidikan dan pembudayaan. Ingat ! kita itu bagai obor yang
siap untuk di bakar kapan saja!
0 comments:
Post a Comment