Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Buku adalah jendela
dunia. Pepatah-pepatah itu tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pepatah yang
menurut saya, tak pernah usang oleh waktu. Dan ini saya yakini dengan sepenuh
hati. Tentu saja, karena buku harus menjadi sahabat dalam hidup kita. Buku juga
harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Dengan buku
kita bisa melihat sisi lain dari dunia kita ini yang ternyata sangat
bermacam-macam bentuknya. Membuat kita bisa mengetahui apa yang sebelumnya
tidak kita ketahui.
Beberapa sifat buku yang menurut saya patut menjadi alasan untuk kita
mencintainya adalah pertama, karena buku selalu up to date. Walaupun
buku telah berumur puluhan bahkan ratusan tahun, tapi buku selalu menyimpan
informasi yang akurat sebagai media untuk mengetahui data peradaban yang ada
saat itu. Kedua, karena buku selalu kaya dengan imajnasi. Membayangkan
apa yang tertulis di buku membuat kita seperti membangun imajinasi versi
pikiran kita sendiri. Mengajak diri kita untuk berkreasi dengan menenggelamkan
diri dalam alur atau setting yang terdapat dalam buku. Itu menjadikan kita
belajar untuk mengerti dunia lain yang sebelumnya tak pernah terpikir oleh
kita. Dan ketiga, dengan membaca buku dapat membuat kita tergerak untuk
menulis. Mendeskripsikan sesuatu hal menurut kacamata kita sendiri. Menulis
membuat kita bebas menciptakan dunia yang ingin kita bangun. Kita bisa
mengungkapkan apa yang kita rasakan. Dan menulis adalah sarana yang paling
efektif dalam mengungkapkan perasaan. Juga bisa menawarkan pemikiran baru pada
orang lain.
Buya Hamka, seorang penulis dan ulama besar Indonesia pernah berkata kepada
muridnya : “Cobalah tulis dari hatimu dahulu. Tangkap ide yang berkelebat agar
tak segera lenyap. Alirkan apa saja emosi dan pikiran yang ada di benak dan
hatimu. Biarkan ia mengalir sebebas-bebasnya hingga mencapai keutuhan dan garis
besar tulisan. Setelah itu barulah kumpulkan serta siapkan data-data pendukung
dalam tulisanmu agar ia lebih berbobot dan argumentatif.”
Membaca adalah salah satu modal kita untuk semakin bisa mencintai ilmu.
Imam Ali berkata : “Tubuh kita ini selalu melewati enam keadaan : sehat, sakit, mati, hidup tidur, dan bangun. Hidupnya hati adalah berkat bertambahnya ilmu, dan matinya adalah akibat ketiadaan ilmu. Sehatnya hati adalah berkata keyakinan, sakitnya adalah keraguan. Tidurnya hati adalah kelalaian, dan bangunnya hati berasal dari dzikir yang dilakukan.”
Imam Ali berkata : “Tubuh kita ini selalu melewati enam keadaan : sehat, sakit, mati, hidup tidur, dan bangun. Hidupnya hati adalah berkat bertambahnya ilmu, dan matinya adalah akibat ketiadaan ilmu. Sehatnya hati adalah berkata keyakinan, sakitnya adalah keraguan. Tidurnya hati adalah kelalaian, dan bangunnya hati berasal dari dzikir yang dilakukan.”
Membaca tidak mengenal usia dan waktu. Tidak ada istilah berhanti untuk menggali ilmu. Seandainyapun kita diberitahukan bahwa besok akan mati, maka kita harus tetap terus belajar.
Kunci agar kita selalu
mau belajar adalah jangan pernah menganggap diri kita selalu pintar. Anggaplah
diri kita selalu kurang. Sehingga, kita akan selalu haus akan ilmu pengetahuan.
Ingatlah, bahwa setiap hari ilmu di dunia akan selalu bertambah dan berubah
mengikuti perkembangan jaman. “Ketahuilah, sesungguhnya manusia benar-benar
melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (QS. Al-Alaq : 6-7).
Dengan banyak belajar, maka kita bisa membedakan mana yang baik untuk kita
ikuti dan mana yang tidak semestinya kita jalani.
Dan bukankah Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang di beri
ilmu pengetahuan beberapa derajat? Maka tak ada alasan lagi bagi kita sebagai
umat muslim untuk terus menerus berusaha mencari ilmu yang bermanfaat dengan
sebanyak-banyaknya. “Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang.
