Saturday, March 1, 2014


Buku memiliki peran penting bagi peradaban umat manusia. Berbagai perubahan sosial besar di dunia ini banyak bermula dari hadirnya sebuah buku. Dalam setiap buku seringkali terdapat sejumlah pikiran cerdas yang kemudian bisa mempengaruhi cara berpikir dalam masyarakat tertentu. Ungkapan “buku dapat merubah dunia”  memang benar adanya karena buku merupakan cakrawala dunia, dari bukulah kita mempelajari segala sesuatu dan buku juga dapat merubah pola pikir seseorang.
Buku memiliki kekuatan yang amat dahsyat untuk mengendalikan dunia, buku juga menjadi pintu gerbang yang membawa kita memasuki dunia baru dan menyadarkan kita siapa diri kita yang sesungguhnya sejak dunia dijadikan. Semua peristiwa terangkai indah dari zaman manusia prasejarah sampai manusia modern tertuang di dalamnya. Walaupun wujudnya sederhana yang hanya berisi lembaran kertas tergores tinta, namun buku bisa menyampaikan banyak hal, pesan para penulis kepada pembacanya.
Buku adalah sumber ilmu, inspirator dan motivator yang kokoh, mengajari banyak hal, sanggup merubah manusia dan dunia. Ketika kita membuka sebuah buka, kita telah membentangkan cakrawala luas dan membuka diri kita untuk sebuah dunia baru yang sebelumnya tidak terpikirkan ataupun terlintas di benak kita. Buku akan lebih berharga dari apapun, sanggup membentuk siapapun, mampu menampung sejarah panjang manusia, bumi beserta isinya dan juga tentang sang pencipta. Dengan terbiasa membaca buku, hal tersebut dapat mencerdaskan anak bangsa dan membangun negara. Sebuah bangsa yang maju akan mengakui bahwa bukulah guru yang terbaik, yang menjadikan kita seperti hari ini.
Dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, telah membuat sejumlah kalangan memandang buku dengan sebelah mata. Secanggih apapun dunia ini, buku harus tetap mendapatkan tempatnya di hati kita. Teknologi digital juga mempunyai kekurangan walaupun sekilas tampak begitu hebat namun tidak akan bisa menjanjikan sepenuhnya bisa di wariskan ke generasi penerus kita. Lembaran kertas yang tergores tinta akan tetap bertahan dan akan terus menceritakan kisah dunia turun-temurun. Melihat peran penting buku bagi peradaban manusia, UNESCO menetapkan bahwa tanggal 23 April adalah hari buku sedunia. Dunia akan selalu ada di genggaman kita apabila kita membudayakan membaca dan menambah khazanah ilmu pengetahuan.
Howard Zinn dalam tulisannya yang berjudul Speaking Truth to Power with Books yang berarti berbicara kebenaran kepada kekuasaan dengan buku.  Zinn mengatakan bahwa ia bisa menjadi orang yang sadar sosial dan seorang aktivis karena buku – buku yang telah ia baca. Zinn beranggapan bahwa jika buku mampu mengubah hidup seseorang dengan cara mengubah kesadarannya, maka tidak menuntut kemungkinan buku mampu mengubah dunia.
Buku telah menginspirasi banyak orang besar untuk merubah dunia. Betapa pentingnya buku bagi kehidupan masa depan manusia. Banyak  manusia-manusia hebat karena mereka adalah orang-orang kutu buku. Terbukti di Indonesia tokoh-tokoh besar seperti Bung Karno adalah orang-orang yang sangat kutu buku. Buku-buku telah mengilhaminya untuk merubah bangsanya menjadi lebih baik. Kelahiran kemerdekaan negeri ini adalah karena pemikiran yang hebat yang telah mengilhami Bung Karno karena wawasan yang luas dari hasil bacaannya.
Bagaimana anda melihat negeri Jepang yang pada perang dunia hancur lebur namun dalam sekejab menjadi raksasa ekonomi dunia. Ternyata rakyat Jepang adalah orang-orang yang gila ilmu pengetahuan. Perpustakaan-perpustakaan hampir di semua daerah bermunculan. Buku telah menginspirasi masyarakat Jepang menjadi negara maju. Yang menarik untuk dicermati dalam hal ini adalah Jepang yang sebelumnya hanya sebuah bangsa yang terisolir dari dunia luar, kini mampu tampil menjadi salah satu peradaban cemerlang. Ini adalah salah bukti bahwa betapa pentingnya buku bagi kehidupan. Melalui buku juga kita bisa mengetahui tentang fakta-fakta kehidupan, terutama dalam ruang lingkup sejarah.
