TITIK
TEMU PENULIS DI TENGAH CANGGIHNYA TEKNOLOGI
Indonesia merupakan negara yang kaya akan jumlah penduduknya.
Ketika kita harus dihadapkan oleh beberapa fakta akan kurangnya rasa
kesadaranterhadap baca dan tulis, hal ini tidak dapat kita pungkiri.
Perkembangan zaman kian meningkat dan otak manusia kian canggih. Pada dasarnya
manusia selalu menginginkan sesuatu yang instan, begitu pula aktivitas untuk
membaca yang seharusnya membutuhkan kesabaran dan keuletan yang ekstra justru
hanya mengandalkan media elektronik seperti internet. Tidak hanya mencakup mata
yang beraktifitas, akan tetapi pikiran dan syaraf yang ada di dalamnya ikut
beroperasi. Bukan hanya membaca, menulis pun seprti itu dan tidak hanya
jari-jari lentik yang bekerja akan tetapi seluruh syaraf di tubuh juga ikut
bekerja keras.
Manusia tak kan pernah merasa puas dengan apa yang telah ia
dapatkan. Tapi kenapa tidak terhadap literasi? Semua seakan dianggap lelucon
semata. Padahal semua tulisan yang kit abaca selalu mengandung makna dan
mengandung informasi tersendiri.dari tiap kalimat bahkan kata-katanya.
Kemalasan yang menjadi penyebab seseorang enggan untuk membaca dan menulis dan
selalu mengandalkan teknologi sebagai alat pemenuh keinginan mereka.
Mari kita bersama-sama saling memberikan informasi dan saling mengajak
satu sama lain untuk gemar membaca, karena kita tidak akan pernah rugi apabila
kita membaca dan memulai untuk menulis.
Maskot ayo bangkit Literasi Indonesia |
Hal terkecil selalu kita abaikan dan seringkali pula kita tak mau
mendengarkan nasehat orang lain yang selalu memerikan motivasi kepada untuk
membangkitkan semangat kita. Sebenarnya apabila kita gemar menulis tanpa
disadari L1 dan L2 yang kita miliki akan menyatu dengan sendirinya. Biasa jadi
yang pada walnya hanya menguasai mother tongue beralih menjadi multilingual
terhadap bahasa yang lainnya hanya berawal dari gemar membaca.
Banyak sekali manfaat yang bias kita dapatkan dari membaca dan
menulis. Di sini akan diuraikan beberapa hal mengenai menulis dan membaca, di
antaranya:
·
1. Scientific
Writing
Menulis bukan hanya sekedar menulis,
akan tetapi menulis juga merupakan suatu ilmu tersurat bahkan tersirat. Menulis
bagian dari akademik yangtidak bias dipisahkan daru dunia pendidikan. Tanpa menulis,
kita akan susah mengetahui sejauh mana kemampuan karya yang dapat kita asah. Maka
dari itu, menulis merupakan ilmu pembelajaran dalam pendidikan dan dapat
dijadikan sebagai acuan untuk suatu karya.
· 2. Critical
Thinking
Hal kedua ini juga menjadi perhatian
penting. Antara penulis dan pembaca tentunya memiliki suatu kemistri yang
saling berkaitan. Modal awal menjadi penulis adalah salah satunya harus
memiliki pemikiran yang kritis (critical thinking) terhadap tulisan yang
dibaca. Biasanya, kita acuh tak acuh terhadap beberapa tulisan yang kita baca,
apabila sudah membacanya bukannya menelaah apa yang telah dibaca justru
membiarkan tulisan begitu saja.
Memang ada beberapa siswa yang
memiliki tingkat literasi yang tinggi (high literacy) yang menganggap
bahwa tanpa kita memaca wacana dalam seharipun, ini akan menyebakan selalu
merasa tertinggal informasi jauh. Padahal kita sudah mengetahui bahwa begitu
banyak sumber bbuku bacaan yang dapat kita baca akan tetapi kurangnya kesadaran
dalam diri kita untuk membacanya .
