Class
Review 2
Dimension
of Writing
Writing
pada semester 4 ini berbeda dengan writing semester 2 lalu. Jika di semester 2
kita mempelajari secara general yaitu mengenai explanation text, recount text,
narrative text. Sedangkan pada semester ini kita lebih ditekankan untuk
mempelajari academic writing atau scientific writing. Mengapa harus academic
writing? Jawabanya adalah karena kita sebagai mahasiswa maka dari itu kita
wajib mempelajari academic writing. Ini sangat penting bagi kita, sebab dalam
penyusunan skripsi ditulis menggunakan academic writing.
Apa
sih academic writing itu? Academic writing
adalah karya tulis yang disusun akademisi untuk memperoleh gelar akademik,
misalnya skripsi untuk memperoleh gelar sarjana (S-1), tesis untuk mencapai
gelar master (S-2), dan disertasi untuk mencapai gelar doctor (S-3). Academic writing disajikan secara ilmiah atau
scientific dengan mengkaji secara teratur dan teliti suatu persoalan. Academic
writing berbeda dengan narasi karena narasi ditulis berdasarkan khayalan atau
reakaan, sedangkan academic writing berdasarkan pandangan dimana suatu fenomena
atau kejadian memiliki keterangan dan sebab, dengan kata lain academic writing
hanya dapat diterima dengan adanya bukti melalui laporan atau penelitian yang
bersifat objektif dalam pengumpulan data.
Selain
dituntut untuk mempelajari dan memahami academic writing, sangat penting bagi
kita untuk menjadi seorang “critical reader”. Mengapa demikian? Karena critical
reader adalah seseorang yang dapat berfikir kritis dan tidak sepenuhnya menelan
mentah-mentah suatu bacaan, sebab untuk dapat menafsirkan meaning dalam suatu
text butuh pertimbangan dan analisis.
Tanpa
kita sadari, sekarang kita (mahasiswa bahasa Inggris) telah merambah ke dimensi
multilingual atau disebut juga sebagai seseorang yang mampu dalam beberapa
bahasa. Contohnya saya adalah orang Sunda dan mahasiswa jurusan bahasa Inggris,
maka saya adalah orang multilingual dalam bahasa Sunda, Indonesia, dan Inggris.
Menurut Mr. Lala meskipun kita adalah student of language namun kita juga harus
mampu menjadi student
of writing. Hal ini dimaksudkan agar bangsa kita sedikit demi
sedikit bisa merangkak menjadi bangsa yang literat seperti bangsa-bangsa besar
di luar sana, karena semakin tinggi literasi semakin kaya ilmu pengetahuan yang
dimiliki.
Lompatan-lompatan
tekhnologi yang dicapai oleh negara-negara maju basicnya yaitu literasi yang
dimiliki bangsa tersebut. Sebagai contoh Negara Korea, Jepang, Cina adalah
Negara yang berkembang pesat industri tekhnologinya. Meskipun bukan hal mudah
dan butuh waktu yang cukup lama untuk mencapai semua itu namun dengan budaya
literasi yang tinggi negara-negara tersebut dapat meraih apa yang mereka
inginkan. Mr. Lala juga berkata bahwa “ literasi will
save your life” yang dapat saya tangkap dari kalimat tersebut
adalah dengan budaya literasi kita tidak mudah dibodohi, kita juga akan lebih
cermat dan tidak ceroboh dalam melakukan sesuatu. Contoh simple yaitu ketika
kita membeli suatu produk makanan kita dapat mengetahui komposisi makanan itu
dan nutrisi apa saja yang terkandung di dalamnya. Selain itu, kita juga bisa
membaca kadaluarsanya sehingga kita bisa memilah dan memilih makanan yang baik
dan sehat untuk dikonsumsi.
