Sunday, February 16, 2014

Class Review 2
Dimension of Writing
Writing pada semester 4 ini berbeda dengan writing semester 2 lalu. Jika di semester 2 kita mempelajari secara general yaitu mengenai explanation text, recount text, narrative text. Sedangkan pada semester ini kita lebih ditekankan untuk mempelajari academic writing atau scientific writing. Mengapa harus academic writing? Jawabanya adalah karena kita sebagai mahasiswa maka dari itu kita wajib mempelajari academic writing. Ini sangat penting bagi kita, sebab dalam penyusunan skripsi ditulis menggunakan academic writing. 
Apa sih academic writing itu? Academic writing adalah karya tulis yang disusun akademisi untuk memperoleh gelar akademik, misalnya skripsi untuk memperoleh gelar sarjana (S-1), tesis untuk mencapai gelar master (S-2), dan disertasi untuk mencapai gelar doctor (S-3).  Academic writing disajikan secara ilmiah atau scientific dengan mengkaji secara teratur dan teliti suatu persoalan. Academic writing berbeda dengan narasi karena narasi ditulis berdasarkan khayalan atau reakaan, sedangkan academic writing berdasarkan pandangan dimana suatu fenomena atau kejadian memiliki keterangan dan sebab, dengan kata lain academic writing hanya dapat diterima dengan adanya bukti melalui laporan atau penelitian yang bersifat objektif dalam pengumpulan data.
Selain dituntut untuk mempelajari dan memahami academic writing, sangat penting bagi kita untuk menjadi seorang “critical reader”. Mengapa demikian? Karena critical reader adalah seseorang yang dapat berfikir kritis dan tidak sepenuhnya menelan mentah-mentah suatu bacaan, sebab untuk dapat menafsirkan meaning dalam suatu text butuh pertimbangan dan analisis.
Tanpa kita sadari, sekarang kita (mahasiswa bahasa Inggris) telah merambah ke dimensi multilingual atau disebut juga sebagai seseorang yang mampu dalam beberapa bahasa. Contohnya saya adalah orang Sunda dan mahasiswa jurusan bahasa Inggris, maka saya adalah orang multilingual dalam bahasa Sunda, Indonesia, dan Inggris. Menurut Mr. Lala meskipun kita adalah student of language namun kita juga harus mampu menjadi student of writing. Hal ini dimaksudkan agar bangsa kita sedikit demi sedikit bisa merangkak menjadi bangsa yang literat seperti bangsa-bangsa besar di luar sana, karena semakin tinggi literasi semakin kaya ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Lompatan-lompatan tekhnologi yang dicapai oleh negara-negara maju basicnya yaitu literasi yang dimiliki bangsa tersebut. Sebagai contoh Negara Korea, Jepang, Cina adalah Negara yang berkembang pesat industri tekhnologinya. Meskipun bukan hal mudah dan butuh waktu yang cukup lama untuk mencapai semua itu namun dengan budaya literasi yang tinggi negara-negara tersebut dapat meraih apa yang mereka inginkan. Mr. Lala juga berkata bahwa “ literasi will save your life” yang dapat saya tangkap dari kalimat tersebut adalah dengan budaya literasi kita tidak mudah dibodohi, kita juga akan lebih cermat dan tidak ceroboh dalam melakukan sesuatu. Contoh simple yaitu ketika kita membeli suatu produk makanan kita dapat mengetahui komposisi makanan itu dan nutrisi apa saja yang terkandung di dalamnya. Selain itu, kita juga bisa membaca kadaluarsanya sehingga kita bisa memilah dan memilih makanan yang baik dan sehat untuk dikonsumsi.
