Menguak
Tabir Kepalsuan
Masih hangat dibenak kita sebuah
anggapan yang mengatakan bahwa “seseorang
yang menguasai teks akan bisa mengubah sejarah”. Hal inilah yang
menarik perhatian saya untuk menjadikan sebuah patokan bahwasannya dengan
menulis, kita dapat mengabadikan pengetahuan kita dan membaginya kepada orang
lain, bahkan menulis itu adalah sebagai kegiatan awal untuk mengubah
dunia. Faktanya, sejarah yang ada atas
jasa sang penulis pun dibuat sesuka hati si penulis. Namun itu semua pastinya akan kembali diusut
oleh seseorang yang kritis, yang ingin menguak kebenaran dibalik sejarah yang
sudah ada, dan sudah terlanjur diketahui oleh public. Sejarahwan menulis seakan setiap pembaca
punya sebuah kepentingan bersama yang tunggal.
Para penulis tertentu seakan lupa bahwa produksi pengetahuan adalah alat
tempur dalam antagonisme antar kelas sosial, ras, ataupun bangsa bangsa. Membicarakan tentang menulis sepertinya tidak
bisa terlepas dari berbagai buku-buku yang menjadi sumber bacaan. Buku mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam menciptakan pemikiran seseorang, asupan informasi yang didapat dari
bacaannya akan berpengaruh pada paradigma dan cara berfikirnya.
Berbicara mengenai sejarawan, adalah
Howard Zinn, lahir pada tanggal 24 Agustus tahun 1992 dan meninggal pada
tanggal 27 Januari 2010 di usia 87 tahun ini merupakan seorang sejarawan,
dramawan, seorang Yahudi Anti Israel dan Anti zionis, dan aktifis. Namanya ditulis sebagai seorang yang
mengungkap sejarah dari Amerika Serikat dilihat dari berbagai sudut
pandang. Dalam artikelnya tersebut
Howard Zinn memulai pembahasannya dengan buku dan tulisan yang tidak bisa
terpisahkan. sang sejarahwan radikal Amerika, yang meninggalkan nama besar dari
sebuah buku legendaris yang ia tulis; A
People’s History of the United States. Buku tersebut yang
ketika diterbitkan pertama kali di tahun 1980 hanya terjual empat ribu copy,
kini telah terjual habis hampir mencapai dua juta kopi dan dicetak ulang lima
kali. Ia menempatkan sang penulis, saat itu seorang profesor sejarah di Boston
University, di jajaran elit tradisi kritis kaum liberal-progresif Amerika. Kata Zinn, setiap penekanan tertentu dalam
penulisan sejarah akan mendukung sebuah kepentingan. Bisa kepentingan politik,
ekonomi, rasial ataupun nasional.
Yang menarik dari buku Zinn tentu
saja adalah keberaniannya untuk mengungkap sisi gelap sejarah benua baru dan
komitmen pada kaum subaltern dalam definisi Spivak, mereka yang terpinggirkan
dalam politik menarasikan sejarah. Sasaran tembaknya tak tanggung tanggung,
Christoper Colombus dan para sejarahwan yang menulis versi lugu dari kedatangan
para kolonis. Di dalamnya termasuk sejarahwan Harvard, Samuel Elliot Morison.
Inilah kritik pedas Zinn pada Samuel
Elliot Morrison sang sejarahwan Harvard yang menulis buku seminal Christoper
Columbus, Mariner. Bahwasannya fakta
yang tertera di satu halaman ini kemudian ia kubur dalam ratusan halaman lain
yang mengagungkan kebesaran sang pelaut. Keputusan untuk lebih menceritakan
sebuah heroisme dan abai pada penekanan fakta pembantaian masal yang terjadi
pada suku Indian Arawaks bukanlah sebuah kebutuhan teknis ala pembuat
peta, namun murni pilihan ideologis. Sebuah pilihan ideologis untuk
menjustifikasi apa yang telah terjadi, pungkas Zinn. Kita seakan diajarkan sebuah
imperatif moral bahwa pengorbanan, meski begitu tak manusiawi, itu perlu untuk
sebuah kemajuan. Morison seakan mengatakan dengan kalem bahwa benar telah
terjadi pembantaian pada suku Arawaks, namun fakta kecil itu tak sebanding
dengan jasa dan kepahlawanan Columbus bagi kita.
