Find
a Better Life
“Anda tidak perlu membakar buku
jika ingin menghancurkan kebudayaan. Perintahkan orang untuk berhenti
membaca, itu sudah cukup!”
__ Ray Bradbury
Membaca
sebuah wacana yang dituliskan oleh Howard Zinn tentang “Speaking
Truth to Power with Books” memberikan banyak wawasan cakrawala dunia
yang melibatkan seorang pembaca dan
penulis. Bahwa
sebuah buku adalah jendela dunia yang dapat mengubah bumi tempat kita berpijak
ini, tidak ada seorang pun yang memungkirinya. Sesaat sebelum membacanya,
terkadang kita hanya memandang buku sebagai suatu tumpukan kertas tak berjiwa
yang penuh oleh teori-teori, cerita-cerita, curahan hati sang penulisnya dan
jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Namun siapa sangka, dibalik sebuah buku
dapat tersimpan suatu kekuatan hebat. Sebegitu hebatnya kekuatan dari buku,
sehingga ia merupakan instrumen yang berdaya kuat, mencengkeram erat,
menggetarkan dan berkuasa mengubah arah peristiwa-peristiwa yang sedang atau
akan terjadi. Yang bisa diarahkan untuk kebaikan maupun keburukan. Bagi
kemaslahatan maupun bencana.
________
Saya dapat merangkum dari wacana ini bahwasannya Howard
Zinn (24 Agustus 1922 - 27 Januari 2010) adalah seorang sejarawan
Amerika, penulis, dramawan, dan aktivis sosial. Dia
adalah seorang profesor ilmu politik di Boston University selama 24 tahun dan
mengajar sejarah di Spelman College selama 7 tahun. Zinn menulis lebih dari 20 buku, termasuk larisnya dan
Sejarah berpengaruh A Rakyat Amerika Serikat. Dia menulis secara ekstensif tentang
hak-hak sipil dan gerakan anti-perang, dan sejarah tenaga kerja Amerika
Serikat. Memoarnya, Anda tidak
Bisa Netral pada kereta api Pindah, juga judul sebuah film dokumenter tentang
kehidupan Zinn dan kerja 2004.
Howard Zinn menuliskan bahwasannya kehebatan sebuah buku mampu mendobrak segenap peradaban yang lalu dan merubahnya plus membalikkannya ke sudut pandang yang jauh lebih berbeda dengan buku pertama yang telah si pembaca baca. Karena salah satu kehebatan buku yaitu bagi pembaca adalah mampu mempengaruhi pembaca untuk menulis sebuah buku baru yang mana sudut pandangnya mungkin saja bisa lebih luas cakupan perbincangan dan teorinya atau pun malah sebaliknya menentang pedas-pedas buku yang telah si pembaca baca. Tak hanya itu, buku pun mampu menyadarkan si pembaca untuk lebih mengenal dunia lebih nyata dan dekat, serta mampu merubah dunia pula. Jadi tak hanya si pembacanya saja, namun juga se-isi dunia ini mampu terombang-ambing oleh kedahsyatannya sebuah buku yang beredar. Dikatakan tadi merubah sejarah, Howard Zinn pun mampu membalikkan sebuah sejarah penting yaitu manakala dia merubah sebuah sejarah yang sangat agung. Dia menciptakan sebuah karya besar dan berpengaruh yang mana menceritakan seorang penemu hebat yaitu Christopher Columbus. Bahwa di awal sejarah dikatakan Columbus adalah pahlawan, Columbus penemu besar, Columbus pembaca Alkitab yang saleh. Namun Howard Zinn membalikkan fakta-fakta itu menjadi sebuah sejarah sebagai berikut, dikatakan bahwa Columbus adalah sebaggai pembunuh, penyiksa, penculik, mutilator, orang pribumi, munafik, orang yang tamak mencari emas, bersedia untuk membunuh orang yang dan Columbus berani mencincang orang. Luar bisa mengejutkannya bukan. Namun memang benar dijelaskan dalam Wikipedia bahwa Akhlak Colombus tidaklah sepenuhnya dikagumi. Dia terkenal kikir. Sifat inilah yang menyebabkan dia menghadapi kesulitan memperoleh tunjangan dana dari Ratu Isabella karena Colombus terlampau menampakkan keserakahannya tatkala melakukan tawar-menawar. Juga –walaupun tidak pantas menuduhnya menurut ukuran etika jaman sekarang– dia memperlakukan orang-orang Indian dengan kekejaman yang sangat. Karena itu, daftar buku ini bukanlah terdiri dari orang-orang yang paling bijak bestari dalam sejarah, melainkan orang yang paling berpengaruh, dan dalam kerangka ukuran ini Colombus menempati urutan nyaris paling atas.
