Mari beranjak sejenak dari kesenangan-kesenangan semasa liburan, dan melupakan brosur-brosur wisata yang menggoda. Kini saatnya kembali ke habitat asli kita yaitu kampus tercinta (terkadang). Menyiapkan alat tulis adalah hal yang paling menyenangkan saat liburan akan usai. Log book baru, pulpen, dan teman-temannya yang baru karena biasanya hilang atau habis semasa liburan. Hari pertama masuk kuliah jadwal belum juga rampung. Namun, berbeda dengan Writing 4 yang sudah terjadwal di hari senin jam 09.10 pagi (sebenarnya jam 07.30 pagi). Writing 4 lah yang menyambut kami di semester 4 ini, dan kami di pertemukan lagi dengan Pak Lala Bumela. Sebagaimana beliau telah mengampu kami sejak di semester 2. Lambat laun, kami pun tahu apa yang harus kami lakukan bersama beliau dalam proses belajar pada setiap subjek yang beliau ampu. Sebisa mungkin gol adalah tujuan kami. Oleh karenanya, gelandang, striker, back, atau apapun itu posisinya harus berjalan membentuk formasi yang indah hingga kita dapat memasukkan bola ke dalam gawang lawan. Ya, kami juga meiliki lawan yaitu kemalasan, ketidakdisiplinan, dan kawan-kawannya. Dimana harus segera kita hapus karena tidak sesuai dengan pri kepenulisan (memangnya ada?).
Menjadi resourceful, itulah yang harus di lakukan layaknya oleh seorang akademisi. Resourceful berarti bahwa seseorang itu harus fokus dan menyadari segala tantangan yang harus dihadapi dan diatasinya. Sehingga terbukalah kran ide yang akan mengalir deras dan menghasilkan kreatifitas untuk menyelesaikan tantangan. Ada lagi yang harus dilakukan setelah menyelesaikan tantangan, yaitu sikap tekun dan istiqomah kita. Yaitu ketekunan untuk mengupayakan agar terus berhasil. Tayangan pertama di power point pak Lala adalah klasemen kelas di mata kuliah English Phonology kemarin, yaitu kelas kita berada di podium ke tiga dan posisi ke dua dari bawah. Tidak bagus juga tidak jelek, oleh karenanya di semester ini kita harus bertekad menjadi resourceful untuk semester yang lebih baik. Ada beberapa hal yang perlu di garis besar di Writing 4 ini. Pertama, kali ini kita menulis dengan tema besar yaitu Writing for Academic Purpose. Kenapa Academic Writing? Jawabannya sudah menjadi rahasia umum, karena tulisan yang seperti inilah yang kita butuhkan di dalam tugas sehari-hari kita sebagai mahasiswa. Entah itu menulis essay, makalah, laporan penelitian, proposal, jurnal, skripsi atau tesis yang mana memiliki prinsip dan tujuan yang sama. Kini, sudah menjadi isu dimana-mana bahwa karangan formal seperti disebutkan di atas bagai sebuah siksaan bagi mahasiswa. Dikarenakan mereka bekerja sendiri dan dosen tidak terlibat langsung dalam pembuatannya dan hanya mendampingi. Tetapi yang sebenarnya harus terjadi adalah Academic Writing ini menjadi sebuah ajang dimana mahasiswa, terutama kami mahasiswa pendidikan bahasa Inggris berkesempatan untuk menjelajahi sesuatu hal yang mana menarik perhatian dalam bidang yang kami tekuni. Bukan sebaliknya yang malah dijadikan nightmare oleh mahasiswa itu sendiri.
Sebagai seorang akademisi. Jadi, apa yang diekspektasikan di Writing 4 ini? Salah satunya adalah untuk membantu seorang guru bahasa menjadi seorang guru menulis. Keduanya berbeda, karena seorang guru bahasa belum menjamin bahwa ia mampu menjadi guru menulis. Ada dua jenis guru, yaitu guru yang efektif dan guru yang benar-benar. Dimana guru yang efektif dapat menginformasikan material, metode mengajar, dan prosedur yang digunakan dalam kelas berdasarkan pemahaman yang jelas dari cara berpikir dalam profesinya. Sedangkan guru yang benar-benar adalah guru yang dapat memantulkan pengetahuan yang diperlukan dalam aktifitas kelas yang berhubungan dengan penelitian dan teori. Menulis terdiri dari text, context, dan reader. Dalam prosesnya kita melakukan ritual berpikir, membaca, lalu menulis. Dalam hal lain, makna dalam sebuah tulisan akan di temui di antara penulis dan pembaca. Maksudnya, penulis dan pembaca harus memiliki relasi sehingga makna tersebut dapat terbentuk. Oleh karenanya, menulis sama seperti keahlian lainnya yang dapat di tingkatkan melalui LATIHAN.
Salah satunya adalah blogging. Selain menulis class review atau chapter review yang mana ritual ini sudah kami lakukan sejak 2 semeter ke belakang. Ada sesuatu yang baru, kami di wajibkan untuk memposting mahakarya kami ke dalam blog. Menulis di blog, terutama blog pribadi memang bukan sesuatu yang baru barangkali. Tetapi ini adalah kebijakan baru yang diterapkan dalam matakuliah ini, setiap minggu kami harus menulis ditambah mengetik tugas class review kami. Dari sini saya mengambil hikmah, dengan rajin menulis di blog setiap minggunya kita akan melenturkan jari-jari ini untuk menari di atas papan ketik. Dimana ketika kesepuluh jari bekerja semuanya, tidak hanya jari telunjuk saja. Jempol, jari tengah, jari manis, dan jari kelingking harus dipaksakan untuk kerja rodi setiap minggunya. Itu juga mengapa saya menggunakan judul Writing 4 dan 10 jari, yang begitu saja terlintas dikepala lalu menggunakannya untuk judul class review perdana di semester baru ini. Sekarang karya-karya kami bisa di nikmati seluruh dunia melalui blog, sehingga kami akan terpacu untuk menulis lebih apik karena akan di lihat oleh ribuan pasang mata. Secara langsung kami belajar bagaimana cara menulis yang baik, dan memberikan efek positif bagi yang membaca. Menularkan benih-benih ilmu pengetahuan kepada sesama, yang tentu ini akan menjadi amal jariah juga yang terus menerus mengalir sekalipun kita telah menutup mata.
Berkali-kali kami diingatkan bahwa bahasa pertama (L1) kita adalah pondasi untuk menulis dalam bahasa kedua (L2). Sehingga tidak perlu lagi ada pertanyaan mengapa kita masih menulis dalam bahasa Indonesia, dan apa yang kita lakukan sekarang adalah memperkuat pondasi L1 kita. Kesimpulannya, akan terjadi banyak hal baru di writing 4 ini. Terutama tema besar yang menaunginya ialah Academic Writing, dimana (mungkin) tingkat kesulitannya akan lebih tinggi dari Writing and Composition. Berpikir kritis merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam subjek ini, menulis untuk kepentingan akademik juga akan memunculkan sebuah parameter yaitu menulis sebagai sebuah proses, menulis sebagai sebuah produk, dan menulis sebagai sebuah kekuatan. Sehingga kita bisa menjadi calon-calon guru bahasa yang juga mampu menjadi guru dalam hal menulis.
0 comments:
Post a Comment