Historian, Linguist, dan Poet: Tugas yang Sulit
Pada pertemuan ke tujuh ini membuat
hati dan jiwa saya semakin tergoncang akan tamparan yang selalu tiap waktu saya
renungkan, mungkin teman-teman kelas saya pun begitu. Setiap manusia memiliki
keterbatasan yang telah ada sejak mereka lahir dari rahim sang Ibu, begitu dia
sangat menyayangi anak-anaknya tanpa ada perasaan yang tidak senang dengan
kelahiran seorang bayi yang dititipkan kepada ibunda dan ayah. Sejarah selalu
terus menerus tidak memiliki batasan samapai mana akhirnya, ia akan tertoreh
terus-menerus pula oleh pena sang ahli bahasa yang akan memberikan pengetahuan
yang tidak terbatas pula, bahkan tulisannya itu dianggap sebagai puisi
indah yang selalu diagung-agungkan
kehebatan peristiwanya, kisahnya, dan juga seninya.
Mengulang pada minggu kemarin perihal
yang penting, pertama, satu tugas utama seorang penulis adalah mengungkap
kemungkinan-kemungkinan yang dipahami. Kedua, ada tiga tingkatan penting untuk
mencapai sebuah pemahaman bentuk-bentuk yang baru: emulate-discover-create.
Ketiga, menulis adalah cara menciptakan
affordances (kesempatan) dan menyelidiki potensi-potensi yang dimaksudkan.
Keempat, menulis adalah semogenesis. Kelima, thesis statement adalah tonggak
mil yang sangat penting untuk menciptakan permulaan sebuah dialog dengan
pembaca yang diinginkan.
Milan kundera mengomentari (dalam
L’Art duroman, 1986): ‘untuk menulis. Maksudnya untuk sebuah puisi yang
menghancurkan dinding di belakang sesuatu yang mana selalu tersembunyikan
adanya. Untuk merespek hal ini, tugas sebuah puisi adalah tidak berbeda dari
tugas sejarah, yang mana juga selalu menemukan kejadian-kejadian kemudian.
Jadi, sejarah layaknya seorang puisi, yang mengungkap di setiap situasi-situasi
yang baru, yaitu kemungkinan-kemungkinan manusia yang sampai sekarang
tersembunyikan.
Selanjutnya, ada beberapa hal yang
membuat bapak Lala memperoleh inspirasi, yaitu apa permasalahan sejarah
sebenarnya, apakah sebagai sebuah misi bagi para puisi. Untuk mengangkat misi
ini, seorang puisi mesti menolak pelayanan untuk kebenaran-kebenaran yang
sebelumnya diketahui, kebenaran itu sudah jelas karena mengapung di atas
permukaan. Jadi memanglah tugas seorang puisi sejarah begitu rumit, karena
mesti mengungkap hal-hal yang tidak mengapung di atas permukaan. Bukankah
begitu?
Didalam kelas saya beserta teman-teman
melakukan instruksi dari bapak Lala untuk meninjau kembali tugas-tugas kami
dengan ketentuan-ketentuan sebagai beriktu: untuk peer review diberikan waktu
sebanyak 45 menit, yang dinilai ada dua basic yaitu, mengenai unity dan
coherence, kemudian yang diajukan oleh bapak Lala untuk peer review kali ini
adalah 40% untuk Unity dan 60% untuk Coherence. Namun di akhir evaluasi saya
dan teman-teman belum bisa membuat hati bapak Lala terhibur dengan
tulisan-tulisan kami, namun hanya satu orang saja yang mampu menampar anak-anak
satu kelas yaitu Qois Ghoziyudin, yang mana memberikan sebuah cahaya bagi saya
dan teman-teman Malang memang, namun itulah sebuah acuan saya untuk lebih
berhati-hati dalam mengerjakan sebuah tugas dari sang dosen tercinta, semoga
bisa lebih baik lagi.
Setelah menjabarkan hal-hal di atas,
selanjtunya adalah perihal sebuah critical review yang diinginkan oleh bapak
Lala yaitu: Pertama, di dalam introduction mahasiswa mesti menawarkan sebuah
pandangan dan wawasan yang kritis terhadap artikel Howard Zinn “Speaking Truth
to Power with Books”. Kedua, ada beberapa point yang dituliskan oleh Zinn dalam
artikelnya mengenai Columbus, yang mana secara absurd kita merasakan sebagai
pahlawan atau penemu America. Ketiga, di dalam bagian kritik, ada empat point
terhadapa Columbus yang diabaikan dalam artikel Howard Zinn. Keempat, di dalam
kesimpulan dikatakan ada dua point dasar yang dapat disimpulkan dari artikel
Howard Zinn.
Lebih lanjut saya akan sedikit
menjelaskan mengenai sejarah itu sendiri, Sejarah sebagai Ilmu, Ismaun (2002: 13)
menguraikan tiga komponen pengertian atau konsep tentang sejarah, yaitu:
sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai seni.