Dijelaskan pula bahwasannya Columbus bukanlah penemu pertama benua Amerika
karena sebelumnya ada seorang Eropa yang sudah pernah mengarungi lautan
Atlantika dan menemukan benua ini, dituliiskan dalam Wikipedia bahwasanya “Salah
satu keberatan adalah karena bukannya Colombus orang Eropa pertama yang
menemukan Dunia Baru. Leif Ericson, pelaut Viking, berabad-abad sebelum
Colombus sudah menjejakkan kaki di Benua Amerika dan bolehlah dipercaya
beberapa orang Eropa lain juga sudah menyeberangi Samudera Atlantik di
masa-masa antara Leif Ericson dan Colombus.” Jadi ternyata penemu
pertama adalah bukannya Columbus melainkan Leif Erison, yaitu pelaut Viking.
________
Kita memasuki pada inti
kita yang lebih dalam sedalam lautan di Samudra Hindia dan Himalaya, yaitu
membicarakan tentang “Speaking Truth to Power with Books”. Berbicara kebenaran
melalui buku sebagai bukti yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya atau valid
( referensi yang jelas ). Buku mengoperasikan dalam banyak cara untuk mengubah
kesadaran seseorang baik dari segi pandangan, wawasan ,
penjelasan, penggambaran, dan lain sebagainya. Dengan membaca, seseorang
dapat mengetahui bahkan menemukan realita atau fenomena kehidupan. Sebaliknya tanpa membaca seseorang sedikit pun
tidak dapat mendapatkan wawasan yang bernuansakan keilmuan bak keharuman minyak
misik yang bau wanginya meneyebar ke mana saja ia terbang. seseorang tahu tidak hanya
dari mendengar saja, melainkan harus mengetahui fakta, yakni dengan cara
membaca teks. Dicontohkan seseorang ingin tahu berita-berita di pagi hari tidak
hanya dari mendengar saja dari orang yang lalu lalang, namun juga ia melihat
faktanya yang lebih real dan jelas yaitu dengan melalui berbagai macam media
baik dari Koranlah, majalahlah, bukulah, dan lin sebagainya. Menulis dan
membaca merupakan suatu media yang dapat membuat pserspektif atau pandagan seseorang
terbuka. Yah memang sebagai contohnya ketika
penyanyi terkenal Michel Jeksion meninggal, orang-rang berbondong-bondong untuk
mengetahiu betul sebab kematiannya seorang penyanyi yang dahsayatnya laur biasa
dan sangat mendunia nan popular, bahkan isu mengenai masuk islamnya penyanyi
terkenal ini. Dengan media bukulah mereka mampu menyerap berbagai sudut pandang
yang dikuatkan dengan fakta-fakta dan data-data yang valid.
