Complete
Literacy
Isi
dari BAB 6 yang berjudul Rekayasa Literasi karya Bapak Chaedar adalah sebagai
berikut. Tentunya kita pernah mendengar kata litarasi bukan? Lalu apa
sebenarnya yang dimaksud dengan literasi itu? Sebelum memasuki arena literasi
sebaiknya kita perlu memahami pendekatan dengan bahasa asing sebab literasii
juga berhungan dengan bahasa asing.
Secara umum, para ahli bahasa
mengelompokan periodesasi penggunaan metode dan pendekatan khususnya kepada
sistem pengajaran bahasa asing yang dikelompokan ke dalam 5 kelompok besar
yaitu sebagai berikut.
Topik
|
Metode Pendekatan Bahasa Asing
|
||||||
No
|
Nama
|
Tahun
|
Penggunaan
|
Meliputi
|
Manfaat
|
Kelebihan
|
Kelemahan
|
1
|
Pendekatan Struktural
|
Perang Dunia ke-2
1939-1945
|
Focus pembelajarannya pada
penggunaan Bahasa Tulis dan penguasaan Dunia tata bahasa.
|
Penggunaan tata bahasa
tradisonal
|
Melatih siswa
menggidentifikasikan jenis kata
|
Menganalisis kesalahan bahasa,
sintaks, kalimat, wawancara.
|
Tidak menjamin siswa mampu menganalisis
persoalan social(bahasa pejabat, iklan dan lain-lain.
|
2
|
Pendekatan
Audiological
|
1940-1960
|
Fokus pada dialog-dialog pendek
|
Siswa akan beranalogi pada
dialog saat berkomunikasi secara spontan
|
Kurang member
Penguasaan bahasa
tulis terabaikan
|
||
3
|
Pendekatan
Kongnitif
|
Chomsky 1957
|
Pembangkitan potensi berbahasa
|
Materi berorientasi kepada
sintaks
|
Secara sintaks
benar tapi secara sosiolinguistik tidak fungsional
|
||
4
|
Pendekatan
Communicative
|
Hymes 1976, Widdowson 1978
|
Mampu berkomunikasi target
|
||||
5
|
Pendekatan
literasi/ genre-based
|
Kurikulum 2004
|
Pembelajaran dilakukan 4
tahap(1, pembangunan pengetahuan, 2, peyusunan model-model text, menyusun tet
bareng-bareng 4, menciptakan sendiri text
|
Menghasilkan wacana yang sesuai
dengan tuntutan konteks komunikasi.
|
Dari kelima pendekatan
di atas masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan. Setiap masing-masing
pendekatan masing-masing memiliki cara yang berbeda begitupun dengan system dan
manfaatnya.
Pengertian
literasi versi lama adalah kemampuan membaca dan menulis sedangkan menurut
pendapat Setiadi 2010 mengungkapan bahwa literasi adalah pengajaran bahasa atau
pembelajaran bahasa. Muncul beberapa paradigma baru mengenai literasi
cakupannya lebih luas seperti
ü Literasi
computer,
ü literasi
virtual,
ü literasi
matematika,
ü literasi
IPA, dan sebagainya.
Freebody
& Luke juga berpendapat dengan seiring perkembangan zaman menawarkan model
literasi adalah sebagai berikut
1.
Memahami kode dalam text (breaking the
codes of texts).
2.
Terlibat dalam memaknai text
3.
Menggunakan text secara fungsional
4.
Melakukan analisis dan mentrasformasi
teks secara kritis
Ke-empat
tersebut dapat diringkas ke dalam 5 verba yang menjadi hakikat ber-literasi. Secara
kritis dalam masyarakat demokrasi diantaranya: memahami, melibati, menggunakan,
menganalisis, dan mentrasformasi teks.
