Pertemuan pertama saya dalam mata kuliah writing & composition 4 cukup membuat saya bermimpi buruk pada malam harinya. Bertambahnya jumlah halaman dalam membuat class review cukup membuat jantung saya semakin berdegup kencang saat mengingatnya.
Tepat pukul 9.10, Pak Lala memasuki kelas saya kemudian membagikan syllabus untuk mata kuliah ini (writing & composition 4). Saat saya melihat syllabus yang diberikan beliau, satu hal yang ada dalam fikiran saya, yaitu tingkat ketebalan syllabus tersebut. Mungkin dibandingkan dengan dosen-dosen lain, ini adalah syllabus tertebal yang pernah saya terima.
Sesuatu yang baru dalam syllabus tersebut selain rekomendasi beberapa buku yang pak lala paparkan, yaitu munculnya syarat baru dalam pengumpulan tugas, yaitu “blog.” Setiap masing-masing dari kami (PBI-B semester 4) wajib memposting tugas yang telah kami kerjakan kedalam blog kelas, yang nantinya akan diperiksa Pak lala melalui blog tersebut.
“Blog” bisa dikatakan pendatang baru dalam sistem pengumpulan tugas pada mata kuliah ini. Dalam pengumpulan tugas melalui blog pun Pak Lala memberikan beberapa syarat, yaitu dalam profil blog harus menyertakan biodata kita secara lengkap, kemudian satu kelas setidaknya harus memiliki tiga admin untuk mengurus blog tersebut.
Beberapa hal yang baru dalam mata kuliah ini (writing & composition 4) cukup membuat sistem belajar semakin berwarna. Karena seperti yang telah Pak Lala sampaikan, “jika sebuah syllabus dalam setiap semester-nya tidak berubah, maka tenaga pengajar tersebut belum berkembang.” Seperti halnya bangsa indonesia yang jumlah penduduknya jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia, tetapi kalah jauh dalam segi pendidikan dan budaya baca-tulisnya. Seperti kita ketahui, Malaysia adalah negara yang cukup memiliki kepesatan tekhnologi dan pendidikan. Sementara Indonesia semakin tertinggal jauh dari Malaysia.
Pada zaman dahulu sebenarnya bangsa Indonesia pernah menjadi negara yang kaya akan baca-tulis. Bahkan Malaysia pun “dulu” berguru kepada bangsa kita. Tapi kenapa justru saat ini bangsa kitalah yang malah tertinggal jauh dibangingkan Malaysia? Mungkin karena bangsa kita kini malas untuk mereproduksi pengetahuan yang telah diperoleh. Sehingga hanya tercondong kepada satu titik dan tidak tersebar sebagaimana mestiya.
Sifat keegoisan bangsa kita pun turut andil dalam merosotnya mutu pendidikan & minat baca-tulis di negri kita ini. Contohnya seperti seorang guru yang tidak mau muridnya lebih mahir dari pada dirinya dengan cara memberikan informasi atau bahan ajaran dengan kurang maksimal.
Jadi, kesimpulan dari ini semua adalah kurang pandainya bangsa kita dalam mereproduksi ilmu pengetahuan yang telah kita peroleh. Sehingga menimbulkan minimnya bahan ajaran baru di negri kita.
Monday, February 10, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment