Judul : Perubahan Berawal dari Fakta Sejarah
Menulis adalah suatu kegiatan yang menyenangkan bagi sebagian orang,
karena kita bisa menuliskan apapun yang
sedang kita rasakan di sebuah lembaran kertas (buku pribadi/diari) tanpa ada satu orang pun yang mengetahui
tulisan kita. Dengan Menulis kita bisa mengekspresikan apa yang ingin kita
ungkapkan, Mungkin banyak yang tidak sadar mereka sering menulis untuk
mengekspresikan apa yang ingin mereka sampaikan. Ada banyak orang yang
menjadikan kegiatan menulis ini sebagai sebuah profesi, mereka bisa
berimajinasi yang akhirnya membuahkan sebuah karya yang dapat disukai oleh
banyak orang, dan tentunya bisa mendatangkan penghasilan untuk mereka. Tidak
hanya itu, pengertian menulis berbeda ketika dalam konteks di sekolah, kita
harus mencatat apa yang sudah dijelaskan oleh guru, dan masih banyak lagi
pengertian menulis dalam konteks yang berbeda. ketika sedang belajar di kelas pun
kita melakukan kegiatan menulis untuk mencatat pelajaran yang dijelaskan oleh
guru. Tetapi terkadang sebagian orang tidak menyukai kegiatan menulis, dan saya
termasuk di dalamnya, saya terlalu berat tangan untuk menuliskan apapun yang
sedang saya rasakan, tetapi kalau ada tugas itu konteksnya berbeda.
Ketika saya duduk dibangku SMK, mulai dari kelas 1 sampai kelas 3,
setiap hari kita selalu menulis yang berhubungan dengan materi tersebut dan
jumlahnya sampai beberapa halaman. Karena kalau tidak menulis, kita tidak bisa
menjawab soal ujian karena kita tidak mempunyai buku panduan. Oleh sebab itu,
kita menulis semua yang tertera dalam buku panduan guru. Walaupun sangat
melelahkan, kita tidak punya pilihan, tetapi kita merasakan manfaatnya pada
saat belajar untuk mempersiapkan ujian.
Saya sangat mengapresiasi bagi mereka yang menjadikan kegiatan
menulis sebagai suatu profesi. Mereka bisa menuliskan imajinasi mereka kedalam
bentuk tulisan, bisa juga mereka ingin berbagi informasi dengan banyak orang,
itu sebabnya mereka menyukai kegiatan menulis. Tidak sembarangan orang dapat
menulis, yang hasil karyanya disukai banyak orang.
Menurut
Solehan, dkk (2008: 9.4) kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh
secara otomatis. Solehan menjelaskan bahwa kemampuan menulis seseorang bukan
dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran.
Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis, seseorang yang telah
mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan
handal tanpa banyak latihan menulis.
Seorang penulis yang baik tentu tak akan puas
hanya bila karyanya dipublikasikan. Ia pasti menginginkan adanya bentuk
apresiasi, komentar, diskusi, pujian, dan terutama kritik karena kritik sangat
perlu guna meningkatkan mutu karyanya di masa mendatang. Ketika kita membuat
sebuah kritik atas karya seorang penulis, berarti kita sedang menempatkan teks
tulisan tersebut sebagai satu studi. Oleh karenanya, sebagaimana studi-studi
ilmiah lain, kajian tersebut harus dilakukan dalam kerangka yang jelas,
terarah, dan tersistem.
Kemampuan
menulis ini kelihatannya sangat sepele, tetapi sejak dari SD (Sekolah Dasar)
materi menulis ini disejajarkan dengan membaca dan menghitung, yang biasa
dikenal dengan istilah calistung (membaca, menulis, dan menghitung).
Menulis adalah suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh semua orang.
Sampai tingkat Perguruan Tinggi pun mahasiswa
S1 diwajibkan untuk menulis skripsi, dan S2 untuk menulis tesis.
Ketika menjadi
seorang penulis, kita bisa melakukan apa saja yang kita inginkan (penulis
memiliki hak penuh atas tulisannya) apapun yang diinginkan penulis bisa dia
lakukan dalam tulisannya. Mereka juga bisa berbicara fakta yang sesungguhnya
telah terjadi, atau bahkan mereka menutupi fakta yang sebenarnya terjadi dengan
tulisan mereka. Itulah dahsyatnya ketika kita menjadi seorang penulis. Penulis bertindak
seperti tuhan, dia menuliskan apapun yang dia sukai/inginkan, dan seolah-olah
tulisannya adalah sebuah takdir yang harus diterima oleh semua pembaca.