·
3. Student
of Language Ã
Student of Writing
Di sini merupakan satu aspek di mana
siwswa dapat memanfaatkan ahasanya ke dalam suatu tulisan. Dan sebenarnya
ketika kita menulis adalah terjadi suatu interaksi antara pikiran, hati dan
anggota tubuh lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Hyland 2004:4 , yaitu:
“writing is
a practice based on expectation : the reader’s chances of interpretingthe
writer’s purpose are increased if the writer takes the trouble to anticipate
what the reader might be expecting based on pervious texts he or she has read
of the same kind”.
·
4. Bersifat
mengikat
Yang dimaksud di sini adalah bahwa
writing bersifat mengikat secara keseluruhan. Terdapat tiga cara yang dapat
dilakukan dalam menulis, di antaranya:
Ø Ways of knowing something
Ø Ways of representating something
Ø Ways of producing something
Dari
ketiga cara di atas akan menghasilkan:
ü Informasi
ü Knowledge
ü Experience
Dari
beberapa aspek di atas munculah pertanyaan kenapa writing bersifat mengikat? Writing
merupakan suatu kegiatan di mana seseorang menuangkan idea tau gagasannya yang
ada di otak kemudian di tuangkan kembali dalam bentuk tulisan. Sebenarnya
menulis itu merupakan meditasi yang memusatkan seluruh sel otak yang bertumpu
ke satu titik dan tak hanya mengacu pada jari-jari lentik yang terus bekerja.
Pada
umumnya, penulis lebih gemas menulis sesuatu tentang pengalaman yang telah
mereka alami dan selalu diingat karena yang selalu direkam manusia adalah
sebuah pengalaman baik manis ataupun pahit. Dan dari pengalamannya itu akan
menghasilkan seuah informasi (information), pengetahuan (knowledge), dan
pengalaman (experience) yang siap untuk ditulis. Yang akan terekam oleh otak
kita adalah pengalaman saja dan apabila pengalamannya itu baik pasti akan
teringat selalu.
Menulis
tidak hanya pengekspresian semata, akan tetapi sudah menjadi tren bahkan
perbincangan dalam pendidikan di tingkat dunia begitu pula peran reader yang
berkualitas sangatlah berperan penting karena akan membantu menunjang sejauh
mana kualitas dari seorang penulis. Menurut Hoey (2001) berdasarkan pemaparan
dari Hyland (2004) bahwa reader dan writer diibaratkan ke dalam pasangan
“Dancers” yang selalu senantiasa mengikuti alunan music dan beriringan satu
sama lain seprti tari salsa. Writer-reader sangatlah memiliki ikatan antara sel
dan mata bahkan seluruh sel yang ada di otak. Dengan kata lain, bahwa
writer-reader membuat suatu hubungan yang disebut seni (art).
Dari
Lehtonen (2007:74) seorang penulis buku
“The Cultural Analysis of Text” bahwa dari writer-reader memiliki suatu
hubungan di dalamnya berupa text, context, reader, writer dan meaning. Seorang
pembaca menjadi sebuah penghubung dari formation of meaning, dan pembaca
menjadi tempat di mana meaning tersebut dimiliki oleh text dan diserap kembali
oleh reader. Text dan reader tidak akan pernah berdiri sendiri tanpa adanya
hunbungan satu sama lain, akan tetapi membaca merupakan salah satu pilihan
tepat karena seorang reader mencari teks atau wacna apa saja yang akan dibaca,
dapat dengan cara mengelompokkan
berbagai wacna untk menambah wawasan pembaca (reader).
Di
sini akan dibahas kembali secara rinci mengenai hubungan antara text, context,
reader, writer dan meaning. Berdasarkan buku “The Cultural Analysis of Text”
karya Mikko Lehtonen menjelaskan bahwa :
- TEXT
1.
Texts
as physical beings
Dapat dijelaskan bahwa teks merupakan suatu komunikasi artefak.
Dengan kata lain, tulisan atau wacana yang ditulis oleh penulis mengandung
instrument komunikasi di dalamnya, Saat ini teks dapat ditemukan di mana saja.
Kemunculan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini adalah bertujuan
untuk menghasilkan teks tertulis yang berkualitas. Hubungan antara The Pysical
of Text and The Technologies yang dapat menghasilkan teks ialah suatu hal yang
tidak terlihat kuno yang dapat menghasilkan sejarah peradaban manusia terdahulu
hingga sekarang.
