Pengetahuan
dapat Menyelamatkan Dunia
Berbicara tentang kekuatan Speaking yang
terdapat pada karya Howard Zinn yang berjudul “Speaking Truth to Power with Books1” adalah dimana
terdapat sebuah kemampuan untuk mengukur diri kita supaya berfikir lebih kritis
dalam membicarakan suatu kebenaran yang kuat, yang terdapat di dalam sebuah buku.
Kita ketahui pada aspek bahasa inggris selain wrting terdapatnya juga aspek
speaking, listening dan reading. Semua aspek tersebut diterapkan melalui system
pendidikan di Indonesia. Berbagai media dan cara-cara tersendiri untuk mengukur
kemampuan aspek tersebut ialah sangat beragam.
Mengukur kemampuan kekuatan speaking. Kita
dapat melihatnya dari aksen bicara yang diungkapkan oleh seorang pembicara.
Setiap orang mempunya daya aksen tersendiri untuk mengungkapakan atau
menuangkan isi yang akan disampaikannya. Tentunya hal yang dibahas pada buku
tersebut mengacu kepada bagaimana kekuatan kebenaran yang terdapa di buku? Dan
setelah saya baca dari halaman 15-20 kekutan kebenaran dari buku tersebut
adalah bukan pada aspek speakingnya saja, namun terdapat kaitannya juga dengan
reading, listening dan wrting. Mengapa saya berpendapat demikian?
Alasan pertama selain kekuatan kebenaran pada buku adalah speaking. Di
jelaskan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan speaking baik, belum tentu
mempunya cita rasa wrting yang baik pula. Jadi dalam hal ini seseorang bukan
hanya di tuntut pada satu aspek saja melainkan juga dapat memiliki aspek yang lainnya
yang saling mendukung dan saling berkaitan.
Kedua dan ketiga yaitu
mencakup listening dan reading. Dari beberapa pengalaman Howard Zinn sejak
kecil dia selalu mendengarkan hal-hal kecil. Seperi rasa ingin tahu dan
penasaran terhadap seseorang yang dilakukannya seperti pada saat Howard Zinn berusia
15, 16, 17 dia sudah membaca buku-buku terentu yang memiliki efek yang sangat
kuat bagi dirinya, penjelasan tersebut sama halnya pada aspek reading. Howard
Zinn selalu membaca apa yang ia membuat penasaran. Oleh sebab itu dia mengatakn
bahwa “This book changed my life”. Bayangkanlah Howard Zinn mengatakan bahwa
“buku adalah merubah hidupku” sosok Howard Zinn sekarang menjadi Ilmuan besar,
dan menciptakan beberapa judul buku. Ia meninggalkan seorang istri dan nama
besar dari sebuah buku legendaries yang ia tulis: people’s history of the united states. Buku
tersebut ketika diterbitkan pertama kali di tahun 1980 hanya terjual 4000 copy,
kini hamper terjual habis mencapai 2 juta copy dan di cetak ulang lima kali. Ia
menempatkan sang penulis, saat itu seorang profesor sejarah di Boston
University, di jajaran elit tradisi kritis kaum liberal progresif Amerika.
Sebuah penemuan adalah hakikatnya adalah
suatu pemikiran yang sehat dan penelitian yang akurat. Dari judul diatas
mengenai “Speaking Truth to Power with Books” adalah apakah kekuatan kebenaran
hanya ada didalam buku? Kenapa harus didalam buku? Selain dari buku, sebetulnya
apa yang membuat orang-orang dapat mengingat dari apa yang di tulis, di tangkap
dan di pahami? Alasan pertama menurutnya adalah: one reason is that it is very
rare to find a direct lline between the wrting of a book and the changing of a
policy” maksudnya adalah salah satu alasannya adalah bahwa hal ini sangat
jarang untuk menemukan langsung garis antara penulisan buku dan perubahan kebijakan.