Sejarah sebagai peristiwa ialah kejadian, kenyataan, aktualitas, sejarah nyata
yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau (sejarah
serba objek). Sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun
dari memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang
terjadi atau berlangsung pada waktu yang lampau (sejarah serba subjek). Sejarah
sebagai seni merupakan sejarah tentang pengetahuan rasa. Sejarah memerlukan
pemahaman dan pendalaman. Sejarah tidak saja mempelajari segala sesuatu gerakan
dan
perubahan yang tampak di permukaan tetapi juga mempelajari motivasi yang mendorong terjadinya perubahan.
perubahan yang tampak di permukaan tetapi juga mempelajari motivasi yang mendorong terjadinya perubahan.
Pengaruh Positivisme dalam Sejarah
Menurut Kuntowijoyo (2000), setidaknya ada tiga pengandaian dalam ilmu-ilmu
sosial positivis. Pertama, prosedur-prosedur metodologis dari ilmu-ilmu alam
dapat langsung diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial. Kedua, hasil-hasil penelitian
dapat dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum seperti dalam ilmu-ilmu alam. Ketiga,
ilmu-ilmu sosial itu harus bersifat teknis, yaitu menyediakan pengetahuan yang
bersifat instrumental murni, netral dan bebas nilai. Dalam pengaruh filsafat
positivisme abad 19, sejarah objektif dapat direkonstruksi melalui pengamatan
empiris, pengukuran, dan deskripsi.
Selanjutnya mengenai beberapa ilmu
sosial dalam persinggungannya dengan studi sejarah. Lima disiplin yang
dijelaskan yaitu; ilmu Politik, antropologi , sosiologi ,ekonomi , dan
psikologi.
a. Hubungan Sejarah dengan Ilmu Politik
Ilmu politik dalam perkembangannya
sangat dibantu oleh sejarah dan Filsafat, Dua kajian ini turut mengembangkan
kajian ilmu politik baik dari segi pencarian konsepsi fundamental maupun
penelusuran titik-titik penemuan data dan fakta dan masa-masa sebelumnya. Dalam
buku pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah Sartono menuliskan Politik
adalah sejarah masa kini dan sejarah adalah politik masa lampau. Sejarah
identik dengan politik, sejauh keduanya menunjukkan proses yang mencakup
keterlibatan para aktor dalam interaksi dan peranannya dalam usaha memperoleh
apa, kapan dan bagaimana.
b. Hubungan Sejarah dengan Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi dan sejarah itu sama-sama
termasuk kedalam ilmu sosial, yaitu ilmu yang membahas interaksi manusia dan
lingkungannya. itulah kenapa di SMP, pelajaran ekonomi dan sejarah itu
digabung. karena berasal dari rumpun ilmu yang sama, terkadang materinya pun
berkaitan bahkan terkadang tumpang-tindih. Misalnya, pada materi perdagangan
internasional, di sejarah juga ada. di
sejarah disebutkan bahwa bangsa eropa pergi ke indonesia utk mencari
rempah-rempah.Dengan belajar dari masa lalu (sejarah) kita juga dapat belajar
supaya perekonomian dapat lebih baik.
Banyak Kebijakan pemerintah kolonial
di masa lalu yang dilandasi oleh kepentingan ekonomi. Misalnya, untuk memahami
sejarah perdagangan rempah-rempah di Nusantara pada abad ke XVI sampai abad
XVIII,maka tidak dapat dipisahkan dari peran kongsi dagang Hindia Belanda Timur
yakni VOC ( Verenigde Oost Indische
Compagnie).
c. Hubungan Sejarah dengan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang
mempelajari tentang masyarakat dan aspek-aspek dinamis yang ada didalamnya,
secara tidak langsung kita dapat menemukan bahwa objek kajian antara sosiologi
dan sejarah tidak jauh berbeda, namun sejarah membatasinya dengan konsep ruang
dan waktu. Sebagai sesama ilmu sosial yang kajiannya tidak jauh berbeda maka
tidak sulit kita menemukan hubungan-hubungan keilmuan antara sejarah dan
sosiologi Pada beberapa dasawarsa terakhir ini banyak sekali hasil-hasil
penelitian sosiologi berupa studi sosiologis yang memfokuskan studinya pada gejala-gejala
sosial yang terjadi dimasa lampau(supardan, 2008:325), dengan memasukkan konsep
ruang tadi maka dapat kita lihat bahwa kajian tersebut jelas menggunakan
beberapa konsep dari sejarah untuk menjelaskan studi tersebut. Karya-karya
seperti Pemberontakan Petani Kaya yang ditulis oleh Tilly, Perubahan Sosial
Masa Revolusi Industri di Inggris Karya Smelzer, serta Asal Mula Sistem
Totalitier dan Demokrasi karya Barrington Moore. Karya-karya tersebut sering
disebut Sejarah Sosilogi.(Kartodirdjo dalam Supardan, 2008: 325)
Sejarawan juga terkadang melakukan
pendekatan sosilogis dalam melakukan penlitian, bahkan pada bias dikatakan
mulai terdapat kecendrungan penulisan sejarah, dari yang bersifat konvensioanl
dan naratif kepada penulisan sejarah dengan kompleksitas tinggi, dimana sejarah
dan ilmu-ilmu sosial lainnya saling berketergantungan dalam melakukan sebuah
pembahasan masalah.