Ketika suara diproduksi
maka akan langsung hilang pada saat itu juga kecuali jika suara tersebut
direkam, ia akan bisa diperdengarkan kembali. Hal tersebut bisa diimplikasikan
pada Sejarah. Sejarah jika hanya direpresentasikan melalui mulut ke mulut tanpa
ditulis, ia akan hilang. Ilmu pun jika tidak diikat
dengan tulisan, ia akan hilang, jadi tulisan merupakan suatu media untuk
mengikat pengetahuan yang diperoleh baik melalui komunikasi verbal
( Lisan ) maupun dokumental ( tulisan ). Buku sudah menjadi
sumber maklumat dan panduan sejak berkurun lamanya.Tulisan-tulisan yang di
hasilkan oleh para ilmuan Islam dan Ilmuan barat sudah merata-rata
tersebar.Ramai orang membacanya,mengkaji,berhujah,berdebat dan pelbagai ilmu
lain yang lain muncul dengan hasil membaca buku-buku tersebut.Membaca sejarah
kehidupan mereka yang cinta dan menikmati keindahan buku sangat mengujakan.Menulis
berjilid-jilid buku atau kitab untuk tatapan masa depan umat telah di lakukan
oleh ilmuan Islam seperti Imam Nawawi,Imam Ghazali dan lain-lain lagi.
Bukankah sejarah sudah
membuktikan,kewujudan tamadun yang hebat kerana ramainya ilmuan-ilmuan yang
bertanggungjawab dengan menulis berbagai ilmu untuk di tinggalkan umat di
kemudian hari.Baghdad pernah menjadi ibukota ilmu bertaraf antara bangsa.Berbagai
ilmu dan buku-buku yang terdapat di dalamnya.Namun akhirnya musnah dikarenakan kerakusan
sang musuh.Maka sepanjang sungai airnya
hitam dengan kitab-kitab yang di buang ke dalam sungai menjadikan airnya hitam
kepekatan lunturan dakwat dari kitab-kitab yang di buang kedalamnya. Sungguh
ilmu menopang segala sesuatu peradaban di sepanjang hayat dunia fana ini dengan
dituliskannya ke dalam sebuah kitab-kitab dan sekarang pada sebuah buku-buku.
Hari ini, buku dalam apa jenis pun
laku dan laris oleh mereka yang cinta dan sayang dengan buku-buku yang
terbit.Mereka sebagai penagih cinta buku.Amat menghargainya.Berapa harga nilai
sesebuah buku sanggup mereka miliki.Yang penting bagi mereka kecintaan dan
kerinduan pada buku terubat.Hebat dan kuatnya pengaruh buku pada setiap penagih
dan pencintanya. Apakah mereka lalai dari semua urusan dunianya ?
Tidak sekali-kali tidak, bahkan mereka
mengikuti dengan penuh perhatian dan minat apa yang berlaku dalam dunia yang
semakin bergolak ini. Namun buku tetap menjadi teman sejati buat mereka.Malah
mereka membukukan apa yang terjadi di hadapan mereka. Dengan buku mereka dapat
melahirkan sebuah buku lagi untuk di nikmati dan dicintai oleh pencita-pencita
buku yang lain. Hebat bukan? Dengan membaca buku si penagih buku bisa
melahirkan buku.Yang tentunya untuk tatapan generasi masa depan. Bila kita
lihat para imam-imam besar zaman dulu, mereka menuliskan sebuah karyanya ketika
mereka telah membaca karya-karya sebelumnya, maknanya mereka menafsirkan lebih
luas, dalam, jelas, dan lebih banyak memiliki sumber-sumber yang berkualitas.
Seperti contohnya sebuah kitab Hasyiah Al-Bajuri yang dikarang oleh Syekh
Ibrahim Al-bajuri yang menyarahi (menjelaskan lebih luas) kitab syarahnya Ibnu
Qosim Al-ghozi dan yang menyarahi kitab matannya syekh Abi Syuja’. Luar biasa
bukan, dari kitab satu yang bentuknya relative kecil menjadi sebuah kitab yang
disyarahi dengan beberapa jilid. Itulah kehebatan sebuah buku bagi pecinta dan
penggemarnya.
Dari kekuatan yang dimiliki sebuah buku
seorang penulis mampu melawan cerita-cerita yang sudah melekat dalam dada
pendudukya. Sepert halnya seorang sastrawan bernama Eko Sugiarto
yang melawan atas paksaan orangtua untuk menikah anak gadisnya dengan pilihan
orangtuanya. Seperti bukunya yang berjudul “Melayu di Mata Souman HS”
ini merupakan telaah analistis terhadap novel “Kasih tak Terlarai” karya
Souman HS. Eko Segiarto, penulis buku tentang Melayu di Mata Souman HS, sengaja mengulas dan mengulas
novel Souman HS melalui teori mitos Levi-Staruss. Melalui pintu
penjelasan mitologis inilah, Eko Sugiarto mencoba membangun argumennya tentang
“misi perlawanan” yang dibawa oleh Souman HS dalam novelnya.