Lalu
apa sih, yang diterapkan Dari sebuah system literasi tersebut? Tentunya kita
merujuk pada system berevolusinya literasi itu sendiri dari mulai pendidikan,
birokrasi politik, ekonomi, social budaya yang mencakup keseluruhan aspek dari
system demokrasi itu sendiri. Literasi tidak pernah lengkap
secara pribadi, dari kemampuan sederhana
yang diperoleh dari idividu. Perhitungannya
tinggi, berpengetahuan baik, mahir dalam terus menerus belajar dan percaya diri
merupakan standar dunia kelas yang literasinya tinggi. Jadi dapat digambarkan sebagai berikut:
Perhitungan Tinggi
Berpengetahuan Baik
Mahir
Terus –menerus belajar
Percaya Diri
Berdemokrasi
Dari beberapa
pengertian literasi yang terdapat pada buku yang berjudul hal 160-161 makna dan
rujukan iterasi sangat berevolusi sehingga maknanya sangat luas dan kompleks.literasi
juga berurusan dengan penggunaan bahasa, dan merupakan kajian lintas disiplin
yang mempunyai 7 dimensi di anataranya:
- Dimensi
geografis
- Dimensi
bidang
- Dimensi
keterampilan
- Dimensi
fungsi
- Dimensi
media
- Dimensi
jumlah
- Dimensi
bahasa
Dari
gambar di atas kita dapat dijabarkan yaitu: dimensi yang pertama yaitu dimensi
geografis yang meliputi: daerah local, nasional, regional, dan int ernasional.
Hal tersebut tergantung pada tingkat pendidikan dan jejaring social dan
vocasionalnya.
Dimensi bidang yang mencakup pendidikan,
komunikasi, administrasi, hiburan, militer dan lain sebagainya. Sehingga
pendidikan yang berkualitas tinggi akan menghasilkan literasi yang berkualitas
tinggi pula. Mengapa demikian? Karena disebabkan literasi adalah hal yang dapat
mencakup keseluruhan dari mulai demokrasi sampai kepada pendidikan yang literat
pula oleh sebab itu jika kita telah menjadi bangsa yang literat maka dengan
sendirinya segala bentuk yang dilakukan pada bidangnya akan berjalan dengan lancar.
Selanjutnya
dimensi keterampilan. Seperti yang kita ketahui keterampilan merupakan suatu
kreativitas atauu bakat yang dimiliki oleh seseorang seperti menulis, membaca,
menghitung, berbicara dan lain sebagainya. Dalam literasi juga orang tidak
hanya memiliki ketarampilan baca-tulis namun mesti dapat memiliki Numerasi
(keterampilan menghitung) jadi ketiga tersebut harus seimbang dan dapat menjadi
sarjana yang benar-benar bergelar sarjana yang sesungguhnya.
Dimensi
fungsi dapat memecahkan persoalan dengan mudah dan tidak sulit untuk
mendapatkan pekerjaan sebab dimensi ini memiliki potensi dalam tujuan hidupnya
serta gesit dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
Demensi
media, kita ketahui dalam penggunaan media untuk literasi adalah bukan hanya
mengandalkan potensi diri saja melainkan melalui text, cetak, visual, digital
dan sejenisnya. Sebab penguasaan IT (Information Technology) seiring
perkembangan zaman semakin pesat dan terus meningkat.
Dimensi
jumlah, jumlah yang dimaksud dalam dimensi ini adalah banyak merujuk kepada hal
atau perbuatan seperti variasi bahasa, media, bidang ilmu dansejenisnya, lalu
seberapa tinggi dimensi jumlah ini dalam berkomunikasi? Tentunya kemampuan
berkomunikasi yang bersifat relative, bsa jadi kita komunikatif dalam bahasa
Indonesia tapi kurang komunikatif dalam bahasa Ibu begitupun sebaliknya.
Dan
dimensi yang terakhir adalah dimensi bahasa (etis, local, nasional, regional,
internasional). Dimensi ini jika kita bandingkan dengan dimensi lain dapat
mencakup keseluruhan seperti kita orang jawa dan mahasiswa bahasa inggris,
tanpa kita sadari dengan keterangan tersebut kita adalah orang yang
multilingual artinya dapat menguasai Bahasa Ibu, Bahasa Pemersatu dan bahasa
pengajaran.
