Menebus Kesalahan Melalui Penjelajahan "Academic Writing"
Mungkin
judul diatas terasa sadis untuk saya jadikan sebuah judul. Tapi saya memang
benar-benar berkaca pada apa yang telah saya lewati. Kesalahan bukan untuk
disesali, tapi kesalahan hadir unntuk diperbaiki. Terbukti ketika Mr. Lala
menyuguhkan power point yang didalamnya menyajikan beberapa hidangan yang harus
kita perbaiki mengenai critical riview. Sebelumnya, Mr.Lala memberikan komentar terhadap
critical riview kedua saya yang berbunyi :
“
Perlu keberanian yang lebih besar untuk mengatakan apa yang hilang dari artikel
Zinn. Sebenarnya apa yang kamu ungkap memang masuk akal, tapi pastikan bahwa
kamu adalah critical reader plus seorang kritikus teks ya. Kalau mau
mengkontekstualisasikan sejarah Amerika dengan Indonesia, mungkin tulisan kamu
akan jauuuh lebih panjang
daripada yang ini.”
Oleh
karenanya, saya
merasa tercambuk untuk menebus kesalahan yang telah saya perbuat. Yang perlu
digaris bawahi bahwa kita ini sebagai critical reader plus seorang kritikus
teks, dari itu kita perlu untuk menjelajahi lebih jauh mengenai critical
riview. Mr.Lala mengatakan bahwa ada banyak
ruang untuk sebuah perbaikan . Kesalahan yang perlu kita refisi yaitu
mengenai “ key issues in witing research and teaching “ yang terdapat pada
buku Hyland (2002 ; 2009). Berikut merupakan kunci yang mendonimasi pemahaman
saat penulisan menurut Hyland (2002) hlm. 44-73 :
Konteks
Menurut
Hyland (2002) hlm.44-73 mengatakan bahwa cara memahami sebuah tulisan kita
harus memiliki perkembangan melalui pemahaman yang semakin tinggi. Makna atau
meaning bukanlah sesuatu yang berada
dalam sebuah kata-kata, tetapi diciptakan melalui interaksi antara penulis dan
pembaca karena mereka memahami kata-kata tersebut.
Van
Dijk (2008) mengatakan bahwa, hal tersebut bukan situasi sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi, tetapi
suatu cara peserta (pembaca dan penulis) mendefinisikan situasi tersebut.
Konteks demikian bukan semacam kondisi
‘obyektif’ atau penyebab langsung melainkan kontruksi subjektif yang dirancang dan diperbaharui
dalam sebuah interaksi oleh peserta (pembaca –penulis ) ebagai anggota kelompok
dan masyarakat. Semua orang dalam situasi sosial yang sama akan berbicara
dengan cara yang sama . Konteks adalah peserta kontruksi.
Menurut
Daranti dan Goodwin (1992) mengatakan bahwa kita bukan melihat konteks sebagai
kelompok variabel statis yang
mengelilingi penggunaan bahasa kita harus melihatnya sebagai sesuatu yang
dibentuk secara sosial, antar-aktif berkelanjutan dan terkait waktu.
Menurut
Halliday 1985, konteks dibagi ke dalam 3 bagian, yaitu :
a. Field, yaitu mengacu pada apa yang
terjadi, jenis aksi sosial, atau tentang apa teks tersebut ( topik bersama
dengan bentuk-bentuk yang diharapkan secara sosial dan pola biasanya yang digunakan
untuk mengekspresikan itu).
b. Tenor, yaitu mengacu pada siapa yang
mengambil bagian, peran dan hubungan peserta ( status dan kekuasaan mereka,
misalnya, yang pengaruh keterlibatan, formalitas dan kesopanan ) .
c. Mode, yaitu mengacu pada bagian mana
bahasa yang dimainkan, apa yang peserta harapkan untuk melakukannya ( apakah
lisan atau tertulis, bagaimana informasi dibangun, dan sebagainya ).
Menurut Mikko
Lehtonen (2000), konteks terbagi ke dalam 8 point yaitu :
Dick dan
Kaplinski menyoroti fakta bahwa teks dan konteks dalam hubungan interaktif.
Konteks adalah co – teks untuk teks, tetapi teks-teks saja tidak memiliki efek
pada apa co- teks lain terkait dengan mereka karena mereka membacanya.