Mungkin beberapa dari antara kita sudah tahu soal fakta sejarah
asli mengenai Columbus, tokoh yang selalu disebut sebagai penemu Amerika. Sudah
saatnya kita meluruskan sejarah tentang kebenaran seorang Columbus yang pertama
kali menemukan benua amerika. Ada banyak
fakta mengejutkan ketika para penulis dan peneliti sejarah menguak
Columbus. Rasa penasaran ini berdasar
kenyataan, bahwa setiap tahun ada satu hari khusus yang disebut “Columbus Day”
sebagai peringatan atas jasanya jadi penemu Benua Amerika.
Kita di Indonesia memang tidak terkena dampaknya secara langsung,
namun pemahaman yang diterima dalam ranah pendidikan formal, “betapa hebatnya
Columbus” tentu akan mengaburkan kebenaran pelajaran sejarah tentang
Columbus. Beberapa fakta di bawah ini
bisa membuka mata kita dan mengerti betul kebenaran suatu sejarah.
Pertama adalah alasan Columbus pergi berlayar yaitu karena Columbus
memperkosa putri salah satu bangsawan Spanyol yang masih berusia 13 tahun.
Pengadilan tidak bisa memutuskan ia harus dihukum mati, sehingga akhirnya Ratu
Isabella mengirimnya dalam misi mencari benua baru (saat itu tujuan utama
adalah mencari India) dan dengan harapan, Columbus tidak akan bisa pulang
kembali.
Yang kedua yaitu saat
akhirnya Columbus mendarat pertama kali di Benua Biru Amerika, ia masih mengira
inilah tanah India. Saat itu para
penduduk asli menyambut Columbus dengan gembira. Namun, sebaliknya yang ditulis
Columbus dalam jurnalnya mengatakan ;
“Mereka membawakam kami burung beo, bola kapas dan tombak dan banyak hal
lainnya sebagai hadiah. Mereka rela memperdagangkan segala yang mereka miliki …
Mereka tidak memanggul senjata, padahal saya menunjukkan pedang. Mereka tidak memiliki besi. Tombak mereka terbuat dari tebu … Mereka akan
dengan mudah kami taklukan menjadi budak… Dengan lima puluh orang saja, kita
bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita
inginkan.“ Bahkan, Columbus juga
menulis, “Saya percaya bahwa mereka akan dengan mudah menjadi orang Kristen buatan,
karena sepertinya mereka tidak beragama.”
Dalam catatan hariannya, Columbus mengakui bahwa saat ia tiba di
Hindia (ia saat itu masih percaya telah menemukan India, bukan Amerika), ia
menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi
penting: di mana ada emas?
Dan mengapa hanya Columbus saja yang sampai saat ini dikenal
sebagai penemu benua amerika? Karena saat terjadi pengusiran kaum yahudi dari
spanyol sebanyak 300.000 orang yahudi oleh raja Ferdinand yang Kristen, kemudian
orang-orang yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus dan berita
‘penemuan benua Amerika’ dikirim pertama kali oleh Christopher Columbus kepada
kawan-kawannya orang Yahudi di Spanyol.
Pelayaran Columbus ini nampaknya haus publikasi dan diperlukan
untuk menciptakan legenda sesuai dengan ‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang
dana. Kisah selanjutnya kita tahu bahwa media massa dan publikasi dikuasai oleh
orang-orang Yahudi yang bahkan dibenci oleh orang-orang seperti Henry Ford si
raja mobil Amerika itu. Maka tampak ada
ketidak-jujuran dalam menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua
Amerika. Penyelewengan sejarah oleh
orang-orang Yahudi yang terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama orang
Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika.
Helen Ellerbe, dalam “The Dark Side of Christian History” (hal.