Yang menarik dari buku tersebut adalah
sebuah keberanian untuk mengungkap sisi gelap sejarah benua baru dan komitmen
pada kaum subaltern dalam definisi spivak: mereka yang terpinggirkan dalam politik
meneruskan sejarah. Sasaran tembaknya tak tanggung-tanggung yaitu :
Christoper Columbus dan para sejarahwan
yang menulis versi lugu dari kedatanagan para kolonis. Di dalamnya termasuk
sejarahwan Harvard, Samuel Elliot Morison.
Elliot Morisonlah yang menciptakan buku
tentang Christoper Columbus. Marison tak sedikir berbohong soal kekejaman
Columbus. Kita ketahui bahwa Christoper Columbus adalah pahlawan, Columbus
adalah penemu besar, Columbus adalah pembaca Al-Kitab yang saleh. Sebaliknya,
bahwa Pendapat Howard Zinn mengenai Columbus adalah sebagai pembunuh, penyiksa,
penculik, multilator seorang pribumi, munafik, orang yang tamak mencari emas,
dan lain sebagainya. Dari pernyataan di atas yang kita ketahui bahwa Christoper
Columbus adalah penemu Benua Amerika dan seorang pahlawan.
(Howard Zinn ) Lalu, apa yang salah
ketika para sejarahwan menganggap profesi mereka sama dengan para kartografer.
Pembuat peta dengan sengajaja menyederhanakan realitas gambar yang
sesungguhnya. Menunjukan bagian yang perlu, dan membuang yang tidak penting
untuk di lihat. Itu yang membuat dip eta Indonesia. Kepulauan kita menjadi
datar dan tak perlu ada benua aerika disana. Namun menulis sejarah adalah hal
yang sungguh-sungguh berbeda.
Jika dsorot bahwa bahwa para kartografer
bersifat teknis, maka biasanya para sejarahwan bersifat idioligis. Setiap
penekanan tertentu dalam sejarah dapat
mencakup kepentingan politik, sejarah, rasial ataupun nasional. Pernyataan di
atas adalah sebuah kritikan dari Howard Zinn kepada Samuel Ellot Morisson sang
sejarahwan Harvard yang menulis buku seminar Chistroper, Mariner. Secara tidak
langsung hal tersebut mengacu kepada untuk menemukan garis langsung dan dapat
menemukan era dimana tulisan-tulisan tersebut
muncul dan kesadaran dari masyarakat yang dibesarkan dalam kebijakan
yang berubah beberapa kali dari puluhan tahun lalu.
Selain itu dikuatkan lagi dengan bukti
nama dari Benua Amerika sendiri. Jika
Christopher Columbus adalah penemu benua Amerika, maka mengapa benua itu
dinamakan benua Amerika dan bukan benua Columbia? Apalagi, nama Amerika berasal
dari nama Amerigo Vespucci, yang hanya salah satu asisten dari Columbus.
Gambar Amerigo
Vespucci
Sebuah
peta dunia berusia 500 tahun, menjawab mengapa nama Amerika ditera secara
permanen pada benua yang ditemukan Columbus itu, hari Kamis (13/12) dipajang di
Perpustakaan Kongres AS di Washington DC. Peta ini dibuat oleh biarawan asal
Jerman, Martin Waldseemuller, tahun 1507.
Waldseemuller
yang tinggal di desa St Die, wilayah yang kini berada di Provinsi Lorraine,
Perancis, dalam peta yang dibuat setahun setelah kematian Columbus sudah
menyebutkan jelas Benua Amerika. Seharusnya, peta tersebut menyebutkan Benua
Columbia, apalagi baru lewat setahun dengan kematian Columbus di Valladolid,
Spanyol, 20 Mei 1506.
Saat
itu peta Waldseemuller dibuat sebanyak 500 salinan, tetapi hanya satu yang bisa
bertahan selama lebih dari lima abad. Rupanya, sebuah keluarga bangsawan Jerman
selama ini hampir 400 ratus tahun menyimpan peta ini di ruang perpustakaan di
kastil mereka.