Karena itu, keungggulan bukanlah suatu perbuatan melainkan sebuah kebiasaan.
(Aristoteles).
Dari Mua’adz bin Jabal
r.a, ia berkata : “Pelajarilah ilmu, karena mempelajarinya adalah kebaikan,
mencarinya adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih, mendalaminya adalah
jihad, mengerjakannya kepada orang yang belum mengerti adalah sedekah,
mengingatkannya kepada orang yang sudah mengerti adalah taqqarub. Ilmu adalah
teman di waktu sepi, kawan dalam pengasingan, penunjuk jalan kesenangan,
penolong dalam kesulitan, hiasan di tengah-tengah kawan, dan senjata dalam menghadapi
musuh. Ilmu dapat menghidupkan hati dari kebodohan, pelita dari kegelapan,
kekuatan dari segala kelemahan, sarana untuk mencapai derajat orang-orang yang
baik sewaktu hidup di dunia maupun di akhirat. Ilmu merupakan pemimpin dan amal
adalah pengikutnya.”
Maka, teruslah menjalin
persahabatan yang erat dengan buku. Rasakan kehadiran mereka sebagai jendela
untuk kita melihat masa depan di hadapan. Jadikan keberadaan mereka sebagai
jembatan untuk kita berusaha menjadi makhluk Allah yang mencintai ilmu.
Sebuah transkripsi yang
disajikan dalam sebuah buku yang berjudul ”Anthropology off the Shelf” Speaking
Truth to Power with Books. Dalam artikelnya ini Howard zinn membuka tulisannya
dengan untuk apa orang-orang menulis? Apakah hanya sebatas keprofesionalan
semata atau hanya untuk bukunya terbit? Membuat pembaca penasaran dengan apa
yang ada di dalam buku tersebut.
Orang-orangpun bertanya apa yang membuamu seperti ini? Dia menjawab
bahwa bukulah yang membuatnya seperti ini. Dengan kesadaran sosial yang tinggi.
Bukulah yang membuatnya berbeda. Dengan membaca buku bisa merubah paradigma
seseorang, merubah pemikirian, bisa
mengetahui hal yang tidak tahu menjadi tahu. Bahkan bisa merubah sejarah. Semuanya
bisa dirubah melalui buku.
Arti dari Speaking
Truth adalah berbicara tentang kebenaran suatu keadaan yang
sebenar-benarnya tanpa ada pembelokan cerita atau penyembunyian cerita dalam
suatu naskah. Apalagi di latarbelakangi oleh suatu kepentingan birokrasi. Speaking
Truth to Power adalah sebuah frasa yang diciptakan oleh Quaker selama di
pertengahan 1950-an. Ini adalah panggilan bagi Amerika Serikat untuk berdiri
teguh melawan fasisme dan bentuk lain dari totalitarianisme, yang merupakan
frase yang tampaknya membuat bingung hak politik.
Howard Zinn (24 Agustus
1922 - 27 Januari 2010) adalah seorang sejarawan Amerika, penulis, dan aktivis
sosial. Dia adalah seorang profesor ilmu politik di Boston University selama 24
tahun dan mengajar sejarah di Spelman College selama 7 tahun. Zinn menulis
lebih dari 20 buku, termasuk karya terbaik dan terlaris yaitu A People's
History of the United States. Dia menulis secara ekstensif tentang hak-hak
sipil dan gerakan anti-perang, dan sejarah ketenagakerjaan Amerika Serikat.
Artikel tentang
Speaking Truth to Power with Books awalnya menceritakan pengalaman penulis yang
pertama kalinya ia mendapatkan buku di jalan, kemudian buku tersebut ia baca
dan akhirnya buku tersebut bisa mempengaruhi hidupnya dan bisa merubah
pemikirannya. Ada satu kalimat yang membuat saya tercengang adalah seseorang
yang menguasai teks akan bisa mengubah sejarah atau memutar balikan fakta.
Inilah yang dilakukan Howard Zinn dalam tulisannya bahwa penemu benua amerika sebenarnya
bukan christopher columbus. Ia berani mengungkap sejarah yang sudah diyakini
oleh warga amerika tersebut bahwa columbus adalah penemu benua amerika.
