1st
class review
Chasing horizon
Senin, 3 February 2014. Pagi
yang cerah menyambut kami mengiringi babak baru dihari pertama pada semester 4.
Saat mendengar Mata kuliah writing & composition 4 yang kembali dipegang
oleh Pak Lala sedikitnya sudah memberikan gambaran that will not going easy.
Dipertemuan pertama Pak Lala memberikan motivasi juga tantangan.
Dengan memperlihatkan klasemen perolehan nilai dalam pelajaran di semester
sebelumnya juga menyatakan bahwa writing
4 berarti kurang tidur, frustasi, lelah, mata bengkak dan segala hal yang kami
alami sebelumnya akan terulang.
“I’m evolved”, itulah yang Pak Lala katakan. Artinya, there something new. Pastinya ada yang
berbeda dengan mata kuliah sebelumnya. So
what’s new? Class review dengan standar 5 halaman. Chapter review tidak
kurang dari 10 halaman dalam bahasa Indonesia, Appetizer essay minimal 5
halaman, critical review dan blogging.
Yang menjadi sorotan pada Mata
kuliah kali ini adalah pendapat Hyland (2003) bahwasanya belajar bagaimana caranya
menulis dalam bahasa kedua adalah bagian paling menantang dalam aspek
pembelajaran bahasa kedua (bahasa asing). sekalipun orang yang menggunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa ibu, dalam hal kemampuan menulis secara efektif
membutuhkan kemampuan dan pengarahan yang spesial. Didalamnya terdapat banyak
teori dan metode yang perlu difahami, ikatan antara tulisan, penulis dan
pembaca, penyampaian makna dan lain
sebagainya.
Ruang lingkup mata kuliah Writing kali ini adalah “Writing
for educations purpose”. Dengan tantangannya yakni :
1.
Mempelajari
bagaimana perkembangan teori Writing dan metode pengajaranya. Tujuannya tentu
agar tetap “Evolved”. Agar pada saatnya nanti ketika mengajarkan Writing kita
terus menggunakan metode termutakhir.
2.
Mengetahui
bagaimana menulis yang baik. Ini tentunya adalah salah satu tujuan dari mata
kuliah ini.
3.
Hubungan
antara menulis dengan bahasa ibu dan bahasa asing.”Your first language is the
foundation for your second language”. Bahasa asal adalah dasar bagi bahasa kedua kita. Sebagus apa
kemampuan menulis kita dalam bahasa ibu berpengaruh kuat dalam kemampuan
menulis dalam bahasa asing. Prof.Chaedar berpendapat bahwa mana mungkin
seseorang mampu menulis dengan baik dalam bahasa asing bila dalam bahasa ibu
saja ia tak mampu.
4.
Bagaimana
membangun kurikulum yang mampu mengembangkan pelajaran menulis. Guru yang
kompeten belum cukup untuk membangun kemampuan menulis para siswanya jika
kurikulum yang ada tidak mendukung kearah sana. Kurikulum, metode, guru dan
materi ajar saling berkaitan menentukan kualitas pendidikan.
5.
Penggunaan
komputerisasi dalam pengarahan menulis. Ini era digital, peran komputerisasi
sudah menjalar mengakar dalam banyak hal. Termasuk dalam hal menulis.
Tantangannya ialah bagaimana kita menggunakanya untuk mengembangkan kemampuan
dan sekaligus menjadi tahap praktek guna mengasah skill menulis. Begitupun
salah satu alasan mengapa di semester ini ada tugas blogging, tujuannya yakni
sebagai ajang show off dan show skill dihadapan dunia maya.
Motivasi yang diberikan Pak Lala adalah bahwa Writing meningkatkan
kemampuan mengolah skill dan pengetahuan tentang teks,konteks dan pembaca.
Menulis adalah mencipta, membuat, sama
halnya seperti barang-barang buatan yang
lain, kemampuan menulis akan semakin meningkat dengan praktek. Alangkah
percumanya jika hanya teori yang di pelajari tanpa aksi nyata. Dan pada writing
kali ini akan lebih dikedepankan praktek.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa bahasa ibu adalah dasar bahasa
kedua. Itulah mengapa hingga semester ini pun tugas chapter dan crirical review
wajib berbahasa Indonesia. Tujuannya agar skill menulis dalam bahasa ibu terus
berkembang dan menjadi modal dasar dalam bahasa kedua yang dipelajari kini.
Banyak ahli yang setuju bahwa sebelum melangkah jauh mempelajari writing dalam
bahasa kedua, kemampuan writing dalam bahasa pertama harus cukup.
Ekspektasi Pak Lala dalam mata kuliah kali ini adalah mengubah guru
bahasa menjadi guru menulis. Ini tentunya berhubungan dengan masalah literasi
di negeri ini. Seorang penulis
membutuhkan informasi untuk tulisannya, maka salah satu cara mendapatkan
informasi yakni dengan membaca. Lalu ia harus menguji keabsahan informasi itu,
maka ia melakukan penelitian objektif dan mengikuti aturan. Setelah penelitian
selesai, maka ia harus menemukan satu kesimpulan baru dari hasil penelitiannya.
Lihatlah betapa panjang dan kompleks nya proses menulis yang efektif dan hal
positif yang terlibat didalamnya. Hal inilah yang perlu ditanamkan sejak dini
pada anak didik supaya budaya literat mengakar dalam dirinya. Dengan menulis
kita perlu membaca. Dengan membaca bertambahlah ilmu kita. Dengan bertambahnya
ilmu maka masa depan lebih cerah.
Belajar berbicara bukanlah bagian paling kompleks dalam belajar
sebuah bahasa. Seperti pendapat Hyland bahwa bagian terkompleks adalah menulis.
Dalam hitungan bulan pun orang asing sudah setidaknya bisa mengucapkan beberapa kalimat bahasa Indonesia meskipun
tercampur. Dalam kurun waktu tiga tahun, ia sudah bisa berkomunikasi yang
lancar dengan pribumi. Dasar Speaking adalah komunikasi. tetapi menulis
melibatkan banyak aspek termasuk komunikasi, yakni komunikasi penulis lewat
tulisannya kepada pembaca. Aspek budaya, aspek logika, gaya bahasa dan hal lain
yang tak bisa saya gambarkan disini. Namun bukan berarti mengesampingkan
pengembangan kemampuan berbicara, tapi setidaknya dalam proses menulis ada
banyak hal yang juga bermanfaat untuk kemampuan berbicara. Seperti kemampuan
berbahasa intelek dan berbobot, logis dan faktual, kemampuan berargumen dan
kemampuan menghasilkan kesimpulan baru. Semuanya bisa dikatakan efek samping
dari proses menulis, dari seringnya membaca misalnya, mendengar dan melihat
berita dan sebagainya. Alhasil, membaca dan menulis berpengaruh kuat pada
kemampuan berbicara.
0 comments:
Post a Comment