Ini
juga dokumen pertama dalam bentuk apa pun yang memunculkan nama Amerika,” ujar
John Hebert, Kepala Divisi Peta dan Geografi pada Perpustakaan Kongres, kepada
wartawan. Hebert juga menegaskan bahwa ini peta pertama yang menggambarkan
pemisahan dan seluruh belahan bumi Barat dengan dua samudra.
Peta
karya Waldseemuller cukup besar, dengan panjang 2,32 meter dan lebar 1,20
meter. Terdiri dari 12 jalur. Akurasi dari peta yang menggambarkan Benua
Amerika ini cukup mengudang decak kagum para ahli.
“Sekitar 80 persen dari peta ini tepat,” ujar Hebert. “Margin kesalahan juga hanya sekitar 70 mil pada khatulistiwa,” katanya menambahkan.
“Sekitar 80 persen dari peta ini tepat,” ujar Hebert. “Margin kesalahan juga hanya sekitar 70 mil pada khatulistiwa,” katanya menambahkan.
Lantas
mengapa bisa nama Amerika yang muncul di peta dan bukan nama Columbia? Besar
kemungkinan, Waldseemuller membuat peta berdasarkan informasi dan keterangan yang
diberikan Amerigo Vespucci, asisten Columbus. Maklum, saat itu Columbus sudah
meninggal dunia.
“Saya
menduga telah banyak perjalanan ke benua itu antara tahun 1492 dan tahun 1506,
dan bahwa ada kemungkinan orang Spanyol dan Portugal sudah berlayar ke Amerika
Latin dan melintas ke pantai barat Amerika,” kata Hebert.
Waldseemuller
menerakan nama Amerika pada peta yang dibuatnya tahun 1507 ini. Penjelasan
“Terra Incognita” atau “tanah yang belum pernah dikenal” pada benua baru tadi
sudah tidak dipakai lagi. Sejarawan lantas bertanya mengapa nama Vespucci yang
dipakai dan bukan Columbus yang justru sebagai sebagai penemu pada tahun 1492.
Jay
Kislak, seorang banker yang juga memberikan sebagian koleksi petanya, termasuk
peta karya Waldseemuller tahun 1516, kepada Perpustakaan Kongres AS, menduga
nama Amerika yang muncul karena kelincahan dan relasi Vespucci yang kian luas. “Vespucci jelas punya kontak yang lebih baik dengan
media daripada Columbus. Dia punya kemampuan relasi yang lebih baik. Dia juga
bisa menulis lebih baik. Dia juga berasal dari kelas atas, seorang navigasi,
bekerja pada ahli medis,” ujarnya. Spekulasi Kislak sangat masuk akal.. “Itu sebabnya, kita mengenal Amerika, dan bukan
Columbia. Inilah kekuatan dari media,” ujar Kislak. Tidak heran mengapa Waldseemuller menera nama Amerika
pada benua baru yang tadinya masih terra incognita itu. Amerigo Vespucci yang
lebih terbuka, jelas dan rinci, dan pandai menulis.
Peta
ini baru ditemukan pada tahun 1901. Kongres AS yang merasa berkepentingan pada
peta ini kemudian membelinya pada tahun 2003 senilai 10 juta dollar AS atau
sekitar Rp 93 miliar.
Kongres
merasa perlu membayar mahal berkenaan dengan sebutan jelas nama Benua Amerika.
Bahkan juga secara jelas membelah belahan bumi Barat dengan dua samudra yang
kemudian dikenal dengan Samudra Atlantik dan Pasifik.