Ada pepatah
yang mengatakan kalau seribu prajurit bisa membunuh seribu prajurit, tetapi
satu penulis bisa memporak-porandakan satu negara dan bahkan dunia. Begitu
dahsyatnya efek yang ditimbulkan dari sebuah tulisan yang dapat mempengaruhi
banyak fikiran orang. Rasanya mustahil satu buku dapat merubah fikiran orang
banyak, tetapi itulah faktanya. Di abad ke 21 ini dunia dihebohkan dengan
terungkapnya sebuah fakta sejarah yang mulai terkuat kebenarannya. Saya masih
ingat ketika duduk di bangku SMP, guru sejarah saya menerangkan dengan sangat
menarik tentang ekspedisi yang dilakukan orang barat. Beliau menjelaskan kalau
penemu benua Amerika adalah Cristopher Columbus. Kita sangat terpukau dengan
ekspedisi yang dilakukan oleh Cristopher Columbus sehingga berhasil menemukan
benua Amerika, dan sampai sekarang banyak penduduk dunia yang meyakini penemu
benua Amerika adalah Cristopher Columbus.
Di tahun 2014
ini, ketika dosen saya menyuruh kita untuk mencari tahu tentang Cristopher
Columbus, saya sangat kaget karena di internet banyak yang menuliskan kalau
penemu benua Amerika bukanlah Cristopher Columbus yang selama ini sudah
diketahui dunia. Saya sangat heran, kenapa baru sekarang terungkap fakta
sejarah ini?, kenapa mereka menutup-nutupi fakta sejarang yang sangat penting
ini?, jadi siapa sebenarnya yang menemukan benua Amerika? dan siapakah Cristopher
Columbus itu?. Dunia juga masih percaya akan penemu benua
Amerika itu sampai tahun 2002, ketika sebuah buku karangan Gavin Menzies
berjudul "1421: the Year China Discovered America" diterbitkan.
Dengan yakin, Menzies menyatakan bahwa penemu benua Amerika sesungguhnya
bukanlah Cristopher Columbus. Banyak sekali pertanyaan
yang muncul dikepala saya. Ternyata banyak versi mengenai siapa penemu benua
Amerika, diantaranya:
1)
Teori yang
diyakini Gavin Menzies
sebuah salinan peta berusia 600 tahun yang ditemukan di sebuah toko
buku loak mengancam status Columbus sebagai penemu Amerika. Juga menjadi kunci
untuk membuktikan bahwa orang dari Negeri China yang pertama menemukan benua
itu. Dokumen tersebut konon berasal dari suatu ketika di Abad ke-18, yang merupakan
salinan peta 1418 yang dibuat Laksamana Cheng Ho, yang menunjukkan detil 'dunia
baru' dalam beberapa sisi. Klaim bukti bahwa laksamana China memetakan Belahan
Bumi Barat (Western Hemisphere) lebih dari 70 tahun sebelum Columbus.
2)
Teori Arab dan Muslim
Spanyol
Seorang sejarawan dan ahli geografi muslim, Abu
Hasan al-Mas’udi pada tahun 956 menulis perjalanan muslim Spanyol di tahun 889
M. Eskpedisi pelayaran muslim Spanyol di tahun itu bertolak dari pelabuhan
Delba (pelabuhan yang sama dengan start ekspedisi Columbus), dan berlayar
selama berbulan-bulan ke arah Barat. Lalu mereka menemukan sebuah daratan yang
sangat luas dan mereka pun berniaga dengan penduduk asli di daerah tersebut,
setelah itu kembali lagi ke Eropa. Al-Mas’udi menggambarkan tanah tersebut
dalam petanya yang sangat fenomenal, ia menyebut daratan tersebut dengan
“Daratan yang Tidak Diketahui” atau daratan tanpa nama.
3)
Teori Afrika Barat
Ada bagian dunia Islam lainnya yang telah
mengadakan kontak dengan orang-orang di benua Amerika sebelum Columbus. Di
Afrika Barat ada sebuah kerajaan yang sangat kaya dan memiliki kekuatan besar
yaitu kerjaan Mali dengan raja yang paling terkenal Mansa (raja) Musa. Sebelum
Raja Musa, Mali dipimpin oleh saudaranya yang bernama Abu Bakar. Abu Bakar
pernah mengirim 400 kapal menjelajahi Samudera Atlantik, namun dari jumlah yang
besar tersebut hanya satu kapal saja yang berhasil kembali. Kapal tersebut
melaporkan bahwa di seberang lautan sana ada sebuah daratan yang luas.