Penulis dapat dianalogikan sebagai seorang “chef” direstoran mahal yang memiliki cita rasa tinggi. Chef akan dikatakan chef hanya ketika dia memasak. Sama hanya dengan penulis, penulis akan dikatakan penulis hanya ketika dia menulis dan menghasilakan karya tulis. Jika penulis tidak lagi aktif dalam menulis maka tidak akan disebut penulis. Menulis merupakan sebuah praktek yang berdasarkan ekspektasi. Seorang penulis harus harus mengukur sejauh mana pembaca telah membaca, dengan kata lain penulis harus mengerti apa yang diharapkan/ diinginkan oleh pembaca (reader).
Writer – Reader = Dancer?
Seperti yang dikutip dalam Hyland (2004), mengibaratkan para pembaca dan penulis sebagai penari yang seirama serta membangun koneksi yang disebut art (seni). Seperti yang telah dibahas dalam pertemuan minggu lalu oleh Mr. Lala bahwa writer dan reader akan menghasilkan meaning information. Meaning merupakan text yang dinamis dan semua negosiasi makna (meaning) dalam sebuah tulisan sepenuhnya milik reader. Dikatakan seperti itu karena pembaca (reader) akan memaknai tulisan tergantung dari sudut pandang mana dia memaknainya. Sebagai contoh, dalam mebaca text yang sama antara pembaca yang satu dengan yang lain akan memberikan meaning yang berbeda.
Berbicara mengenai menulis, sebagian besar mahasiswa menganggap bahwa menulis adalah hal yang tidak mudah karena menulis membutuhkan ketulusan hati. Mr.Lala berkata bahwa “menulis itu seperti meditasi” meditasi yang dimaksud di sini adalah memusatkan suatu energi yang berasal dari seluruh tubuh menuju jari-jemari tangan kemudian terciptalah sebuah karya yang disebut tulisan. Writing dikatakan hal yang tidak mudah dilakukan karena writing sangat kompleks. Berikut adalah 3 ayat pertama writing.
·  Ways of knowing something
·  Ways of representing something
·  Ways of reproducing something
Menulis tidak boleh sembarangan karena ada cara-cara atau tahapan-tahapan tertentu.
Information=> knowledge=> experience (long lasting).
Tahap pertama dalam writing yaitu mencari informasi. Bagaimanakah cara mendapatkan informasi yang kita inginkan? Informasi dapat kita peroleh melalui membaca dan dengan banyak membaca informasi, knowledge (pengetahuan) kita akan lebih kaya. Setelah mendapatkan informasi kemudian pengetahuan yang kita miliki akan diaplikasikan menjadi experience (pengalaman) dan pengalaman itulah yang akan kita tuangkan menjadi sebuah tulisan agar long lasting dan bermanfaat bagi pembacanya.
Menurut Lehtonen, bahasa mempunyai sistem sendiri yang mendefinisikan dan mengartikan dirinya sendiri. Meaning terjadi ketika ada writer dan reader,  jika kehilangan salah satunya maka akan kehilangan meaning. Sehingga keberaadan reader sangatlah penting karena tanpa reader tulisan tidak akan berarti apa-apa. Dengan kata lain meaning bisa dibangun dengan adanya koneksi antara  writer dan reader.
Jadi, dimankah koneksi antara teks, konteks, penulis, pembaca, dan makna (meaning) ? perhatikan penjelasan berikut, teks merupakan hasil karya/pemikiran seorang penulis, dan konteks seorang pembaca yaitu membaca dan memahami makna dalam tulisan. So, kesemuannya itu saling berkaitan satu sama lain dalam arti antara teks, konteks, penulis, pembaca, dan meaning merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ketika sebuah tulisan sampai kepada pembaca, maka itu adalah hak pembaca untuk memaknai tulisan itu seperti apa, karena negoisasi makna sepenuhnya milik reader.


Kesimpulan 
Tingkatkan dan tanamkanlah budaya literasi mulai dari sekarang, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai literasi tinggi (high literacy). Jangan sampai bangsa kita terus menerus tertinggal dari bangsa lain dikarenakan tingkat literasi bangsa kita yang rendah.

          

0 comments:

Post a Comment