Dari penjelasan di atas, saya pribadi
terkejut dengan pernyataan itu. Bukan hanya pendapat yang dikemukanan oleh Howard
Zinn saja melainkan saya mencari beberapa sumber yaitu dari goegle ternyata pendapat
Howard Zinn itu memang benar tetapi di sisi lain ada beberapa sejarawan yang
mengatakan bahwa Christoper Columbus itu adalah penemu Benua Amerika. Berarti tanpa
disadari ilmu yang saya dapatkan ketika saya duduk di Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama bahkan sampai Sekolah Menengah Kejuruan. Dengan seperti itu siapakah
yang salah dalam memberikan ilmu tentang sejarah tersebut khususnya pada satu
kasus ini yaitu tentang penemu Benua Amerika? Sayapun tidak mengerti hal
tersebut akan terjadi pada diri saya sendiri bahkan dari beberapa teman sayapun
merasakan hal yang sama. Merekapun baru mengetahui perbedaan antara penemu
Benua Amerika.
Lalu siapa yang mesti disalahkan? Apakah
memang saya sendiri yang tidak mengetahui dikarenakan kurangnya informasi ataukah
paradigma system pengajaran seorang guru ketika saya masih duduk di bangku
sekolah? Tentunya sayapun tidak mesti menyalahkan pihak yang pernah mengajarkan
ilmu kepada saya. Yang saya tanyakan dan sampai sekarang binggung adalah dengan
ilmu yang saya dapat dan tidak tahu kasus tentang penemu Benua Amerika otomatis
yang pernah mengajarkan saya sebenarnya tahu? atau memang hanya terpaku kepada
text yang dia (guru) baca tanpa mencari referensi lain dan bukti-bukti
kebenrannya yang valid. Dengan seperti itu saya dapat mengatakan bahwa setiap
buku belum tentu di anggap benar keabsahannya. Di buktikan dengan pernyataan di
atas. Mungkin inilah yang di anggap bahwa seorang penulis mampu merekayasa apa
yang penulis tuangkan atau ciptakan dalam buku tersebut. Dengan kebenaran yang
bersifat subjektif ataukah kebenaran yang bersifat objektif?
Kebenaran yang bersifat subjektif
mengacu kepada pendapat dari seorang penulis itu sendiri dengan referensi
background pendidikannya sedangkan kebenaran yang bersifat objektif dapat di
lihan selain dari factor Intern tetapai seorang penulis selalu kurangnya
informasi yang dia dapatkan untuk menjadi informasi tersebut benar-benar
merupakan data yang valid dan terbukti kebenarannya.
Keempat adalah aspek wrting. Mengacu
kepada contoh dari penemu Benua Amerika. Sungguh ilmuan-ilmuan ternama itu bukan
hanya menggunakan otaknya dalam menulis tapi menggunakan Ide-ide juga yang
terkadang bagi seorang pembaca hanya menerima isi dari bacaan tersebut saya.
Oleh sebab itu dari penjelasan tersebut dan mengacu kepada isi dari buku Howard
Zinn kita harus menjadi people’s consciousness dan ternyata wrting. Jelas
sekali kita ketahui semua aspek dapat diringkas dan dapat diuangkan melalui
wrting. Sebab seseorang yang berjiwa wrting akan menyelamatkan dari kebodohan,
ketetinggalan zaman, dan lain sebagainya. Menulis dapat membuat seeorang selalu
berfikir dari apa yang dibaca, di dengar dan di ucapkan. Jadi semua aspek yang
di atas selalu berperan dengan sendirinya ketika kita menggunakannya dengan benar.
Kemudian, mengapa kekuatan kebenaran
tersebut di dalam buku? Kita ketahui bahwa: Buku adalah kumpulan kertas atau
bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi
tulisan atau gambar setiap sisi dari sebuah lembarannya. Ada beberapa sejarah
sumber sejarah yang menguak tentang buku. Buku pertama pertama disebutkan lahir
di Mesir tahun 2400-an SM. Setelah orange sir menciptakan kertas papyrus.