Konteks
mencakup semua hal berikut :
- Substansi: materi fisik yang membawa atau disampaikan oleh teks
- musik dan gambar
- paralanguage: perilaku yang berarti bahasa yang menyertainya, seperti kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan (dalam kecepatan ), dan pilihan dari jenis huruf dan ukuran huruf (secara tertulis)
- Situasi: sifat dan hubungan objek dan
orang-orang di sekitarnya
teks, seperti yang dirasakan oleh para peserta - Co – teks: teks yang mendahului atau mengikuti yang di bawah analisis, dan yang peserta menilai milik wacana yang sama
- Intertext: teks yang peserta anggap sebagai milik
wacana lain,
tapi yang mereka persekutukan dengan teks di bawah pertimbangan, dan yang mempengaruhi interpretasi mereka - Peserta: niat dan interpretasi
mereka, pengetahuan dan keyakinan,
sikap interpersonal, afiliasi dan perasaan - Fungsi: apa teks dimaksudkan untuk dilakukan oleh pengirim dan addressers, atau dianggap dilakukan oleh penerima dan addressees.
Literasi
Menulis
dan membaca adalah tindakan literasi, bagaimana kita benar-benar menggunakan
bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari. Hyland menyatakan bahwa konsep
literasi modern mendorong kita untuk melihat tulisan sebagai praktek sosial,
bukan sebagai keterampilan abstrak yang dipisahkan dari orang-orang dan
tempt-tempat dimana mereka menggunakan teks. Scriber dan Cole
(1981 : 236) mengatakan bahwa orang yang “melek huruf tidak hanya mengetahui
cara membawa dan menulis tetapi menerapkan pengetahuan untuk tujuan tertentu dalam
konteks tertentu pula. Pandangan literasi sosial menurut Barton (2007: 34-5) :
1.
Literasi adalah
kegiatan sosial dan jauh lebih baik dijelaskan dalam hal praktik
literasi/keaksaraan.
2.
Orang-orang
memiliki kemahiran yang berbeda yang berhubungan dengan berbagai domain
kehidupan
3.
Praktik litersi
masyarakat terletak dalam hubungan sosial yang lebih luas, sehingga perlu
untuk menggambarkan pengaluran peristiwa literasi.
4.
Praktik literasi berpola oleh lembaga-lembaga sosial dan
kekuasaan hubungan, dan beberapa kemahiran yang lebih domain, terlihat dan
berpengaruh daripada yang lain.
5.
Literasi didasarkan pada system sebagai cara untuk mewakili
dunia, kepada orang lain dan diri kita sendiri.
6.
Sikap dan nilai-nilai yang berkaitan dengan panduan literasi dan tindakan kita untuk komunikasi
7.
sejarah kehidekita mengandung banyak peristiwa literasi
darimana kita belajar dan yang menberikan kontribusi hingga saat ini.
8.
Sebuah peristiwa literasi juga memiliki sejarah sosial yang
membantu menciptakan arus praktik
Budaya
Terdapat hubungan yang erat antara
menulis dan budaya. Budaya secara umum dipahami sebagai historis ditransmisikan
dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami,
mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia Lantolf (1999). Akibatnya bahasa dan pembelajaran dikepung dengan budaya.
(Kramsch, 1993). Hal ini sebagian karena nilai-nilai budaya kita tercermin dan
dilakukan melalui bahasa, tetapi juga karena budaya membuat tersedianya cara
tertentu untuk mengorganisir persepsi dan harapan termasuk yang kita gunakan
untuk belajar dan komunikasi secara tertulis. Dalam menulis penelitian dan
pengajaran, yang terpenting adalah wilayah retorika kontrasif. Retorika
kontrasif adalah area penelitian akusisi bahasa kedua yang mengidentifikasikan
masalah dalam komposisi yang dihadapi oleh bahasa kedua penulis, dengan mengacu
pada strategi retoris dari bahasa pertama
Tekhnologi
Untuk menjadi orang yang melek
aksara (berliterasi) tentunya memiliki control atas berbagai media cetak dan
elektronik. Hal ini membuktikan adanya dampak yang besar pada cara kita
menulis. Pengaruh tekhnologi elektronik pada penulisan:
1.
Ubah menciptakan mengedit, proof reading dan format
proses
2.
Kombinasikan teks tertulis dengan media visual dan
audio lebih mudah
3.
Mendorong menulis non-linear dan proses membaca
melalui hyperteks link
4.
Tantangan pemikiran tradisional tentang kepenulisan,
wewenang dan memiliki keiintelektualan
5.
Mengizinkan penulis mengakses informasi lebih lanjut
dan untuk menghubungkan informasi dengan cara baru
6.
Penawaran menulis guru tantangan dan peluang untuk praktik kelas
baru
7.