86-88) menggambarkan keberingasan Columbus. Selain menyiksa, ia juga sering memperkosa
perempuan-perempuan pribumi lalu mencambuk mereka demi kesenangan belaka. Koloni yang dibawa Columbus pada pelayaran
berikutnya (1496) diklaim bertanggungjawab atas kematian 34 juta penduduk asli
Amerika. Nah, kini apakah masih pantas Columbus disebut tokoh besar penemu
Amerika, diperingati seluas dunia dengan “Columbus Day”? Setelah mengetahui
fakta kekejaman dirinya? Inilah yang
selama ini belum kita ketahui, dan baru sekarang bagi saya pribadi mengetahui
sifat asli Columbus yang demikian. Dari
sini saja kita dapat mengetahui bahwasannya penulis itu dapat menguasai
sejarah, seperti apa yang telah saya bicarakan di alinea awal, “seseorang yang menguasai teks akan bisa
mengubah sejarah”, karena semua informasi yang diberikan itu sebagian besar
bermula dari seorang penulis.
Setelah kita menguak akan kisah Columbus yang menemukan benua biru
amerika. Dan tahukah anda? sebenarnya
laksam ana Zheng He atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama Laksamana
Cheng Ho adalah penemu benua amerika pertama, sekitar 70 tahun sebelum
Columbus. Sekitar 70 tahun sebelum
Columbus menancapkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah
lebih dulu datang ke sana. Laksamana Cheng Ho, terlahir di
Kunyang, kota yang berada di sebelah barat daya Propinsi Yunan, pada tahun
1371. Keluarganya yang bernama Ma,
adalah bagian dari warga minoritas Semur.
Mereka berasal dari kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam.
Fakta
baru Penemu Benua Amerika : Ini Bukti Laksamana Cheng Ho Penemu Amerika,
Bukan Columbus
Sebuah salinan peta berusia 600 tahun yang ditemukan di sebuah toko
buku loak mengancam status Columbus sebagai penemu Amerika. Juga menjadi kunci
untuk membuktikan bahwa orang dari Negeri China yang pertama menemukan benua
itu. Klaim bukti bahwa laksamana China
memetakan Belahan Bumi Barat (Western Hemisphere) lebih dari 70 tahun sebelum
Columbus, adalah salah satu klaim yang dimuat penulis Gavin Menzies dalam buku barunya, “Who
Discovered America?”, yang diluncurkan jelang Hari Columbus tahun lalu.
“Kisah
tradisional bahwa Columbus menemukan ‘dunia baru’ adalah fantasi belaka,” kata dia seperti
dimuat Daily Mail, 8 Oktober 2013.
Ia bahkan yakin, Columbus memiliki salinan peta Cheng Ho saat mengarungi
samudera menuju Amerika. Menzies juga
mengatakan, armada megah kapal China yang dipimpin Cheng Ho berlayar di sekitar
daratan Amerika Selatan, 100 tahun sebelum Ferdinand Megellan (orang pertama
yang berlayar dari Eropa ke Asia, orang Eropa pertama yang melayari Samudra
Pasifik, dan orang pertama yang memimpin ekspedisi yang bertujuan mengelilingi
bola dunia).
Menzies tak diakui sebagai sejarawan dan bukan lulusan universitas
ternama. Dia adalah bekas serdadu di kapal perang milik Angkatan Laut Inggris.
Tapi, ia bukan amatiran. “Who Discovered America?” adalah buku
keempatnya di mana ia berusaha menulis kembali sejarah dalam kaca mata Timur.
Namun teori-teorinya yang ‘pro-Asia’
tidak diterima oleh komunitas akademik.
Pada tahun 2008, profesor sejarah University of London, Felipe
Fernandez-Armesto mengatakan, buku Menzies sekelas buku kisah hidup Elvis
Presley yang dijual di supermarket atau kisah hamster alien.
Debut Menzies dimulai pada 2002 lalu dalam bukunya, “1421: The Year China Discovered the
World,” yang menyebut Laksamana Ceng
Ho mencapai Eropa dan Afrika, juga melintasi Samudera Pasifik, ke Belahan Bumi
Barat. Dia mengklaim Cheng Ho tak hanya
menemukan dunia baru pada 1421, tapi meninggalkan koloni di sana. Armadanya juga berlayar di sekitar ujung
Amerika Selatan, melalui Selat Megellan sekitar Teluk Meksiko dan sampai
Mississippi .