Sejarah bukanlah apa yang terjadi, tapi cerita tentang apa yang terjadi . Dan selalu ada versi yang berbeda, cerita yang berbeda, tentang peristiwa yang sama. Satu versi mungkin berputar terutama di sekitar serangkaian fakta tertentu sementara versi lain mungkin meminimalkan fakta atau tidak memasukkan fakta sama sekali. Howard zinn adalah salah seorang sejarawan yang berani mengungkapkan fakta mengenai Christoper Columbus melaui bukunya yang berjudul A People’s History of The United State. Dalam bukunya Zinn memaparkan bahwa Colombus adalah orang yang kejam, pembunuh, penyiksa, penculik, multilator orang pribumi, munafik.  Sejarah yang dipaparkan oleh Zinn sangat berbeda dengan sejarah yang sudah ada sebelumnya. Dulu, masyarakat beranggapan bahwa Christopher Columbus adalah  penemu benua Amerika dan seorang pahlawan.
Christopher Columbus dikenal sebagai penemu benua Amerika dan dipandang sebagai pahlawan eksplorasi abad pertengahan oleh banyak sejarawan masa kini. Namun banyak buku teks gagal mengungkapkan berbagai fakta bahwa ia adalah seorang maniak genosida yang mencetuskan apa yang mungkin menjadi kasus terburuk genosida yang dilakukan satu bangsa manusia terhadap bangsa yang lain.
Terobsesi menemukan rute perjalanan laut ke Asia dan Timur Jauh, Columbus dengan kapal 'Enterprise Hindia' pada tahun 1492 berlayar ke laut lepas, dengan dukungan keuangan dari Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol.Namun, bukannya menemukan daerah perdagangan kaya di Timur, Columbus dan krunya menemukan Dunia Baru yaitu Amerika, dan segera mulai menundukkan dan membunuh penduduk setempat dan menghapus kekayaan besar dari tanah tersebut.Sebuah koloni kecil segera didirikan di Hispaniola yang terdiri dari tiga puluh sembilan krunya, sisanya kembali ke Spanyol dengan Columbus bersama dengan emas, rempah-rempah dan penduduk asli diambil sebagai budak untuk diberikan sebagai hadiah bagi pelanggan kerajaan.
Tahun berikutnya, ia memimpin ekspedisi kedua terdiri dari tujuh belas kapal besar dan berisi satu setengah ribu pendatang baru, yang tiba di Amerika sebulan kemudian. Pada saat ia kembali ke Hispaniola, anak buahnya sudah banyak yang dibunuh oleh penduduk setempat dan koloni kedua kemudian didirikan.Columbus menghukum suku setempat, yang dikenal sebagai Taino, dengan kejam. Dia memperbudak banyak penduduk lokal dan membantai lebih banyak lagi, menurut Ward Churchill, mantan profesor studi etnis di University of Colorado, sampai tahun 1496, populasi telah berkurang dari sebanyak delapan juta menjadi sekitar tiga juta.
Pada ekspedisi yang ketiga, ia menjelajahi daerah tersebut sebelum kembali ke Hispaniola pada tahun 1498 di mana ia meninggalkan saudara-saudaranya, Diego dan Bartholomew untuk memegang kendali kekuasaan disana. Kondisi semakin menurun sehingga ia mengadakan kampanye teror melawan Taino, memerintah dengan tangan besi hingga menyebabkan banyak yg menentangnya termasuk pendatang baru (bangsa eropa sendiri) dan kepala daerah setempat. Keluhan kebrutalan sampai ke telinga penguasa Spanyol dan pada tahun 1500 mereka mengirim Hakim Ketua untuk membawa Columbus dan saudara-saudaranya kembali ke Spanyol dengan dirantai.
Namun segera setibanya di Spanyol mereka dilepaskan dan diizinkan melakukan ekspedisi keempat dan terakhir, yang dilakukan dengan kebrutalan yang sama seperti yang sebelumnya. Pada saat ia akhirnya meninggalkan Amerika di tahun 1504, bangsa Taino telah menurun menjadi sekitar 100.000 orang arguably membuat Columbus penjahat perang menurut standar sekarang dan bersalah melakukan beberapa kekejaman terburuk terhadap ras lain dalam sejarah.