Kertas papyrus ini berisikan tulisan digulung dan gulungan tersebut merupakan
bentu buku yang pertama. Kemudian buku yang terebuta dari kertas ada setelah
cina berhasil setelah cina berhasil mencipakan kertas pada tahun 200-an SM dari bahan dasar bamboo ditemukan
oleh tuan Tsai Lun.
Menulis dan membaca merupakan suatu media
yang dapat membuat presfektif atau pandagan
seseorang terbuka. Sehingga seseorang tahu tidak hanya dari mendengar
saja, melainkan harus mengetahui fakta, yakni dengan cara membaca teks. Kebenaran terjadi ketika suatu proses pemikiran
kita berfungsi dan meyakini bahwa hal tersebut adalah benar.
Dari sejarah di atas saya pribadi
menyadari bahwa buku merupakan hal yang utama untuk dijadikan bahan acuan kita
dalam menulis disamping sebuh informasi yang kita temuakan dan berbagai latar
belakang dengan pendidikan kita yang diikuti oleh sebuah pengalaman.
Dengan membaca, seseorang dapat mengetahui
bahkan menemukan realita atau fenomena kehidupan. Pernyatan tersebut jelas mengundang kita agar giat membaca,
menulis dan memahami isi dari buku yang sebenaranya. Pak lala bilang bahwa
untuk menyaring sebuah informasi tidak sekaligus mentah-mentah langsung
diterima tapi kita kelolah informasi tersebut menjadi sebuah informasi yang
enak, nyaman dan difikirkan terlebih dahulu. Tidak asal bahwa informasi yang
diterima dapat memberikan sumber referensi yang benar dan akurat. Jadi baik
sebagai reader ataupun writer sama-sama mengacu kepada buku, informasi yang di
dapat, referensi lain ataupun kejadian pengalaman pribadi yang memungkinkan
anda tahu kejadian yang sebenarnya.
Jadi kebenaran baik yang terdapat di
buku atau selainnya, tergantung pada siapa yang menilai kebenaran tersebut?
Ataupun siapa yang salah? Untuk memandang keduanya. Siapa yang dapat menentukan
pemikiran seseorang yang mengandung kebenaran sejati? Dan siapa yang salah? Tentunya
melihat dari sebuah keyakinan.
Masalah Kebenaran
sesungguhnya merupakan tema sentral didalam filsafat ilmu. Secara umum orang
yang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran.
Problematika kebenaran adalah masalah yang mengacu kepada tubuh pemikiran
seseorang tersebut. Begitupun dengan kebenaran sebuh buku. Kebenaran Buku mengoperasikan dalam banyak cara untuk
mengubah kesadaran seseorang. Sehingga
kebenaran yang benar-benar terungkap dari isi buku adalah bagaimana seorang
reader membaca kritis dan menanggapi isi dari buku yang di bacanya. Seperti
yang dikatakan oleh Howard Zinn mengatakan bahwa jika menulis, menulislah apa
yang kamu tulis dengan benar tanpa menjudge orang lain dalam tulisanmu. Biarlah
respon pembaca yang mampu berfikir lebih tinggi dari tulisanmu.
Penulis tentunya dalam memproduksi
beberapa buku ataupun judul. Masing-masing pandangan mempunyai referensi yang
mereka anggap bersifat benar dengan bukti-bukti tersendiri. Namun yang menjadi
peranyaan saya adalah apakah hanya kebenaran yang dikaitkannya dengan buku?
Ketika saya telah membaca karya dari Howardn Zinn tentang speaking Truth to Power with Books1. Isi yang
terkadung di dalamnya adalah kebenaran melalui buku yang dipertanggungjawabkan
atas dasar fakta dan keberadaannya.