Sementara dalam buku barunya, Menzies fokus pada teori tentang
orang Asia yang berhasil sampai ke Amerika Utara dan Selatan jauh sebelum Cheng
Ho. “Setidaknya 40 ribu tahun lalu,”
tulis dia, dari laut. Namun pernyataan
itu menyalahi anggapan ilmuwan yang percaya bahwa manusia pertama menghuni
Belahan Bumi Barat sekitar 13.000 sampai 16.500 tahun yang lalu. Bahkan, teori universal di kalangan para
akademisi adalah, manusia tiba di ‘dunia baru’ dengan menyeberangi ‘Jembatan
Selat Bering’, melewati tanah menghubungkan antara Asia dan Amerika Utara.
“Semakin saya berpikir tentang teori Bering Straight, makin terasa
konyol,” kata Menzies. Menzies mengatakan ide bahwa manusia mampu menyeberangi
Samudra Pasifik di masa sekitar 40 ribu SM tak sedramatis kedengarannya. “Jika Anda masuk ke bak mandi plastik, arus
juga akan membawa Anda ke sana,” kata dia. “Kuncinya ada pada arus.” Jadi,
siapa penemu benua Amerika?
Suku
Indian yang sudah Muslim, jauh sebelum Columbus menginjakan kaki di Amerika
Christopher Columbus menyebut Amerika sebagai ‘The New World’
ketika pertama kali menginjakkan kakinya di benua itu pada 21 Oktober
1492. Namun, bagi umat Islam di era
keemasan, Amerika bukanlah sebuah ‘Dunia Baru’.
Sebab, 603 tahun sebelum penjelajah Spanyol itu menemukan benua itu,
para penjelajah Muslim dari Afrika Barat telah membangun peradaban di Amerika.
Klaim sejarah Barat yang menyatakan Columbus sebagai penemu benua
Amerika akhirnya terpatahkan. Sederet
sejarawan menemukan fakta bahwa para penjelajah Muslim telah menginjakkan kaki
dan menyebarkan Islam di benua itu lebih dari setengah milenium sebelum
Columbus. Secara historis umat Islam
telah memberi kontribusi dalam ilmu pengetahuan, seni, serta kemanusiaan di
benua Amerika. ”Tak perlu diragukan
lagi, secara historis kaum Muslimin telah memberi pengaruh dalam evolusi
masyarakat Amerika beberapa abad sebelum Christopher Columbus menemukannya,”
(Fareed H Numan : American Muslim History A Chronological Observation). Sejarah mencatat Muslim dari Afrika telah
menjalin hubungan dengan penduduk asli benua Amerika, jauh sebelum Columbus
tiba.
Menurut Van Sertima, Columbus pun mengaku melihat sebuah masjid
saat berlayar melalui Gibara di Pantai Kuba. Selain itu, penjelajah
berkebangsaan Spanyol itu juga telah menyaksikan bangunan masjid berdiri megah
di Kuba, Meksiko, Texas, serta Nevada. Itulah bukti nyata bahwa Islam telah
menyemai peradabannya di benua Amerika jauh sebelum Barat tiba.
Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam
pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di
atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini
sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus
kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara
Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan
Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus,
New York 1950]
Dari berbagai sisi sejarah yang menceritakan tentang Benua Amerika,
kenapa hanya nama Colombus yang di sebut-sebut sebagai penemu daratan tersebut,
sampai-sampai diadakannya Columbus day.
Sejarah Benua Amerika hanyalah contoh kecil dari manfaat kesadaran dan
wawasan yang diperoleh melalui buku. Manusia bertambah cerdas dan kritis dalam
menyikapi dan merespon apa yang dia dengar dan dia ketahui. Seorang pembaca
kritis tidak akanbegitu saja menerima apa yang tersaji di depan matanya. Dia
akan menemukan perfektif lain. Inilah yang akhirnya mendorong speaking truth.
Lalu bagaimana jika sedari dini kita sudah di cocoki dengan sejarah-sejarah
yang belum tentu kebenarannya? Apakah itu adalah contoh salah satu penyimpangan
dari speaking truth atau ketidakkritisan si pembaca? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah tantangan bagi kita sebagai calon orang tua dan guru dalam
memeberikan fakta pada anak-anak kita.