Beberapa dibunuh langsung ditempat sebagai hukuman 'atas kejahatan' untuk seperti tidak membayar upeti kepada penjajah. Banyak yang tidak bisa atau tidak mau membayar kemudian tangan mereka dipotong dan dibiarkan berdarah sampai mati. Columbus dan anak buahnya didokumentasikan oleh sejarah Las Casas, dikenal sebagai Brev'sima-n relaci, yang melakukan penggantungan manusia secara massal, orang dipanggang di pantai, pembakaran dipertaruhkan dan bahkan memenggal kepala anak-anak dan memberikannya sebagai makanan anjing sebagai hukuman untuk tindak kejahatan yang paling kecil.
Para master Spanyol membantai penduduk pribumi, kadang-kadang ratusan hanya sebagai bentuk olahraga, membuat taruhan tentang siapa yang bisa membelah seorang pria menjadi dua, atau memotongkepala hingga putus dalam satu pukulan, kadang pula mereka memancung kaki anak-anak kecil hingga putus hanya untuk menguji ketajaman pedang mereka. Pembela Columbus berpendapat bahwa sejumlah besar korban tewas akibat penyakit namun mereka gagal untuk mengenali bahwa sebagian besar penyakit ini disebabkan oleh kondisi hidup yang buruk di kamp-kamp kerja paksa. Kehilangan hasil panen mereka dan ladang, banyak jatuh korban disentri dan tifus, yang bekerja sampai mati atau dibiarkan mati kelaparan.
Setelah kematiannya warisan yang mengerikan itu akan hidup, secara 1514, sensus menunjukkan hanya 22.000 Taino tetap hidup. Pada 1542 hanya ada 200 yang tersisa dan setelah itu mereka dianggap punah, seperti yang terjadi pada banyak kasus di seluruh cekungan Karibia. Hanya dalam waktu sekitar lima puluh tahun Colombus dan para pengikutnya mendapatkan segalanya tetapi mengeliminasi populasi sekitar lima belas juta orang. Proses ini hanya merupakan awal dari pembantaian massal sekitar 100 juta orang oleh bangsa Eropa yang disebut sebagai 'peradaban' di Belahan Barat membuat awal penemuan Dunia Baru(benua Amerika) menjadi kasus genosida massal terburuk dalam sejarah manusia.
Ketika bangsa Spanyol baru mendarat di benua Amerika, para orang-orang Indian menyambutnya dengan gegap gempita dan rasa ingin tahu, mereka menyuguhi bangsa Spanyol dengan berbagai makanan dan minuman serta memberikan berbagai macam hadiah, Columbus menuliskan hal tsb di buku hariannya: "Mereka membawakan kita beo dan bola kapas dan tombak dan banyak hal lainnya, yang mereka ingin pertukarkan dgn manik-manik kaca dan lonceng elang '. Mereka rela menyerahkan segala yang mereka miliki. Mereka tegap, dengan tubuh yang baik dan wajah tampan. Mereka tidak memanggul senjata, dan tidak mengenal senjata, karena aku menunjukkan kepada mereka pedang, mereka memegang bagian yg tajam dan melukai tangan mereka sendiri akibat ketidaktahuannya itu. Mereka tidak mengenal besi/iron. tombak mereka dibuat dari tebu. Mereka akan menjadi budak yg baik. Dengan hanya lima puluh orang, kita bisa menundukkan mereka semua dan membuat mereka melakukan apapun yang kita inginkan."
Columbus dan anak buahnya juga menggunakan Taino sebagai budak seks: adalah hal yg biasa bagi Columbus menghadiahi anak buahnya dengan wanita lokal untuk diperkosa. Saat ia mulai mengekspor Taino sebagai budak ke berbagai belahan dunia, perdagangan seks-budak menjadi bagian penting dari bisnis, seperti Columbus menulis kepada seorang teman pada tahun 1500: "Dengan seratus castellanoes (koin Spanyol) sangat mudah memperoleh wanita seperti halnya untuk pertanian, dan sangat umum dan ada banyak dealer yang bersedia mencari anak perempuan;. mereka 9-10 (tahun) sekarang sedang diminati "
 Akibat kekejaman pemerintahan bangsa Eropa terhadap suku asli, ribuan Indian melakukan bunuh diri massal dengan meminum racun yang terbuat dari singkong (cassava). Banyak orang tua membunuhi bayi2 mereka untuk melepaskan mereka dari penderitaan hidup di bawah kekuasaan Spanyol.
