Saturday, March 1, 2014



Masih berhubungan dengan minggu lalu bahwasannya kerja kelompok (Discousre) bisa meningkatkan Kerukunan Beragama (Religion Harmony). Banyak sekali materi mengenai anlisa kerja kelompok dalam hal kerukunan beragama. Di Indonesia belum atau tidak mengenal yang namanya Religion Harmony karena Indonesia selalu menaruh ideologi dari masing-masing agamnya.
Bangsa ini perlu dibenahi dengan adanya Religion Harmony dalam setiap interaksi di manapun dan kapanpun khususnya pada sekolah. Pandangan mengenai Religion Harmony perlu ditekankan. Sehingga tidak terjadi lagi konflik-konflik yang mengatasnamakan agama di dalamnya.
Biasanya yang melatarbelakangi konflik di negeri ini adalah adalah Background dari bangsa ini sendiri. Dari mulai etnis, budaya, bahasa, bahkan menyangkut warna kulit. Ini sudah tidak selaras lagi dengan indikator PMP, sekarang PKn. Sejak diganti dengan PKn (Pendidikan Kewargannegaraan), bukan malah mengharmoniskan hubungan antar bangsa sendiri, bukan juga malah memperbaiki prerilaku bangsa ini sendiri. Akan tetapi, mengakibatkan betapa bobroknya moral bangsa kita.
Selain dari masalah Background, komunikasi antar bangsa ini juga kurang harmonis. Oleh karena itu, beberapa etnis di negeri ini selalu saja membangga-banggakan etnis suatu daerah dan tidak mau menghormati etnis yang bahkan itu dari negerinya sendiri.
Untuk itu, perlu adanya Goal-Driven (membanting setir mencapai tujuan) artinya merubah suatu ideologi dari masing-masing etnis. Sangat riskan sepertinya menghilangkan konflik apalagi antar agama. Minimalnya bisa mengurangi resiko penyebab konflik. Yaitu, membuat membuat interaksi antar agama ini kepada arti yang sesungguhnya sehingga nantinya aka dipraktekkan di negeri ini.
Kembali ke konflik antar agama. Di Indonesia sudah banyak konflik-konflik seperti itu. Namun, kenapa media massa negeri ini tidak mengangkat berita tersebut? Media massa di negeri ini hanya mengangkat dan membahas masalah pejabat koruptor, pejabat pencandu narkoba, kriminalitas, dan lain sebagainya. Namun, menutup mata akan masalah yang sangat krusial ini. Mereka yang berkonflik sebenarnya ingin bersatu asalkan ada yang menengahi, karena tidak ada, mungkin lebih baik seperti ini dari pada bersatu.
Religion Harmony (Kerukunan Beragama) hanya membutuhkan saling pengertian dari agama masing-masing (Mutual Understanding). Selebihnya mengenai kehidupan, kebiasaan, kebudayaan, telah diatur oleh agama masing-masing.
Banyak konflik di negeri ini yang mungkin bisa dibilang sepele. Akan tetapi, dibesar-besarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, Prof. Chaedar Al-Washilah menganjurkan untuk tercapainya Religion Harmony (Kerukunan Beragama) bisa dimulai dengan Classroom Discourse (Kerja Kelompok di Kelas). Praktek Mutual Understanding ini diharapkan mampu meminimalisir konflik-konflik yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Religion Harmony mengandung nilai dan norma yang tinggi dalam kehidupan masyarakat. Masing-masing agama memiliki ideologi yang berbeda, namun, itu semua bisa disatukan dengan adanya Classroom Discourse. Dalam Classroom Discourse, perlu adanya interaksi antara guru dengan murid, dan murid dengan murid. Nah, murid dengan murid inilah yang menjadi bahasan Discourse Analysis.
Namun, mengenai Classroom Discourse antar agama, ada beberapa orang yang menentang, mereka beranggapan bahwa nantinya anak-anak mereka akan masuk agam yang berbeda karena melihat perilaku dari anak tersebut. Nah, akan tetapi di sinilah peran orang tua kepada anaknya yang mestinya mengajarkan sejak dini dan mengenalkan nilai-nilai dan norma-norma agama lain. Sehingga nantinya diharapkan mampu mengurangi konflik-konflik antar agama di negeri ini.
Mengenai konnflik antar bangsa di negeri ini, jadi teringat ketika mendiang mantan presiden Soekarno pernah mengatakan sesuatu kepada presiden Soeharto. Isinya kurang lebih seperti ini:
“Perjuanganku dan bangsaku hanyalah melawan penjajah. Tapi, perjuanganmu adalah melawan bangsamu sendiri”.
Mungkin inilah yang dimaksud Presiden Soekarno adalah menangani bangsa yang sudah seakan pecah kembali. Dahulu kala, bangsa kita dipecahkan oleh bangsa penjajah. Dan bangsa ini bersatu padu melawan penjajah tersebut. Namun sekarang, bangsa ini pecah oleh bangsa ini sendiri. Lalu pertanyaanya, kita sebenarnya melawan siapa?

0 comments:

Post a Comment