Meningkatkan marginalisasi penulis yang terisolasi
dari menulis tekhnologi baru.
Genre
Genre diakui sebagai jenis komunikasi tindakan kreatif, yang berarti
bahwa untuk berpartisipasi dalam acara sosial, perorangan harus terbiasa dengan
genre yang mereka hadapi disana. Oleh karena itu, genre sekarang menjadi salah
satu konsep yang paling penting dalam bahasa pendidikan saat ini. Genre adalah
proses sosial yang menyebabkan anggota dari budaya berinteraksi untuk
mencapainya, mereka berorientasi dengan sebuah tujuan karena mereka telah
berevolusi untuk mencapai hal-hal tertentu dan siap dipentaskan karena makna
dibuat dalam langkah-langkah dan biasanya membutuhkan penulis lebih dari satu
langkah untuk mencapai tujuan mereka. Pada tata bahasa berbasis genredalam
pengajaran grammar adalah nama untuk sumber daya yang tersedia untuk penggunaan
bahasa yang sistematis untuk identitas
Identitas
Pengertian
saat ini identitas melihatnya sebagai konsep plural , yang didefinisikan secara
sosial dan dinegosiasikan melalui pilihan penulis buat dalam wacana mereka.
Pilihan ini sebagian dibatasi oleh ideologi dominan kemahiran istimewa di
masyarakat tertentu, dan sebagian terbuka untuk interpretasi penulis sebagai
akibat dari pribadi dan sosial budaya pengalaman. Identitas demikian mengacu
penulis berbagai 'diri' mempekerjakan dalam konteks yang berbeda, proses
hubungan mereka dengan khususmasyarakat, dan tanggapan mereka terhadap hubungan
kekuasaan institusional tertulis di dalamnya. Oleh karena itu identitas perlu
dibedakan dari gagasan suara dalam literatur ekspresif. Voice adalah ide yang
kompleks dengan berbagai makna dan konotasi, tapi pada dasarnya mengacu pada
penulis dis-signature tinctive, cap individu bahwa ia meninggalkan teks (Elbow,
1994).
mengambil
pilihan identitas wacana istimewa ini membuat tersedia (Wertsch, 1991). Scollon
dan Scollon ( 1981) menggunakan 'esais jangka melek ' untuk merujuk pada
praktik keaksaraan tertentu yang memiliki hak istimewa dalam pendidikan. Siswa
biasanya diperlukan untuk mengadopsi gaya penulisan di sekolah di universitas
yang melibatkan diri anonymising dan mengadopsi kedok rasional, tertarik,
pencari asosial dari kebenaran. Dengan melangkah menjadi penulis esais
pengorbanan konkrit, dengan entitas dibahas, dan cara yang mewakili berubah
sebagai proses dinamis.
Ivanic
identitas penulis
- The autobiographical self adalah diri yang penulis membawa ke tindakan menulis, dibatasi secara sosial dan dibangun oleh life history penulis. Ini termasuk ide-ide mereka, pendapat, keyakinan dan komitmen : sikap mereka. Sebuah contoh mungkin bagaimana penulis mengevaluasi tanda kutip ia membawa ke dalam teks, atau topik ia memilih untuk mengatasinya.
- The discoursal self adalah kesan penulis sadar atau tidak sadar menyampaikan dari diri mereka sendiri dalam sebuah teks. Ini menyangkut penulis suara dalam arti bagaimana mereka menggambarkan diri mereka. Sebuah contoh adalah sejauh mana penulis mengambil praktek-praktek masyarakat yang atau dia menulis untuk, mengadopsi konvensi untuk mengklaim keanggotaan.
- The authorial self menunjukkan dirinya dalam tingkat authoritativeness dengan yang penulis tulis. Ini adalah sejauh mana seorang penulis mencampuri ke dalam teks dan mengklaim dirinya sebagai sumber isinya. Hal ini termasuk penggunaan kata ganti pribadi dan kemauan untuk secara pribadi mendapatkan di belakang argumen dan klaim. (Ivanic, 1998; Ivanic dan Weldon, 1999)
Nah,
dari berbagai penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kita harus belajar
dari kesalahan yang telah kita perbuat. Begitupun ketika kita mengkritik teks
yang ditulis oleh Howard Zinn. Kita gagal dalam mengkritik teks yang Zinn tulis
karena kita belum memahami betul keterkaitan antara konteks, literasi, budaya,
tekhnologi, genre, dan identitas. Akhir kata, belajarlah dari kesalahan yang
lalu supaya kita lebih baik lagi dalam melakukan hal apapun.
0 comments:
Post a Comment