Salah seorang anak buah Columbus, Bartolome De Las Casas, merasa sgt bersalah atas kekejaman brutal Columbus terhadap penduduk asli, ia berhenti bekerja untuk Columbus dan menjadi seorang imam Katolik. Ia menggambarkan bagaimana orang-orang Spanyol di bawah komando Columbus memotong kaki anak-anak yang lari dari mereka, untuk menguji ketajaman pisau mereka. Menurut De Las Casas, para pria membuat taruhan siapa yang, dengan satu sapuan pedangnya, bisa memotong seseorang menjadi dua. Dia mengatakan bahwa anak buah Columbus 'menuangkan air sabun mendidih daiatas orang-orang . Dalam satu hari, De Las Casas pernah menjadi saksi mata tentara Spanyol memotong-motong, memenggal, atau memperkosa 3000 orang asli. "Inhumanities tersebut dilakukan di depan mataku seperti umur tidak bisa paralel," tulis De Las Casas.
Dalam kata-kata Zinn, setiap penekanan tertentu dalam penulisan sejarah akan mendukung sebuah kepentingan. Bisa kepentingan politik, ekonomi, rasial ataupun nasional. Namun sayangnya dalam penuturan historis, bias ini tidak seterang sebagaimana dalam penulisan peta. Sejarahwan menulis seakan setiap pembaca punya sebuah kepentingan bersama yang tunggal. Para penulis tertentu seakan lupa bahwa produksi pengetahuan adalah alat tempur dalam antagonisme antar kelas sosial, ras, ataupun bangsa bangsa.
Inilah kritik pedas Zinn pada Samuel Elliot Morrison sang sejarahwan Harvard yang menulis buku seminal Christoper Columbus, Mariner. Benar, Morison tak sedikitpun berbohong soal kekejaman Columbus. Ia bahkan menyebut sang pelaut telah melakukan genosida pada Indian Arawaks. Namun, tulis Zinn, fakta yang tertera di satu halaman ini kemudian ia kubur dalam ratusan halaman lain yang mengagungkan kebesaran sang pelaut. Keputusan untuk lebih menceritakan sebuah heroisme dan abai pada penekanan fakta pembantaian masal yang terjadi pada suku Indian Arawaks bukanlah sebuah kebutuhan teknis ala pembuat peta, namun murni pilihan ideologis. Sebuah pilihan ideologis untuk menjustifikasi apa yang telah terjadi, pungkas Zinn.
Seandainya Morison adalah seorang politisi dan bukan sarjana, pilihan ideologis ini tak akan jadi begitu serius. Namun justru karena fakta ini diceritakan oleh seorang intelektual, maka implikasinya jadi begitu mematikan. Kita seakan diajarkan sebuah imperatif moral bahwa pengorbanan, meski begitu tak manusiawi, itu perlu untuk sebuah kemajuan. Morison seakan mengatakan dengan kalem bahwa benar telah terjadi pembantaian pada suku Arawaks, namun fakta kecil itu tak sebanding dengan jasa dan kepahlawanan Columbus bagi kita. Sense inilah yang kemudian direproduksi  di kelas pengajaran sejarah, dan buku pegangan para siswa.
Berangkat dari ketidaksetujuannya tersebut kemudian Zinn menulis versi sejarah yang berbeda; sejarah dari sudut pandang orang-orang kalah, alias sang pecundang. Jadilah ia bercerita tentang penemuan benua Amerika dari kacamata suku Indian Arawaks, tentang Civil War sebagaimana dialami oleh kaum Irlandia di New York, tentang perang Dunia pertama dilihat dari pihak kaum Sosialis, dan tentang penaklukan Filipina menurut tentara kulit hitam di Luzon.
Berbicara mengenai sejarah, sejarah merupakan hal penting bagi kita karena sejarah adalah salah satu alat untuk membentuk pemahaman kita tentang dunia kita . Dengan belajar sejarah kita dapat mengetahui nilai atau pesan yang hendak disampaikan. Namun, kondisi sekarang, kita justru menjadi bangsa yang mudah lupa akan sejarah bangsanya. Sejarah dianggap barang kuno, usang, dan ketinggalan jaman. Belajar sejarah selama ini dianggap membosankan. Hal ini bisa terjadi karena sejak dini kita diajari sejarah hanya terpaku pada nama, lokasi, dan tahun peristiwa. Ini pun dengan cara dihafal. Suatu kekeliruan fatal dalam dunia sosial.