Mendengar kabar tersebut, Mansa Abu Bakar pun melakukan ekspedisi dengan 2000
awak kapalnya menuju daerah tersebut namun setelah itu kabar mereka tidak
pernah terdengar lagi.
4)
Teori Dinasti Utsmaniyah
Pada tahun 1929, terdapat sebuah penemuan yang
cukup fenomenal di Istanbul. Pada tahun itu ditemukan sebuah peta yang dibuat
pada tahun 1513 oleh seorang kartografer Dinasti Utsmani, Piri Reis. Reis
menyatakan bahwa peta yang dibuatnya itu berdasarkan sumber-sumber di masa
lalu, yaitu peta Yunani dan Arab kuno, termasuk peta yang berdasarkan ekspedisi
yang dilakukan oleh Columbus yang berlayar 21 tahun sebelumnya. Yang luar biasa
dari peta ini adalah tingkat kedetailannya sehingga memaksa para sejarawan
melakukan penelitian ulang tentang teori ekspedisi Columbus.
Hal
ini otomatis menggemparkan seluruh dunia, yang kita ketahui penemu benua
Amerika adalah Cristopher Columbus, tetapi sudah sekian lama sejarah itu
terpatri di fikiran banyak orang, dan sekarang fikiran itu tergoyahkan oleh
banyak bermunculan teori yang mengunggkap fakta tentang sejarah yang sudah
diyakini. Sebenarnya apa yang sebenarnya terjadi, apakah yang sebenarnya
diinginkan oleh penulis, apakah penulis sengaja menyembunyikan fakta sejarah
yang sangat rahasia itu ataukah ada faktor lain yang melatarbelakangi penulis
untuk menyembunyikan fakta sejarah tersebut?. Entahlah, sepertinya kita harus
mengingat kalau penulis adalah sebagai tuhan dia sanggup menuliskan apapun yang
dia inginkan, walaupun harus menutup-nutupi fakta sejarah dunia. Sampai
sekarang masih belum jelas siapa yang pertama kali menemukan benua Amerika.
Menurut M. Atar Semi (2007: 14) tujuan menulis antara lain: untuk
menceritakan sesuatu, untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, untuk
menjelaskan sesuatu, untuk meyakinkan, dan untuk merangkum.
Menurut Elina, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 6) tujuan menulis
adalah: menginformasikan, membujuk, mendidik, menghibur.
Dengan adanya
kejadian yang sudah menggemparkan dunia ini, banyak pihak yang sangat
dirugikan, siapa lagi yang dirugikan kalau bukan para anak-anak yang hanya tahu
kalau Cristopher Columbus adalah penemu benua Amerika. Mereka berasumsi kalau Cristopher
Columbus adalah seseorang yang hebat yang sudah berhasil menemukan benua
Amerika. Disini kita juga tidak bolah menyalahkan guru sejarah, karena fakta
sejarah ini baru muncul di abad ke 21 ini, sedangkan banyak guru sejarah kita
yang usianya sudah tua dan masih menggunakan
teori jaman dahulu.
Jangankan anak kecil yang masih kurang dalam akses mencari tahu
tantang informasi, kita yang sudah menjadi mahasiswa juga terkadang tidak
benyak tahu tentang informasi padahal banyak perpustakaan, dan kecanggihan
tehnologi yang sudah tidak diragukan lagi untuk mencari informasi yang kita
butuhkan. Kita terlalu ringan tangan untuk mengambil sebuah buku lalu
membacanya. Kita tidak akan mengetahui kalau dunia sedang digemparkan oleh
fakta sejarah yang tiba-tiba muncul, kalau kita tidak ditugaskan untuk
mencarinya. Saya pribadi sangat enggan untuk membaca, entah kenapa tetapi
rasanya membaca itu sangat membosankan dan membuat mata kita ngantuk. Itulah
sebabnya kita tidak mengetahui apa yang sedang terjadi pada dunia sekarang.
Pepatah mengatakan kalau “perpustakaan adalah jendela dunia”. Hal ini
diibaratkan dengan membaca kita bisa mengetahui apa yang ada didunia.
Penulis
harus memiliki tanggung jawab terhadap tulisannya. Jika ia bermaksud
menyampaikan pendapat, gagasan, pemikiran, dan perasaan, tentunya karena ia
yakin bahwa semuanya itu akan bermanfaat bagi orang lain.