Selain itu ada sebuah buku Common
Sense sebagai pembangkit.Tidak
ada buku di Amerika Serikat masa itu yang mempunyai pengaruh begitu cepat
seperti Common Sense.
Buku ini laksana tiupan nyaring sangkakala yang memanggil kolonis-kolonis Amerika
untuk bangkit memperjuangkan kemerdekaan mereka tanpa syarat. Paine telah
mengemukakan dalam bukunya bahwa revolusi adalah jalan satu-satunya untuk
menyelesaikan persengketaan mereka dengan Inggris dan Raja George III. “Lantaran tidak ada cara lain
mencapai tujuan kecuali ledakan-ledakan,” kata Paine. Hal yang
membuat pena Thomas Paine begitu berarti dalam perjuangan kemerdekaan Amerika
Serikat adalah ia meminum dari tinta yang gelap, lalu melukiskan cahaya…. Buku
Paine ini salah satu seberkas cahaya yang diarahkan bagi kemaslahatan.
Kebalikannya ada sebuah
buku sebagai bencana seperti Mein Kampf (Perjuanganku) karya Adolf Hitler
contohnya. Buku ini ada yang mengatakan sebagai “karya besar propaganda zaman
ini”. Pula jika dilihat dari kacamata seorang hakim Mahkamah Kejahatan Perang
Internasional yang dibentuk seusai Perang Dunia II, Mein Kampfadalah “buku
abad ke-20 yang paling dibebani kejahatan”. Melalui buku ini, sebuah bangsa
besar, yakni Jerman, dan kawan-kawan serikatnya telah menyediakan diri untuk
melaksanakan pikiran-pikran fanatik yang terkandung dalam buku tersebut.
Sesungguhnya Mein Kampf lebih merupakan buku yang diucapkan
ketimbang yang dituliskan. Buku tersebut diselesaikan saat Hitler meringkuk
dalam penjara Bavaria. Orang yang menyertai Hitler dalam penjara adalah
pengikutnya yang setia, Rudolf Hess. Jilid pertama dari buku ini didiktekan
kepada Hess dan langsung diketik di atas sebuah mesin ketik. Buku ini
dipersembahkan kepada 16 orang Nazi yang gugur dalam pemberontakan Munich.
Aslinya buku jilid pertama diberi titel “Empat Setengah Tahun Perjuangan Melawan Dusta, Kebohongan dan
Kepengecutan“. Lantas oleh penerbit, diubah menjadi Mein Kampf yang berarti Perjuanganku. Sementara
itu, jilid kedua diselesaikan dan terbit pada tahun 1926.
Di Jerman, sewaktu Perang Dunia II pecah pada 1939, 5.000.000
(lima juta) eksemplar buku Mein Kampf telah diedarkan. Nyanyi pokok buku
karya Hitler –yang selalu diulang-ulang– ialah ras, kemurnian ras, keunggulan
ras dan keangkuhan ras, seraya merendahkan ras lain, utamanya ras Yahudi. Didorong oleh percikan api buku Mein Kampf ini, dan propaganda masif yang
menyertai, kaum Nazi pada Perang Dunia II tanpa rasa berperikemanusiaan telah
membakar dan membumihanguskan kota-kota, serta menewaskan jutaan orang di
daratan Eropa. Hanya karena berbeda ras. Dalam hal ini kaum ras Yahudi, Gipsy,
Negro dan lain-lain di luar ras Arya.