Kurikulum sejarah dalam sistem pendidikan kita memang masih dianggap sebelah mata dibanding pelajaran lainnya. Peserta didik hanya mengetahui sejarah sebatas peristiwa di masa lalu tanpa perlu mengetahui nilai dan makna di balik kejadian tersebut. Sejarah dianggap tidak memiliki korelasi terhadap apa yang kita kerjakan saat ini maupun bagian dari rencana masa depan. Mengapa belajar sejarah menjadi membosankan? Ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah, terutama sejak orde baru, yang memasukkan unsur politik ke dalam pembelajaran sejarah. Sejarah tidak lagi berdiri sendiri, tapi sudah dipengaruhi kebijakan politik dengan tujuan mengamankan kepentingan penguasa. Sejatinya, penguasa sangat sadar, jika generasi muda belajar sejarah dengan sungguh-sungguh, maka dapat mengganggu jalannya pemerintahan. Oleh karena itulah, berbagai peristiwa sejarah dipolitisir dengan mengaburkan narasi peristiwa sesungguhnya. Untuk mendukung kebijakan ini, pemerintah merangkul sejarawan untuk menuliskan narasi sejarah sesuai selera penguasa. Beberapa ciri historiografi sejarah versi penguasa adalah:
 pertama, mengedepankan aktor sejarah yang berasal dari kalangan penguasa. Perubahan dalam sejarah hanya muncul dari kelompok penguasa. Rakyat kecil sebatas pelengkap saja. Versi sejarah seperti inilah yang diprotes oleh sejarawaan Sartono Kartodirjo, yang menyebutkan wong cilik juga bisa melahirkan sejarah seperti yang ia tuliskan dalam Pemberontakan Petani Banten (1888).
Kedua, monopoli kebenaran. Sejarah pesanan penguasa menabukan adanya perbedaan sudut pandang penulisan sejarah. Seperti historiografi peristiwa G 30 S yang menurut orde baru diotaki secara tunggal oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dan ini bertahan sampai sekarang. Padahal, sudah banyak tulisan mengenai peristiwa ini yang menyebutkan keterlibatan pihak lain, termasuk Soeharto.
Ketiga, historiografi sejarah buatan penguasa tidak hanya sebagai bahan bacaan semata, tetapi juga digunakan sebagai media indoktrinasi yang didukung dengan bantuan media elektronik seperti pembuatan film. Kita tentunya sudah biasa menonton fim G 30 S PKI setiap bulan September kala Soeharto masih berkuasa.
Keempat, teks sejarah versi penguasa bertujuan untuk “mencuci” otak alam pikiran masyarakat. Di mana status quo akan aman ketika kondisi sosial masyarakat bisa dikendalikan. Yaitu dengan menanamkan rasa benci atau permusuhan terhadap kelompok lain yang dianggap bersalah atau bertanggung jawab atas suatu peristiwa sejarah. Buku-buku yang memuat PKI dan film G 30 S PKI, terbukti efektif menimbulkan rasa permusuhan masyarakat terhadap anggota masyarakat lainnya yang terlebih dahulu sudah dicap sebagai anggota atau simpatisan PKI. Mereka dikucilkan bahkan tidak memiliki akses hidup seperti masyarakat lainnya. Padahal, banyak diantara mereka yang tidak tahu-menahu soal peristiwa kelam tersebut.
Masih ingatkah ungkapan “seseorang yang menguasai teks adalah orang yang bisa memutar balikkan sejarah” maka dari itu, kita harus banyak membaca buku namun kita tidak boleh sepenuhnya mempercayai isu yang ada di dalam buku tersebut dan kita harus membaca referensi lain agar bisa menemukan fakta yang sebenarnya. Karena bisa jadi penulis memutar balikkan sejarah dengan cara merubahnya menjadi sejarah yang palsu demi kepentingan politik para penguasa. Kebenaran memang harus diungkap, kita tidak boleh mempercayai sejarah hanya melalui oral atau pendapat seseorang melainkan harus dibuktikan dengan membaca buku, sebab sejarah bisa saja berubah dari zaman ke zaman apabila tidak dituliskan dalam sebuah buku.

Referensi


1 comments:

  1. generic structure ko ga hidpukan dan tidak difungsikan dengan baik padahal kan ada di silabus. Mengulas ulang sejarah memang bagus tapi apakah ia memperkuat perspektif kamu dalam artikel ini?

    ReplyDelete