Dalam
menulis, seorang penulis setidaknya harus menyadari tiga hal yang merupakan
kode etiknya, yaitu:
1.
unsur
informasi,
2.
unsur
edukasi/pendidikan, dan
3.
unsur
hiburan.
Kesadaran akan tanggung jawabnya itulah yang
harus ada dalam jiwa setiap penulis. Keberaniannya untuk menyampaikan pendapat
dan kebebasannya untuk berekspresi di arena tulis-menulis akan dihargai oleh
masyarakat pembaca apabila ia memang memiliki kemampuan untuk
mempertanggungjawabkan manfaat maupun kebenarannya. Apalagi jika buku itu mampu
menggerakkan hati nurani pembacanya dan kemudian menciptakan opini di kalangan
masyarakat. Inilah keberhasilan seorang penulis atau pengarang. Bahkan,
buku-buku seperti ini dapat mengubah pandangan dunia.
Intisari menulis adalah mengungkap fakta.
Menulis itu tugas suci bila dilandasi niat untuk mengubah keadaan yang lebih
baik. Penulis melawan ketidakadilan lewat seni merangkai kata. Demikian
pendapat Andreas Harsono, Ketua Yayasan Pantau Jakarta dalam Pelatihan Menulis
yang diselenggarakan Yayasan TIFA di Jogjakarta (9/10/2009). Bagi Harsono,
modal penulis adalah tahu dan berani. Deskripsi adalah senjata ampuh dalam
penulisan. Penulis harus mampu menggambarkan suatu kejadian secara rinci.
Sementara itu, keberanian mendorong penulis untuk mengungkap motif di balik
kejadian.
Di
mana-mana, di sepanjang zaman muncul dan akan terus muncul orang-orang yang
setia kepada hati nuraninya dan menyampaikan pengalaman, gagasan, dan apa saja
yang mereka rasakan melalui tulisan. Demi kebenaran dan keadilan, para
pengarang bersedia menghadapi risiko apa pun. Mereka adalah para pahlawan yang
tidak berharap hadiah apa-apa kecuali berekspresi kepada pembacanya untuk
tujuan yang mulia. Tentu berbeda sekali dengan mereka yang hanya ingin
memanfaatkan profesi menulis untuk tujuan yang menyangkut kepentingan diri
sendiri.
Ada banyak sekali keuntungan ketika kita membaca, bahkan menemukan realita atau fenomena kehidupan. Dahsyatnya
sebuah buku yang bisa mempengaruhi fikiran banyak orang. Hal ini sangat cocok dengan pepatah “dengan
satu otak bisa merubah dunia”. Karena memang sangat benar buku adalah alat yang
bisa membuat banyak otak terpengaruh. Selama ini kita hanya duduk dan
mendengarkan dosen bercerita panjang lebar tentang dunia, kita hanya bisa
terpukau karena dosen tersebut terlihat seperti seseorang yang sangat jenius,
yag mengetahui segalanya, dan anehnya kita percaya tanpa sedikitpun rasa ragu.
Kita beranggapan kalau semua ucapa dosen itu benar, padahal kita masih belum
tahu apakah yang dosen katakan adalah sebuah fakta. Selama ini kita lebih
senang mendengarkan daripada membaca, padahal dengan membaca kita akan lebih
tahu fakta yang sesungguhnya. Tetapi ketika kita sudah beranggapan kalau buku
adalah sebuah fakta, sebagian orang membuat buku dengan fakta yang sengaja
disembunyikan seperti contoh Christoper Columbus.
Mengingatkan
kaum muslimin dengan peringatan al-Qur`an dalam surat al-‘Alaq, yang artinya; “Bacalah dengan nama Tuhan-mu!”Zaman
skarang adalah zaman yang penuh dengan keberagaman ilmu. Bacalah apa saja yang
dapat meningkatkan wawasan kita sebagai seorang muslim agar kita dapat
menguasai informasi tersebut, bukan sebaliknya, informasi itu yang menguasai
kita, menuduh kita dengan sesuatu yang tidak benar. Anda bisa lihat dalam
beberapa surat kabar kita. Porsi bagi wawasan dan penelitian sangat minim
sekali, sementara porsi untuk informasi olah raga, berita kriminalitas dan
pelecehan seksual begitu dibesar-besarkan. Padahal apa yang akan didapat dari
informasi-informasi semacam ini. Itulah mengapa, Rasulullah saw. sering
berdo`a, “Ya Allah, aku
berlindung kepada-Mu dari ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat.” Wa`lLâhu A’lamu
Bishshawâb.