2.
Texts
as semiotic beings
Dalam teks memiliki karakteristik, di antaranya : Materiality,
formal relations, dan meaningfulness (Lehtonen : 73).
Dari Saussure mengungkapkan ketertarikannya terhadap sistem bahasa,
dan bahasa meilliki hubungan dengan kata atau memiliki perbedaan makna yang
beragam dari penghasil atau user. Mengingat kembali dari pernyataan Saussure
bahwa A Linguistic Sign terbagi ke dalam
dua bagian, yaitu : The Signifier dan The signified.
Di
sini, Barthes memaparkan bahwa linguistic texts merupakan productivity, stage
of production di mana yang menguasai teks adalah reader dan nantinya akan
menghubungkan makna yang terkandung dalam teks dengan teks yang lain. Barthes
mengungkapkan bahwa :
“it is necessary to cast off the monological,
legastatus of signification, and to pluralise it. It was for this liberation
that concept of connotation was used : the volume of secondary or derived,
associated sense, the semantic ‘vibration’ grafted on to the denoted massage”.
Seorang
penulis tidak akan memulai tulisannya tanpa bahasa yang kemudian aka disalurkan
ke dalam tulisan. sesuai dengan pengalaman (experience) maka penulis akan
memulai untuk menuangkan segala kejadian yang telah ia alami. Danish seorang
penulis “Petter Hoeg Ponder” menulis
sebuah cerita mengenai pemeran protagonisnya, yaitu:
“Am I a man writing about
what once happened to him? or does this account add something to my life, in
which case it would have to be said that I only come into being as I write;
that, in sense, this account makes me what I am?”
Dalam arti
sederhana, yang mengenai meaning bahwa masing-masing signifier merupakan suatu
pemahaman terhadap suatu teks yang kemudian berhubungan dengan signified.
v -CONTEXT
Konteks merupakan suatu penggambaran yang diserap oleh reader dan
berasal dari teks yang telah dibaca kemudian reader seolah-olah ikut terjun ke dalam teks tersebut. Contohnya
tulisan yang berjudul “Rain” seorang penulis tentunya sudah memiliki bayangan
tentang rain saat hendak ia tulis dan begitu pula seorang pembaca sudah
membayangkan rain itu seperti apa ketika sudah mengetahui judulnya.
Dalam makna sederhana bahwa konteks merupakan sebuah penggambaran
yang nature. adapun context dan text keduanya adalah pemisah bahkan dipisahkan
oleh “background” dari text itu sendiri, kemudian dari teks yang dibaca dapat
memberikan pemahaman terhadap informasi dari teks tersebut. “Context does not exist before the author or
the text, neither does it exist outside of them” (Lehtonen : 111)
v -READER
Kurang
lengkapnya suatu tulisan tanpa adanya reader. Maka dari itu, Terry Eagleton
menggambarkan mengenai sesuatu yang dilakukan reader :
Although we rarely notice
it, we are all the time engaged in constructing hypotheses about the meaning of
the text. The reader makes the implicit connections, fill in gaps, draws
inferences and tests out hunches; and to do this means drawing on a tacit
knowledge of the world in general and of literary conventions in particular.
The texts itself is really no more than a series of ‘cues’ to the reader,
invitation to construct a piece of language into meaning”.
Penulis, pembaca dan teks tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan
tidak dapat berdiri sendiri.
Jadi dari
penjelasan kali ini dapat disimpulkan bahwa hubungan antara texts, contexts,
dan reader dapat menjadi titik tolak atau pusat dalam mencari makna. Texts juga
ditentukan oleh faktor-faktor tertentu, antara lain bahasa yang digunakan
karena keterbatasan kata-katanya yang terpisah-pisah, sastra, tren bahasa masa
kini, komitmen dari penulis, cetakan yang diterbutkan oleh penerbitan yang
berkualitas, hal ini menentukan dari kualitas seorang penulis dikarenakan
pengaruh besar dari reader.
Hubungan ketiganya dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini :
Semoga bermanfaat ya.........
ReplyDeleteIndonesia Bisa berkarya ko,,,,,,!