Menurut Norman Cousins, seorang wartawan politik Amerika Serikat
yang juga aktivis perdamaian dunia, “Buku Mein Kampf adalah buku yang paling
efektif dalam abad ke-20… Bagi setiap kata yang terdapat di dalamnya 125 nyawa
telah hilang; bagi setiap halaman 4.700 jiwa lenyap; dan bagi setiap bab lebih
dari 1.200.000 nyawa melayang”. Kehebatan buku Mein Kampf, kata Cousins lebih lanjut, lantaran ia
merupakan kitab suci politik rakyat Jerman, dan pembimbing politik dari Reich
Ketiga itu dari tahun 1933 sampai akhir Perang Dunia II. Sungguh mengerikan
sekali bukan di balik kedahsyatan yang dimiliki sebuah buku ini. Tak segan-segan
untuk melenyapkan ratusan jiwa manusia dalam sebuah peperangan besar.
Dari pemaparan berdasarkan dua buah contoh buku di atas, yakni Common Sensedan Mein Kampf, ternyata
kekuatan sebuah buku yang dapat mengubah sejarah dunia bukan dilihat dari tebal
tipisnya jumlah halaman. Common Sense,
buku tipis hanya 47 halaman, tidak lebih dari sebuah pamflet. Sementara Mein Kampf, cukup tebal
dengan lebih dari 700 halaman.
Di mana rahasia kekuatan sebuah buku? Dalam konteks tulisan di
atas, inilah hukum besi yang berlaku di mana-mana: tiada lain lantaran
tuntutan zaman telah siap buat para penulis bersangkutan. Rakyat
Amerika kala itu tengah bersitegang dengan Inggris hingga melahirkan perang
kemerdekaan. Sumbu-sumbu pendek dinamit yang siap terbakar dan meledak,
mendapatkan percikan api lebih cepat dari pamphlet Common Sense Thomas Paine.
Demikian pula Jerman di masa Hitler hidup. Dipermalukan sebagai
bangsa melalui Perjanjian Versailles pada 1919 oleh Sekutu karena kalah dalam
Perang Dunia I, ekonomi Jerman kalang kabut dan terhempas di titik nadir.
Kehidupan dan masa depan tidak menentu. Kondisi psikologi publik semacam itu
melahirkan perlunya suatu kambing hitam. Lantas, ras Yahudi di Eropa
dipersalahkan sebagai penyebab kekacauan tersebut dan sasaran utamanya.
Terbitnya Mein Kampf karya Adolf Hitler dinilai sebagai
jawaban atas situasi kacau itu. Dan ia dianggap membawa pesan-pesan yang
acapkali emosional sifatnya.
Dua buah buku semacam dikupas sekilas di atas, harus diakui
memiliki kekuatan-kekuatan. Kekuatan dimaksud bisa menimbulkan pengaruh baik
maupun buruk. Lebih daripada itu, keduanya menorehkan rekor dari segi besarnya
jumlah eksemplar yang diterbitkan. Pula tingkat keterbacaan tinggi.
Untuk lebih memotivasi kita alangkah
baiknya kita renungkan sajak indah di bawah ini baik-baik dan tenang, yang dikutip dari majalah Dewan
Sastera terbitan DBP, sajak perihal buku, yang di tulis oleh Baha
Zain:
Buku
Buku adalah teman bicara
yang pendiam
tatkala sunyi engkau ramah
di sisi,
tatkala sibuk engkau setia
menanti,
terbuka di atas meja atau
tegak berdiri di rak almari,
sampai aku datang
membelai, helai demi helai,
dan dari kulit ke kulit
sampai selesai.
Kata orang, engkau adalah
amanah bangsa,
mengabdikan luka-luka
sejarah,dan kesucian
daulatnya,
menyuarakan mimpi-mimpi
rakyat
dan bayangan masa depan.
Engkau bukan sekadar
teman, tetapi
pengingat zaman,
tentang akar hidup di
dasar bumi, dan
arah pucuk di udara,
supaya orang tidak lupa
daratan,
dan bijak mentadaburi
dunia.
Siapakah yang bijak tidak
dicerdikan oleh buku?
Buku adalah guru yang
menerangi akal perasaan,
seperti kolam jernih
sewaktu terang bulan,
memancarkan keindahan,
memancarkan
kebenaran.