Seperti pak lala
telah menjelaskan pada semester 3 tentang fonology bahwa “suara akan diproduksi
tetapi akan hilang dengan sendirinya” peryataan tersebut mengingatkan kita
kepada aspek wrting yaitu tanpa di tulis semua hanya omong kosong/ belaka
selain itu juga dengan ditulis adalah bukti ontentik seseorang dalam apa yang
dilakukannya atau sebagai bukti dan lain sebagainya. Berapa puluh ribu kata
kita memproduksinya tapi tidak diterapkan apada menulis akan hilang dengan
sekecap ucap tapi sebaliknya berjuta-juta katapun kita dan kata tersebut
dituangkan dalam tulisan tidak akan hilang tohhh? Buktikan!!
Lika –liku dalam menulis tentunya lebih
berat, tetapi dengan lika-liku tersebut kita tidak harus berhenti dari menulis.
Bukankah menulis adalah dapat memutar balikan sejarah atau kejadian? Hemmm…..
itu luar biasa bukan? Seperti kasus
tentang Colummbus. Kita ketahui bahwa sejak kecil mendengar Columbus adalah
sebuah pahlawan besar yaitu penemu benua Amerika. Pernyataan tersebut tidaklah
asing sebab bersumber dari beberapa mata pelajaran sejarah dan apa yang
diterangkan oleh guru-guru. Tetapi sekarang setelah membaca buku Howard Zinn.
Beliau mengatakan bahwa penemu benua Amerika adalah bukan Columbus. Dengan
kesadaran menulis tersebut kita sebagai reader juga ditantang agar dapat
menjadi reader yang consciousness yaitu reader yang mempunyai kesadaran dalam
sekecil textpun. Apabila tidak memiliki sifat tersebut dapat mengantarkan kita
pada kebodohan atau ditipu terus –menerus dari sejarah-sejarah yang telah di
tulis pada zaman dahulu dan akan berlanjut kepada anak cucu bangsa. Kaitannya
dengan buku adalah sunber referensi aatu bukti ontentik yang dapat bereferensi
pada kebenaran. Jadi kata kunci dari keterangan di atas adalah “reader
consciousness”. Dapat dikaitkan pada paragraph ke 4 page 15 yang secara garis
besar diungkit juga social consciousness dan activis. Orang yang sadar social
so, ini berkaitandengan literasy bukan?.
Pernyataan pada paragraph 4 hal 15
tentang membaca buku-buku tertentu yang memiliki efek yang sangat kuat. Saya
fikir justru itulah yang harus diterapkan di Indonesia, tapi sayangnya belum
bisa generasi bangsa kita harus menerapkan system tersebut tanpa didukung oleh
factor intern dan externnya. Factor intern saya fikir mencakup lingkungan
keluarga dan pastinya bakat dari anak tesebut apakah gemar membaca atau tidak?
Menurut saya gemar membaca atau
tidakbukan menjadi factor utama sebab pepatah menegatakn “ala bisa karna biasa”
jadi tidak usah mengetahui gemar atau tidaknya anak tersebut untuk membaca
buku. Bukankah membaca buku atau sejenisnya tidak diperuntukan hanya untuk
orang yang gemar membaca saja? So prinsip “ala bisa karena biasa” menurut saya
adalah jurus jitu untuk mnegatasi kemasalah yang ada di Indonesia termasuk
mahasiswa. Factor kedua adalah factor extern yaitu factor yang bersumber dari
luar dapat juga mencakup lingkungan dan program-program pemerintah. Seperti
permuptakaan keliling ataupun diterapkan disekolah hukumnya fardhu kifayah
untuk membaca baik sebelum pelajaran di mulai ataupun ketika waktu istirahat.
Yang penting sempat baca minimal 10 menit. Jika di terapkan sampai
berminggu-minggu ataupun berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, so pasti saya
yakin akan berubah.
Jika kita sebagai writer dan ingin
menulis suatu kebenaran yang dibuktikan dengan beberapa fakta yang falin maka
menurut Hoard zinn mengatakan bahwa tidak usah menjelaskan sedemikian rupa tapi
cukup yang dijelaskan apa yang diketahuinya saja tidak perlu menjugje secara
terang-terangan. Namun biarlah orang berfikir secara lebih luas dan menemukan
apa maksud dari makna tersebut. Hal
tersebut berperilaku untuk menjadi pembaca yang kritis.