d. Hubungan Sejarah dengan Antropologi
Antropologi sebagai salah satu dari
ilmu sosial memiliki kaitan dan sumbangan kepada ilmu sejarah begitu juga
sebaliknya. Dalam penulisan sejarah, sejarawan tidak jarang menggunakan teori
dan konsep ilmu sosial lain, termasuk antropologi. Sejarawan banyak meminjam
konsep antropologi diantaranya ialah, simbol, sistem kepercayaan, folklore,
tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan
agraris.Sementara itu, sumbangan Ilmu sejarah terhadap antropologi adalah,
sejarah sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan pendekatan sejarah.
Titik temu antara Antropologi budaya
dan sejarah sangatlah jelas. Keduanya mempelajari tentang manusia. Bila sejarah
menggambarkan kehidupan manusia dan masyarakat pada masa lampau, maka gambaran
itu juga mencakup unsur-unsur kebudayaannya . unsur-unsur itu antara lain,
kepercayaan, mata pencaharian, dan teknologi. Hasil rekonstruksi yang memadukan
antara sejarah dan antropologi menghasilkan karya sejarah kebudayaan.
e. Hubungan Sejarah dengan Psikologi
Ilmu Psikologi sangat berkaitan dengan
mental dan kejiwaan manusia. Manusia yang menjadi objek kajian sejarah tidak
hanya sekedar dijelaskan mengenai tindakan yang dilakukan dan apa yang
ditimbulkan dari tindakan itu?mengapa seseorang melakukan tindakan itu?
Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan kondisi kejiwaan yang bersangkutan.
Kondisi itu dapat disebabkan oleh rangsangan dari luar atau lingkungannya,
dapat pula dari dalam dirinya sendiri. Penggunaan psikologi dalam sejarah,
melahirkan fokus kajian sejarah mentalitas.
Kemudian mengenai pegunaan Sejarah
Untuk Ilmu-Ilmu Sosial adalah sebagai berikut:
1. Sejarah sebagai kritik terhadap
generalisasi ilmu-ilmu sosial
Contohnya: Buku the religion of china yang ditulis oleh
Max Weber, Buku Kal Wittfogel, oriental despotism, yang berisi teori tentang
hydraulic society.
2. Permasalahan sejarah dapat menjadi
permasalahan ilmu sosial
Contohnya: Soedjito Sosrodihardjo menulis tentang
struktur masyarakat Jawa, Buku
Barrington Moore, Jr., Social Origins of Dictatorship and Democracy: Lord and
Peasant in the Making of the Modern World.
3. Pendekatan sejarah yang bersifat
diakronis menambah dimensi baru pada ilmu-ilmu sosial yang sinkronis
Contohnya:
Buku Clifford Geertz, yang berjudul Agricultural Involution: The Process of
Ecological Change in Indonesia dan The Social History of an Indonesian Town.
Jadi dapat saya simpulkan
dari penjelasan-penjelasan di atas bahwasannya kaitannya dengan sejarah memang
bukan sesuatu yang ada pada kurun waktu dulu saja, melainkan juga yang sekarang
pun dikatakan sebagai sejarah. Pena para ahli bahasa selalu dapat
menggoyang-goyangkan tangannya dikala menemukan periwtiwa, kisah, dan seni yang
baru. Dengan begitu hasilnya adalah sebuah puisi indah yang lahir dari sudut
pandang sang penulis. Thank you.
Referensi:
Angkersmit,F.R. 1987 . Refleksi tentang sejarah :
pendapat-pendapat modern tentang filsafat sejarah.( terjemahan Dick Hartoko).
Jakarta: Gramedia
Madjid,M. Saleh dan Abd. Rahman Hamid.2008. Pengantar
Ilmu Sejarah. Makassar : Rayhan Intermedia.
Kuntowijoyo . 2005 . Pengantar Ilmu Sejarah .Yogyakarta:
Bentang Pustaka
http://id.shvoong.com/social-sciences/political-science/2121432-hubungan-ilmu-politik-dan-sejarah/#ixzz2GL40f0qV
diunngah pada tgl 19-03-14 pkl 14.10 WIB
http://www. ardiyansarutobi.blogspot.com diunggah pada
tgl 19-03-14 pkl 14.00 WIB
0 comments:
Post a Comment