Kita
dibuat serba salah, ketika mendengarkan belum tentu itu fakta, tetapi kalau
membaca belum tentu tulisan itu memuat fakta, jika kita tidak pandai-pandai
dalam menyaring informasi yang kita dapat, alih-alih menambah pengetahuan malah
kita terpengaruh oleh dokrin penulis. Pa Lala juga pernah mengatakan kalau
“orang yang bisa menulis, mereka bisa membolak-balikkan fakta, dan kita memang
dipersiapkan untuk itu”. Aku sangat merinding ketika mendengarkan beliau
berkata seperti itu. Apakah kita benar dipersiapkan untuk itu???...
Harsono memberikan kiat-kiat dalam menulis.
Untuk mengubah tradisi lisan ke tulisan biasakan merekam pembicaraan. Dengarkan
hasil rekaman itu, lalu tuliskan. Lama-kelamaan ia akan terbiasa dengan tradisi
tulis.
Ada salah satu teman saya, kebetulan dia juga seorang penulis, saya
menanyakan “apakah benar penulis bisa membolak-balikkan sejarah?” (aku
bertanya karena sangat penasaran), dia pun menjawab “ya”. Semakin banyak asumsi
yang ada di kepala saya tentang menjadi penulis. Teman saya pun menanyakan “apakah
kamu ingin menjadi penulis?”. Saya langsung menjawab “kita sebagai
mahasiswa harus menjadi penulis”. Itulah yang membuat keyakinan saya untuk
menjadi seorang penulis.
Tugas kita sangat berat, bukan hanya sekarang yang masih menyandang
status mahasiswa, tetapi juga setelah lulus dari Perguruan Tinggi dan menjadi
seorang guru. Beban guru itu sangat berat, bukan hanya mengajar, tetapi kita
juga harus mengantarkan siswa kita kepada kesuksesan baik jasmani maupun
rohani.
Guru dikatakan sempurna apabila mempunyai
tanggung jawab yang dijalankan dengan baik. Guru adalah seorang pendidik yang
juga merupakan pembimbing. Dalam bidang kemanusiaan di sekolah, guru harus bisa
menjadi dirinya sebagai orangtua kedua bagi siswa. Seorang guru harus bisa
menarik simpati agar menjadi idola para siswa dan disukai sehingga siswa senang
belajar dengan guru, guru harus dapat mengecek materi yang telah disampaikan
kepada siswanya. Apakah materi tersebut sesuai dengan kurikulum, apakah tidak
ada kesalahan konsep ketika materi itu disampaikan, dan apakah mutu materi yang
disampaikan selevel dengan mutu materi yang disampaikan di sekolah lain. Hal
seperti ini tidak mungkin dapat dilakukan oleh seorang guru yang hanya asal
mengajar saja. Butuh kelegawaan untuk menyadari bahwa tugas guru bukan hanya
menyampaikan saja, namun juga harus mampu mempertanggungjawabkan apa yang telah
disampaikannya.
Salah satu cara menciptakan suasana KBM yang
menyenangkan diantaranya yaitu guru dituntut untuk responsif menjawab
kebutuhan siswa, selalu siap untuk berdiskusi, dan menjadi pendengar yang baik
atas persoalan belajar siswa. Selain tentunya guru harus memberikan aturan
main yang jelas dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya
sehingga akan terjadi umpan balik antara siswa dengan guru.
Banyak guru berusaha untuk menyampaikan banyak
informasi pada satu pertemuan, guru beralasan mengejar target semester sesuai
dengan kurikulum. Menurut saya itu tidak akan efektif, itu hanya
akan membuat siswa kelebihan beban informasi, kewalahan, dan sulit mencerna,
dan ini tidak baik untuk perkembangan siswa. Maka dari itu, seorang
guru selayaknya melakukan komunikasi yang singkat, jelas dan terfokus ketika
KBM. Jangan memberikan informasi yang terlalu banyak kepada siswa dalam satu
pertemuan tetapi guru harus pandai-pandai dalam perencanaan pengajaran sehingga
target pelajaran dapat tercapai tanpa harus memberikan informasi berlebihan
dalam satu pertemuan.
Ketika penulis menyembunyikan sejarah, banyak
efek yang akan ditimbulkan, dan efek yang besar akan dialami oleh dunia
pendidikan, karena dalam dunia pendidikan semua sejarah akan dibicarakan.
Referensi:
tulisan ini nampak tidak seprti bangunan yang utuh. Sesuatu yang kamu bangun di 5-7 paragraf pertama nampak tidak punya koherensi dengan isu besar yang diungkap Zinn
ReplyDelete