Bercintalah dengan buku
sewaktu guru tiada,
buku tidak memilih dan
memihak kepada sesiapa,
kata-katanya yang baik
mengajar orang menjadi
Manusia.
Baha Zain
Febuaru 2012
Yang dikritisi kenapa harus lewat buku? buku bukanlah untuk mengukur
nilai-nilai moral, akan tetapi untuk menunjukkan bahwa buku adalah suatu
instrumen belaka. Yang dapat menjadi senjata-senjata dinamis dan hebat,
tergantung sejauh mana kita meresapi dan mendalami kandungan isinya. Mengenai pengaruh dan kekuatan yang dapat ditimbulkan oleh suatu
buku bagi manusia dan kebudayaannya, ada baiknya pula jika saya sitir kata-kata
seorang penulis Amerika Serikat, Ray Bradbury. Dengan kalimat menyentak ia
mengatakan, “Anda tidak
perlu membakar buku jika ingin menghancurkan kebudayaan. Perintahkan
orang untuk berhenti membaca, itu sudah cukup!”.
_________
Jadi dapat saya simpulkan dari penjelasan di atas, bahwa kebenaran berbicara akan dapat diterima oleh si penyimak dan pendengar jikalau dikolaborasikan dan dicampur adukkan dengan kekuatan-kekuatan yang ada dalam sebuah buku. Pengaruh sebuah buku tidak hanya pada si penulis saja, bahkan kepada pembacanya pun terpengaruh pula. Sehingga pada akhirnya pambaca sadar bahwa dia mesti melakukan sesuatu yang lebih untuk negaranya, seperti dicontohkan di atas mengenai buku Common Sense yang mampu membangkitkan para kolonil-kolonil untuk berjuang berperang. Atau malah sebaliknya, seperti buku Mein Kampf dianggap membawa pesan-pesan yang acapkali emosional sifatnya. Dengan torehan-torehan tinta di atas kertas putih, mampu melawan sebuah paksaan dari kedua orangtua yang memaksa anak gadisnya menikah dengan pilihan mereka. Kekuatan dan kedahsyatan yang dimiliki oleh sebuah buku tidak mudah untuk melawannya begitu saja, mesti butuh telahan, kajian, fakta-fakta, penelitian mendalam, dan lain sebagainya. Bahkan dari zaman dulu-dulu para imam-imam besar pun telah menuliskan berbagai macam keindahan keilmuannya yang selalu mempengaruhi generasi-generasi sesudahnya hingga saat ini masih saja dikaji dan ditelaah dikalangan santri-santri. Buku layaknya matahari yang menerangi para pembacanya menuju tujuan akhir pembacanya namun tidak mudah mendekati matahari itu di karenakan memiliki energy kekuatan dan kedahsyatan yang luar biasa hebatnya. Jadi buku bak matahari. Luar biasa bila senantiasa menghiasi diri dengan bermacam-macam sinar dari berbagai buku yang ada. Mari kita torehkan pena kita di atas lembaran bersih nan cantik sebuah kertas untuk mengatakan yang sebenarnya dari yang tidak benar. Dikatakan “Katakanlah perkara itu walaupun pahit rasanya”. Satu lagi sebuah buku yang berjudul “The 100: A Ranking Of The Most Influential Persons In History” ditulis oleh Michael H. Hart, merupakan sumber perdebatan-perdebatan yang tidak aka ada habisnya. Dan masih banyak lagi kehebatan-kehebatan dan kedahsyatan-kedahsyatan sebuah buku. Thank you.
________
Referensi:
http://jaringanperkongsianmindaanda.blogspot.com/2012/08/kehebatan-buku.html
paragraf kamu terlihat 'kamu banget', tapi setelah itu kamu nampak kehilangan jati diri sebagai kritikus. Jangan terhanyut dengan luapan informasi dan fakta sejarah, Yang dibutuhkan adalah sesuatu yang sederhana: apa kelebihan dan kekurangan artikel Zinn sebagai orang yang berani dan radikal mempertanyakan keabsahan COlumbus sebagai pahlawan dan penemu Amerika
ReplyDelete