Dalam
bukunya Pak chaedar disebutkan bahwa” Anda mungkin sangat literat dengan bahasa
Indonesia dan Inggris tapi anda tidak
hirau terhadap bahasa dan budaya Sunda,maka literasi kesundaan anda payah? Dari
pernyataan tersebut saya berpendapat bahwa disamping setuju dan i sanggah
dengan tidak setuju alasannya adalah setuju dengan pendapat tersebut, memang
benar dapat dikatakan payah!sebab bahasa Ibu dan budaya yang diwariskan kepada
ibu kita sebelum kita dapat mengenal bahasa lain kita harus mengenali literasi budayanya
sendiri. Sebab bahasa atau budaya literasi sunda ataupun yang lainnya s3eperti
budaya atau bahasa ibu merupakan sebuah bahasa pengantar yang diberikan sejak
lahir oleh sebab itu dapat dikatakan payah, di sisi lain ita juga tidak
seutuhnya mengatakan persoalan tersebut dengan hanya kata “payah” yang
disebabkan tidak memiliki literasi kesundaan atau daerahnya masing-masing,
sebab meskipun demikian ketidakharusaan untuk menjadi orang literat tidak hanya
diukur dari kemampuan dari bahasa dan budayanya iu sendiri melainkan mampu
menerapkan apa yang sesuai dengan literasi jadi tidak mesti seseorang tersebut
di anggap payah dalam system literasi budayanya.
Prinsip Literasi
Berfungsi sebagai anggota masyarakat
2.Repleksi
penguasaan dan apresiasi budaya
Berwacana tulis dan lisan
3.memecahkan masalah
Hubungan antar kata dan unit bahasa dalam wacana
4. Kemampuan Reseptif da produktif
Mengajarkan Pengetahuan Budaya
Tentang bahasa (pengalaman subjektif
6.Kolaborasi
Bebaca- tulis (2 pihak berkomunikasi)
7. Interprestasi
Mencari, menebak, dan membangun makna
Rendahnya Literasi Indonesia
Seperti
yang telah dijelaskan pada halaman 168-172 tentang rendahnya literasi di
Indonesia dengan dibuktikanya berbagai jumlah data pada tahun 1999 mengenai
membaca yang didalamnya mencakup (bercerita, membaca buku, bernyanyi, bermain huruf, bermain kata dan membaca
nyaring).
Tingkat
literasi di Indonesia masih jauh tertinggal oleh siswa di negara0negara lain.
Berarti pendidikan nasional kita masih rendah dan belum berhasil menciptakan
warga Negara yang literat. Sebab terlihat dari berbagai prosentase nilai dari
Negara-negara seperti: Denmark, Inggris, AS, Islandia, Norwegia dan lain
sebagainya. Prosentase tersebut tidak termasuk pada prosentase tentang menulis.
Tapi diprediksikan bahwa prosentasi menulis sangat tergantung pada kemampuan
membaca. Tapii tanpa kegiatan membaca banyak orang sulit untuk menulis. Akan
tetapii tidak menjamin. Banyak membaca tidak pula menjamin orang banyak
menulis. Dibuktikan dengan banyak ilmuan dibandingkan dengan penulis.
KESIMPULAN
Dari
banyaknya penjelasan di atas yang merujuk kepada literasi. Saya pribadi sebelum
membaca beberapa artikelnya saya terlebih dahulu melihat judulnya yaitu:”
Rekayasa Literasi”. Sebelum saya membaca bacaan yang berjudul rekayasa literasi.
Sayapun berfikir tentang mengapa harus berjudul rekayasa literasi kenapa tidak
literasi saja ataupun judul yang lainnya. Kata rekayasanya saja sudah berfikir
seperti “memanipulasi” atau menipu dari literasii tersebut. Tapi setelah
membaca lebih dalam terdapat sebuah kesimpulan bahwa rekayasa literasi adalah
upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan
berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Dengan penjelasan tersebut otomatis rekayasa
literasi itu melibatkan oknum atau adanya pelaku yang membuat rekayasa
literasii tersebut, dengan tujuan lebih baik. Baik dari segi baca-tulis,
berbudaya, berpendidikan dan lain-lain yang penting pokonya literasi.
Jadi kata “Rekayasa” itu bukan kata yang berkonoasi buruk
ataupun menakutkan atau menipu orang lain melainkan memperbaiki warga Negara
kita agar menciptakan literasi dengan berbagai ragamnya.
0 comments:
Post a Comment