Penulis
dapat dianalogikan sebagai seorang “chef”
direstoran mahal yang memiliki cita rasa tinggi. Chef akan dikatakan chef hanya
ketika dia memasak. Sama hanya dengan penulis, penulis akan dikatakan penulis
hanya ketika dia menulis dan menghasilakan karya tulis. Jika penulis tidak lagi
aktif dalam menulis maka tidak akan disebut penulis. Menulis merupakan sebuah
praktek yang berdasarkan ekspektasi. Seorang penulis harus harus mengukur
sejauh mana pembaca telah membaca, dengan kata lain penulis harus mengerti apa
yang diharapkan/ diinginkan oleh pembaca (reader).
Writer – Reader = Dancer?
Seperti
yang dikutip dalam Hyland (2004), mengibaratkan para pembaca dan penulis
sebagai penari yang seirama serta membangun koneksi yang disebut art (seni).
Seperti yang telah dibahas dalam pertemuan minggu lalu oleh Mr. Lala bahwa
writer dan reader akan menghasilkan meaning information. Meaning merupakan text
yang dinamis dan semua negosiasi makna (meaning) dalam sebuah tulisan
sepenuhnya milik reader. Dikatakan seperti itu karena pembaca (reader) akan
memaknai tulisan tergantung dari sudut pandang mana dia memaknainya. Sebagai
contoh, dalam mebaca text yang sama antara pembaca yang satu dengan yang lain
akan memberikan meaning yang berbeda.
Berbicara
mengenai menulis, sebagian besar mahasiswa menganggap bahwa menulis adalah hal
yang tidak mudah karena menulis membutuhkan ketulusan hati. Mr.Lala berkata
bahwa “menulis
itu seperti meditasi” meditasi yang dimaksud di sini adalah
memusatkan suatu energi yang berasal dari seluruh tubuh menuju jari-jemari
tangan kemudian terciptalah sebuah karya yang disebut tulisan. Writing dikatakan
hal yang tidak mudah dilakukan karena writing sangat kompleks. Berikut adalah 3 ayat pertama writing.
· Ways of knowing something
· Ways of representing something
· Ways of reproducing something
Menulis tidak
boleh sembarangan karena ada cara-cara atau tahapan-tahapan tertentu.
Information=> knowledge=> experience (long lasting).
Tahap
pertama dalam writing yaitu mencari informasi. Bagaimanakah cara mendapatkan
informasi yang kita inginkan? Informasi dapat kita peroleh melalui membaca dan
dengan banyak membaca informasi, knowledge (pengetahuan) kita akan lebih kaya. Setelah
mendapatkan informasi kemudian pengetahuan yang kita miliki akan diaplikasikan
menjadi experience (pengalaman) dan pengalaman itulah yang akan kita tuangkan
menjadi sebuah tulisan agar long lasting dan bermanfaat bagi pembacanya.
Menurut Lehtonen, bahasa mempunyai sistem sendiri yang
mendefinisikan dan mengartikan dirinya sendiri. Meaning terjadi ketika ada writer dan reader, jika kehilangan salah satunya maka akan
kehilangan meaning. Sehingga keberaadan reader sangatlah penting karena tanpa
reader tulisan tidak akan berarti apa-apa. Dengan kata lain meaning bisa
dibangun dengan adanya koneksi antara
writer dan reader.
Jadi,
dimankah koneksi antara teks, konteks, penulis, pembaca, dan makna (meaning) ? perhatikan penjelasan berikut, teks
merupakan hasil karya/pemikiran seorang penulis, dan konteks seorang pembaca yaitu membaca dan memahami makna dalam
tulisan. So, kesemuannya itu saling berkaitan satu sama lain dalam arti antara teks,
konteks, penulis, pembaca, dan meaning merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Ketika sebuah tulisan sampai kepada pembaca, maka itu adalah hak
pembaca untuk memaknai tulisan itu seperti apa, karena negoisasi makna
sepenuhnya milik reader.
Kesimpulan
Tingkatkan dan tanamkanlah budaya literasi mulai dari sekarang, karena
bangsa yang besar adalah bangsa yang mempunyai literasi tinggi (high literacy).
Jangan sampai bangsa kita terus menerus tertinggal dari bangsa lain dikarenakan
tingkat literasi bangsa kita yang rendah.
0 comments:
Post a Comment