Sudah saatnya kita untuk meluruskan sejarah dan tidak lagi
mengajarkan yang salah kaprah. Banyak fakta yang mengejutkan ketika para
penulis dan peneliti sejarah menguak Columbus. Rasa penasaran ini berdasarkan
kenyataan, bahwa setiap tahun ada hari khusus yang disebut “Columbus Day”
sebagai peringatan atas jasanya sebagai penemu Benua Amerika. Peringatan ini
berasawal dari tahun 1792 yang merupakan tanda 300 tahun kedatangan Columbus ke
Amerika, kemudia dari kedatangannya itu adanya hari Columbus menjadi hari libur
nasional di Ameriksa pada tahun 1937.
Terbantahya
Teori Colombus
Secara logika setelah apa yang saya lihat dan baca mengenai
penemuan benua amerika yang ditemukan oleh christopher columbus itu semua
adalah tidak benar. Pertama, ketika
pertama kali colombus menginjakkan kaki ke benua amerika ternyata sudah ada
suku yang menempati benua tersebut yaitu suku indian muslim. Kedua, ketika colombus telah sampai pada
benua tersebut dia terpana dan terpukau dengan bangunan yang sama yang ada pada
daerah jajahannya sebelumnya. Dia pun
tidak habis pikir bahwa kedatangannya ke benua amerka bukanlah pertama kalinya
melainkan sudah ada penghuni sebelumnya.
Pelaut dari spanyol itu memang telah sampai di tanah impian yaitu
benua amerika. Tetapi dia dengan
berbagai cara ingin menciptakan sebuah peradaban baru dan ingin membuktikan
kepada ratu isabella bahwa dia telah menemukan sebuah benua yang disebut dengan
benua amerika, tetapi sayang sekali teori itu tidak benar adanya sama sekali,
jauh sebelum kolombus menghampiri dan menginjakkan kaki di tanah impian itu
ternyata sudah ada peradaban islam lima abad sebelumnya, dengan bukti banyak
ditemukan berbagai artefak-artefak islam sperti adanya sebuah masjid dan
tulisan “Muhammad” dalam bahasa arab.
Dan fakta yang tidak terbantahkan, adalah sebuah naskah perjanjian
antara pemerintah Amerika dan Kepala Suku Indian Cherokee. Naskah itu hingga kini masih tersimpan rapi
di gedung Arsip Perpustakaan Nasional di ibukota Washington DC. Yang menarik,
nama kepala Suku Cherokee adalah Abdel-Khak and Muhammad Ibnu Abdullah. Jelas
itu nama muslim. Nah disinilah
teori-teori tentang kolombus sebagai penemu benua amerika sudah bisa dipatahkan
bahwa sebenarnya yang menemukan benua amerika itu orang muslim dan bukan
colombus.
Jika dapat kita tarik kesimpulan dari keseluruhan wacana diatas
tentang pemikiran yang dikemukakan oleh Howard Zinn, sangatlah jelas dan benar
akan pemikiran tentang penemu benua amerika yang mungkin secara global dengan
kasa mata dan dengan pengetahuan yang sangat
awam bahwa penemu benua amerka adalah Christopher Colombus.
Tetapi itu semua tidak benar adanya. Sebenarnya yang menemukan benua amerika
adalah orang muslim bukanlah Christopher Colombus, teori tentang christopher
colombus yang menemukan benua amrika sudah membohongi seluruh umat didunia ini,
karena orang yang percaya akan teori colombus adalah orang yang tingkat
literasinya masih datar. Mereka hanya
membaca atau mendengarkan dari satu pihak dan tidak pernah menggali karena rasa
penasaran, padahal teori colombus yang menemukan benua amerika sudah membohongi
seluruh orang. Disinilah peran sejarah,
dan sejarah bersifat dinamis tidak statis yang berarti akan berubah jika mengalami
berbagai penemuan-penemuan baru seperti halnya dalam wacana diatas.
Sangat luar biasa Islam, jikapun fakta mengenai penemu Amerika
tidak bisa berubah nantinya (tetap meyakini bahwa Columbus sebagai penemu benua
Amerika) Islam tidak bisa dimarjinalkan, karena dalam proses Columbus menemukan
benua Amerika, Islam sangat berkontribusi besar.
Subhanallah, 1 lagi bukti.
Dari ilmiah, Islam terbukti benar.
Dari nalar, Islam terbukti benar.
Dari Sejarah, Islam terbukti benar.
Dari Kitab agama lain pun, Islam terbukti benar.
Qs.3 Ali Imran:85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
References
0 comments:
Post a Comment