Awal mula Christoper Columbus
melakukan perjalanan laut adalah dia dituduh memperkosa putri salah satu
bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun. Pengadilan tidak bisa memutuskan
ia harus di hukum mati. Terjadi pada tahun 1491 dan seorang Pastor bernama
Pastor Perez menengahi atas nama Columbus dan memohon dengan Ratu Isabella
untuk mendanai Columbus. Jika ia
berhasil akan mampu untuk mengkonversi penduduk asli Kristen, sehingga
akhirnya Ratu Isabella mengirimnya dalam misi mencari benua baru (saat itu
tujuan utama adalah mencari India) dan dengan harapan, Columbus tidak akan bisa
pulang kembali.
Saat akhirnya Columbus
mendarat pertama kali di Benua Biru Amerika, ia masih mengira inilah
tanah India. Saat itu para penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira.
Namun, sebaliknya apa yang ditulis Columbus dalam jurnalnya?
“Mereka membawakam kami
burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya sebagai hadiah.
Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki … Mereka tidak memanggul
senjata, padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki besi. Tombak
mereka terbuat dari tebu … Mereka akan dengan mudah kami taklukan menjadi
budak…. Dengan lima puluh orang saja, kita bisa menundukkan mereka semua dan
membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan.”
Columbus juga
menulis, “Saya percaya, bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang
Kristen buatan, karena sepertinya mereka tidak beragama.”
Dalam catatan hariannya, Columbus mengakui, bahwa saat ia tiba di Hindia
(ia saat itu masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika), ia menyiksa
penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi penting
: “Dimana ada Emas?“Helen Ellerbe, dalam “The Dark Side of
Christian History” (hal. 86-88), menggambarkan keberingasan Columbus.
Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa perempuan-perempuan pribumi, lalu
mencambuk mereka demi kesenangan belaka.
Bukti bahwa muslim adalah penemu benua amerika. Pertama, dalam bukunya Saga
America (New York, 1980), Dr. Barry Fell, arkeolog dan ahli bahasa
berkebangsaan Selandia Baru jebolan Harvard University menunjukan bukti-bukti
detail bahwa berabad-abad sebelum Colombus, telah bermukim kaum Muslimin dari
Afrika Utara dan Barat di beua Amerika. Tak heran jika bahasa masyarakat Indian
Pima dan Algonquain memiliki beberapa kosakata yang berasal dari bahasa Arab.
Di negara bagian Inyo dan California, Dr. Barry menemukan beberapa
kaligrafi Islam yang ditulis dalam bahasa Arab salah satunya bertuliskan ”Yesus
bin Maria” yang artinya ”Isa anak Maria”. Kaligrafi ini dapat dipastikan datang
dari ajaran Islam yang hanya mengakui nabi Isa sebagai anak manusia dan bukan
anak Tuhan. Dr. Barry menyatakan bahwa usia kaligrafi ini beberapa abad lebih
tua dari usia Negara Amerika Serikat. Bahkan lebih lanjut, Dr. Barry menemukan
reruntuhan, sisa-sisa peralatan, tulisan, digram, dan beberapa ilustrasi pada
bebatuan untuk keperluan pendidikan di Sekolah Islam. Tulisan, diagram dan
ilustrasi ini merupakan mata p[elajaran matematika, sejarah, geografi,
astronomi dan navigasi laut. Semuanya ditulis dalam tulisan Arab Kufi dari
Afrika Utara.
Penemuan sisa-sisa sekolah Islam ini ditemukan dibeberapa lokasi seperti di
Valley of Fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon Washoe, Hickison
Summit Pas (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valley (New Mexico) dan
Tipper Canoe (Indiana). Sekolah-sekolah Islam ini diperkirakan berfungsi pada
tahun 700-800 M. Keterangan yang sama juga ditulis olh Donald Cyr dalam bukunya
yang berjudul Exploring Rock Art (Satna barbara, 1989).
Kedua, dalam bukunya Africa and the Discovery of America (1920), pakar sejarah
dari Harvard University, Loe Weiner, menulis bahwa Colombus sendiri sebenarnya
juga mengetahui kehadiran orang-orang Islam yang tersebar di Karibia, Amerika
Utara, Tengah dan Selatan, termasuk Canada. Tapi tak seperti Colombus yang
ingin menguasai dan memperbudak penduduk asli Amerika, umat Islam datang untuk
berdagang, berasimilasi dan melakukan perkawinan dengan orang-orang India suku
Iroquis dan Algonquin. Colombus juga mengakui, dalam pelayaran antara gibara
dan Pantai Kuba, 21 Oktober 1492, ia melihat masjid berdiri diatas bukit dengan
indahnya. Saat ini, reruntuhan masjid-masjid itu telah ditemukan di Kuba,
Mexico, Texas dan Nevada.