Mayoritas orang lebih Cenderung membenarkan
apa yang hanya mereka dengar dari kiai, pendeta atau petinggi ( pemerintah),
padahal realitanya untuk membuktikan fakta tersebut kita juga harus membaca.
Tidak hanya langsung melahap mentah-mentah konsep pembicaraan yang sudah
terbangun tersebut, kita harus mengkonsep ulang dengan cara mengkritisi serta
harus mencari referensi lain ( fakta dan bukti ) mengenai hal yang sedang
dibicarakan tersebut.
Ingatlah bahwa sebuah fakta dqapat
menyelamatkan dunia. Apaun kejadian yang dilakukan seseorang fakta adalah
sebuah tanda bukti dalam sebuah aspeknya unuk mengukur kebenaran yang valid. Lalu
pertanyaan besar saya adalah mengapa semua itu lewat buku? Fakta berada di
buku, kekuatan berada dibuku, tanda bukti berada di buku lalau apa sebenarnya
yang terdapat di buku itu? Perntanyaan-pertanyaan besar dapat di jawab dengan
sebuah pembuktian besar. Ada sebuah ujaran yang menyatakan bahwa sejarah selalu
di tulis olehpara pemenang. Dan ini adalah salah satu mitos. Namun Howard Zinn
mematahkan persoalan tersebut. Ternyata Howard Zinn adalah seorang sang
sejarawan radikal Amerika. Beliau mengatakan bahwa menunjuk bagi yang perlu dan
membuang yang tidak penting. Pernyataan tersebut dapat di sambungkan dengan
academy wrting yang terdapatnya bebrapa aspek.
Jadi dari beberapa poin di atas kita dapat mengambil bahwa ujung
tombak dari speaking trouth nya itu sendiri adalah berada pada writer dan
reader yang melalui perabtara buku. Sebagai bahan bukti sehingga mampu direspon
dengan baik. Dan manfaat dari penulis bahwa dikatakna penulis adalah mampu
menemani kita pada suatu keadaan yang sendirian. Menulis begitu akan mengetahui
atau merasakan yang ada di dunia. Saya tidak setuju dengan pendapat Howard Zinn
yang menyatakan bahwa menulis mampu menemani kita pada suatu keadaan sendirian.
Justru menurut pendapat saya adalah sebaliknya. Menulis dapat menyebabkan kita
tidak sendirian itu adalah hanya hal kecil jika suatu buku telah di produksii
sedangkan proses dari menulis itu hamper
semua orang adalah membutuhkan kesunyian, ketenangan, kenyamanan, so, secara
langsung dengan seoerti itu penerapan pada prosesnya bahwa menulis adalah
perbuatan yang dianggap keramat dan sunyi untuk dapat mengasilkan ide dan
fakta. Sehingga dapat diproduksi sebagai acuan buku yang benar-benar layak
tanpa rekayasa bagi seorang reader. Biarlah seorang reader memilikinjiwa
critical yang pedas. Perbuatan-perbuatan tersebut sangat layak dan menurut saya
sah-sah saja. Itu adalah ungkapan emosi dimana seseorang ingin dapat menunjukan
jati dirinya.
Jakartabeat.net/kolom/howard zinn-dan-sejarah-orang-orang-kalah.
http://luvimelati.com/2010/03/16/arti-kebenaran/.
http://ebook-libery.rhcloud.com/article/howards-zinn-wikipedia-the-free-encylopedia.
gdepublications.wordpress.com/2010/11/27.
terasa banyak yang kurangnya masakan ini. rangkaian sejarah dan data-data akan berbicara lantang kalau kamu sebagai kritikus tahu benget apa yang harus dikerjakan
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBuku adalah jendela dunia
ReplyDeletehttps://alamatsekolah.com/