Ketiga, John Boyd Thacher dalam, bukunya Christopher Colombus yang terbit
di New York, 1950, menunjukkan bahwa Colombus telah menulis bahwa pada hari
Senin, 21 Oktober 1492, ketika sedang berlayar di dekat Cibara, bahagian
tenggara pantai Cuba, ia menyaksikan mesjid di atas puncak bukit yang indah.
Sementara itu , dalam rangkaian penelitian antropologis, para antropolog dan
arkeolog memang menemukan reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta
ayat-ayat al-Qur’an di Cuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Keempat, Clyde Ahmad Winters dalam bukunya Islam in Early North and South
America, yang diterbitkan penerbit Al-Ittihad, Juli 1977, halaman 60
menyebutkan, para antropo0log yang melakukan penelitian telah menemukan
prasasti dalam bahasa Arab di lembah Mississipi dan Arizona. Psasasti itu
menerangkan bahwa imigran Muslim pertama tersebut juga membawa gajah dari
Afrika.
Sedangkan Ivan Van Sertima, yang dikenal karena karyanya They Came Before
Colombus, menemukan kemiripan arsitrektur bangunan penduduk asli Amerika dengan
kaum Muslim Afrika. Sedang dalam bukunya yang lain African Presence in Early
America, juga menegaskan tentang telah adanya pemukiman Muslim Africa sebelum
kehadiran Colombus di Amerika.
Kelima, ahli sejarah Jerman, Alexander Von Wuthenan juga memberikan bukti
bahwa orang-orang Islam sudah berada di Amerika tahun 300-900 M. Artinya, umat
Islam sudah ada di Amertika, paling tidak setengah abad sebelum Colombus lahir.
Bukti berupa ukiran kayu berbentuk kepala manusia yang mirip dengan orang Arab
diperkirakan dipahat tahun 300 dan 900 M. Beberapa ukiran kayu lainnya diambil
gambarnya dan diteliti, ternyata memiliki kemiripan dengan orang Mesir.
Keenam, salah satu buku karya Gavin Menzies, seorang bekas pelaut yang
menerbitkan hasil penelusurannya, menemukan peta empat pulau di Karibia yang
dibuat pada tahun 1424 dan ditandatangani oleh Zuanne Pissigano, kartografer
dari Venezia, yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Peta ini berarti
dibuat 68 tahun sebelum Colombus mendarat di Amerika. Dua pulau pada peta ini
kemudian diidentifikasi sebagai Puertorico dan Guadalupe.
Henry Ford dalam bukunya The Complete International Jew, terdapat cuplikan
yang menjelaskan bagaimana kondisi riil Umat Islam pada akhir kekuasaan Islam
di Spanyol, yang mengalami penyiksaan yang sangat luar biasa, dan bagaimana
dari penyiksaan tersebut akhirnya ada yang melarikan diri bersama rombongan
Colombus ke Amerika. Dalam buku tersebut dapat disarikan sebagai berikut : Perjalanan
Colombus dimulai 3 Agustus 1492, sehari setelah jatuhnya Granada, benteng
terakhir umat Islam di Spanyol. Dalam pertarungan hidup-mati itu, 300 ribu
orang Yahudi diusir dari Spanyol oleh raja Ferdinand yang Kristen. Selanjutnya,
dalam buku tersebut dikisahkan bagaimana perjuangan penggalanagan dana oleh
kaum Yaahudi untuk mendukung perjalanan Colombus dan pada hakekatnya juga
pelayaran bagi pelarian Yahudi Spanyol ke Amerika. Tapi ada bahagian informasi
yang sengaja tidak dipublikasikan, yakni bahwa Colombus membawa dua kapal,
yakni kapal Pinta dan Nina. Kedua kapal ini dibantu oleh nakhoda Muslim
bersaudara. Martin Alonso Pinzon menakhodai kapal Pinta, dan Vicente Yanex Pinzon
menakhodai kapal Nina. Keduanya menggunakan Spanyol namun keduanya sebenarnya
masih keluarga Sultan Maroko Abu Zayan Muhammad III (1362-1366) yang menguasai
kekhalifahan Marinid (1196-1465). Informasi tersebut juga ditemukan dalam buku
karya John Boyd Thacher, Christopher Colombus, New York, 1950.
Contoh diatas telah dikuatkan dengan artikel-artikel yang telah saya baca.
Telah membuktikan bahwa apa yang dikemukakan oleh Howard zinn itu adalah benar. Bahwa sesungguhnya
bukanlah Christopher Columbus yang menemukan
benua amerika. Mengungkap tabir yang tersembunyi dalam sebuah buku memang
sulit. Sepatutnya kita jangan terlalu percaya pada satu buku. Tidak seharusnya langsung melahap mentah-mentah konsep pembicaraan
yang sudah terbangun tersebut. Kita harus mengkonsep ulang dengan cara mengkritisi serta harus
mencari referensi lain ( fakta dan bukti ) mengenai hal yang sedang dibicarakan
tersebut. Bahwa apa yang telah kita pahami itu adalah benar. Pertanyaannya adalah
mengapa penulis sengaja menyembunyikan fakta sejarah. Apakah faktor dari
penulis sehingga ia menyembunyikan fakta yang sangat crucial. Sampai sekarang
pun belum terpecahkan mengapa hal tersebut terjadi. Karena yang kita ketahui
bahwa kehebatan lain dari penulis itu bisa memutar balikkan fakta atau sejarah.
Kita ketahui bahwa bangsa Amerika sangat menghormati sejarah. Apalagi
sejarah tersebut diikat oleh sebuah buku. Buku yang merupakan gudang ilmu yang
ilmunya tetap abadi tersimpan dalam sebuah buku. Contohnya saja sejarah tentang
Columbus ini. Sejak dahulu kala warga Amerika telah mengetahui bahwa penemu
benua Amerika adalah Columbus. Merekapun sudah sangat mempercayainya karena itu
sudah menjadi bagian dari sejarah dan sudah tersimpan dalam buku. Ketika ada
seseorang yang berani mengungkapkan bahwa penemu benua amerika bukanlah
columbus. Sontak warga amerikapun merasa kaget dan tidak terima dengan statement
atau buku tersebut. Walaupun yang telah mengungkap kebenaran itu adalah warga
amerika sendiri. Howard zinn adalah orang yang kontra dengan sejarah tersebut.
Sampai saat ini pun ketika saya membaca artikel-artikel di internet masih
banyak yang mengatakan bahwa penemu benua amerika adalah Columbus. Bahkan sampai
saat ini di setiap buku pelajaran di sekolah. Kehebatan Howard zinn yang telah
mengungkapkan fakta yang sebenarnya patut di hargai. Walaupun beliau ini
merupakan warga non muslim. Tetapi beliau telah menunjukkan fakta yang
sebenarnya bahwa penemu benua amerika adalah orang islam.
Maka dari itu kita sebagai warga muslim seharusnya berbangga hati bahwa memang
benar, sejarah-sejarah terdahulu yang telah menemukan atau melahirkan suatu
penemuan hebat seperti dalam bidang kedokteran, astronot, ahli matetamika
adalah orang muslim. Ini membuktikan bahwa orang muslim lebih hebat
dibandingkan orang barat.
Sebagai warga muslim yang baik kita sepatutnya harus banyak membaca seperti
yang terkandung dalam Al-Qur’an
surat Al-‘Alaq “ Iqro’ bismi robbikal-ladzi kholaqo “ yang artinya bacalah
dengan nama robb (Tuhan) kamu (yakni Allah) yang menciptakan. Di dalam alqur’an pun kita telah di wajibkan
membaca. Sebagai pembaca yang kritis kita tidak seharusnya percaya pada tulisan
atau satu buku saja. Tetapi kita harus mencari referensi buku lain untuk menguatkan
isi buku benar atau tidak.” Berbicara kebenaran berarti berbicara sejarah. Tetapi
pada kenyataannya sejarah mengandung kepalsuan yang disebabkan oleh faktor
kekuasaan ataupun faktor lainnya. Sejarahpun
harus tetap kita jaga, harus tetap kita kenang karena Bung Karno mengatakan
bahwa "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri. “Jangan sekali-kali melupakan sejarah."
Referensi
http://m.kompasiana.com/post/read/616281/3
Beberapa pargaraf pertama terasa 'menjauhkan' pembahasan tentang artikel ZInn. jangan terjebak pada lautan fakta dan data sejarah. Saya hanya mau liat posisi kamu sebagai kritikus lho
ReplyDelete