Monday, February 17, 2014


Complete Literacy
Isi dari BAB 6 yang berjudul Rekayasa Literasi karya Bapak Chaedar adalah sebagai berikut. Tentunya kita pernah mendengar kata litarasi bukan? Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan literasi itu? Sebelum memasuki arena literasi sebaiknya kita perlu memahami pendekatan dengan bahasa asing sebab literasii juga berhungan dengan bahasa asing.
            Secara umum, para ahli bahasa mengelompokan periodesasi penggunaan metode dan pendekatan khususnya kepada sistem pengajaran bahasa asing yang dikelompokan ke dalam 5 kelompok besar yaitu sebagai berikut.
Topik
Metode Pendekatan Bahasa Asing
No
Nama
Tahun
Penggunaan
Meliputi
Manfaat
Kelebihan
Kelemahan
1
Pendekatan Struktural
Perang Dunia ke-2
1939-1945
Focus pembelajarannya pada penggunaan Bahasa Tulis dan penguasaan Dunia tata bahasa.
Penggunaan tata bahasa tradisonal
Melatih siswa menggidentifikasikan jenis  kata
Menganalisis kesalahan bahasa, sintaks, kalimat, wawancara.
 Tidak menjamin siswa mampu menganalisis persoalan social(bahasa pejabat, iklan dan lain-lain.
2
Pendekatan Audiological
1940-1960
Fokus pada dialog-dialog pendek
Siswa akan beranalogi pada dialog saat berkomunikasi secara spontan


Kurang member
Penguasaan bahasa tulis terabaikan
3
Pendekatan Kongnitif
Chomsky 1957
Pembangkitan potensi berbahasa
Materi berorientasi kepada sintaks


Secara sintaks benar tapi secara sosiolinguistik tidak fungsional
4
Pendekatan Communicative
Hymes 1976, Widdowson 1978


Mampu berkomunikasi  target


5
Pendekatan literasi/ genre-based
Kurikulum 2004
Pembelajaran dilakukan 4 tahap(1, pembangunan pengetahuan, 2, peyusunan model-model text, menyusun tet bareng-bareng 4, menciptakan sendiri text

Menghasilkan wacana yang sesuai dengan tuntutan konteks komunikasi.


          Dari kelima pendekatan di atas masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan. Setiap masing-masing pendekatan masing-masing memiliki cara yang berbeda begitupun dengan system dan manfaatnya.
Pengertian literasi versi lama adalah kemampuan membaca dan menulis sedangkan menurut pendapat Setiadi 2010 mengungkapan bahwa literasi adalah pengajaran bahasa atau pembelajaran bahasa. Muncul beberapa paradigma baru mengenai literasi cakupannya lebih luas seperti
 

ü  Literasi computer,
ü  literasi virtual,
ü  literasi matematika,
ü  literasi IPA, dan sebagainya.
Freebody & Luke juga berpendapat dengan seiring perkembangan zaman menawarkan model literasi adalah sebagai berikut
1.      Memahami kode dalam text (breaking the codes of texts).
2.      Terlibat dalam memaknai text
3.      Menggunakan text secara fungsional
4.      Melakukan analisis dan mentrasformasi teks secara kritis
Ke-empat tersebut dapat diringkas ke dalam 5 verba yang menjadi hakikat ber-literasi. Secara kritis dalam masyarakat demokrasi diantaranya: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentrasformasi teks.
Lalu apa sih, yang diterapkan Dari sebuah system literasi tersebut? Tentunya kita merujuk pada system berevolusinya literasi itu sendiri dari mulai pendidikan, birokrasi politik, ekonomi, social budaya yang mencakup keseluruhan aspek dari system demokrasi itu sendiri. Literasi tidak pernah lengkap secara pribadi, dari kemampuan  sederhana yang diperoleh  dari idividu. Perhitungannya tinggi, berpengetahuan baik, mahir dalam terus menerus belajar dan percaya diri merupakan standar dunia kelas yang literasinya tinggi.  Jadi dapat digambarkan sebagai berikut:



Rounded Rectangle: Literasi Tinggi                             Perhitungan Tinggi
                                    Berpengetahuan Baik
                                    Mahir
Terus –menerus belajar
Percaya Diri
Berdemokrasi

          Dari beberapa pengertian literasi yang terdapat pada buku yang berjudul hal 160-161 makna dan rujukan iterasi sangat berevolusi sehingga maknanya sangat luas dan kompleks.literasi juga berurusan dengan penggunaan bahasa, dan merupakan kajian lintas disiplin yang mempunyai 7 dimensi di anataranya:
  1. Dimensi geografis
  2. Right Arrow: ArthmeticRight Arrow: WrtingRight Arrow: ReadingDimensi bidang
  3. Dimensi keterampilan
  4. Dimensi fungsi
  5. Dimensi media
  6. Dimensi jumlah
  7. Dimensi bahasa
Dari gambar di atas kita dapat dijabarkan yaitu: dimensi yang pertama yaitu dimensi geografis yang meliputi: daerah local, nasional, regional, dan int ernasional. Hal tersebut tergantung pada tingkat pendidikan dan jejaring social dan vocasionalnya.
 Dimensi bidang yang mencakup pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer dan lain sebagainya. Sehingga pendidikan yang berkualitas tinggi akan menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula. Mengapa demikian? Karena disebabkan literasi adalah hal yang dapat mencakup keseluruhan dari mulai demokrasi sampai kepada pendidikan yang literat pula oleh sebab itu jika kita telah menjadi bangsa yang literat maka dengan sendirinya segala bentuk yang dilakukan pada bidangnya akan berjalan dengan lancar.
Selanjutnya dimensi keterampilan. Seperti yang kita ketahui keterampilan merupakan suatu kreativitas atauu bakat yang dimiliki oleh seseorang seperti menulis, membaca, menghitung, berbicara dan lain sebagainya. Dalam literasi juga orang tidak hanya memiliki ketarampilan baca-tulis namun mesti dapat memiliki Numerasi (keterampilan menghitung) jadi ketiga tersebut harus seimbang dan dapat menjadi sarjana yang benar-benar bergelar sarjana yang sesungguhnya.
Dimensi fungsi dapat memecahkan persoalan dengan mudah dan tidak sulit untuk mendapatkan pekerjaan sebab dimensi ini memiliki potensi dalam tujuan hidupnya serta gesit dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
Demensi media, kita ketahui dalam penggunaan media untuk literasi adalah bukan hanya mengandalkan potensi diri saja melainkan melalui text, cetak, visual, digital dan sejenisnya. Sebab penguasaan IT (Information Technology) seiring perkembangan zaman semakin pesat dan terus meningkat.
Dimensi jumlah, jumlah yang dimaksud dalam dimensi ini adalah banyak merujuk kepada hal atau perbuatan seperti variasi bahasa, media, bidang ilmu dansejenisnya, lalu seberapa tinggi dimensi jumlah ini dalam berkomunikasi? Tentunya kemampuan berkomunikasi yang bersifat relative, bsa jadi kita komunikatif dalam bahasa Indonesia tapi kurang komunikatif dalam bahasa Ibu begitupun sebaliknya.
Dan dimensi yang terakhir adalah dimensi bahasa (etis, local, nasional, regional, internasional). Dimensi ini jika kita bandingkan dengan dimensi lain dapat mencakup keseluruhan seperti kita orang jawa dan mahasiswa bahasa inggris, tanpa kita sadari dengan keterangan tersebut kita adalah orang yang multilingual artinya dapat menguasai Bahasa Ibu, Bahasa Pemersatu dan bahasa pengajaran.
Dalam bukunya Pak chaedar disebutkan bahwa” Anda mungkin sangat literat dengan bahasa Indonesia dan Inggris  tapi anda tidak hirau terhadap bahasa dan budaya Sunda,maka literasi kesundaan anda payah? Dari pernyataan tersebut saya berpendapat bahwa disamping setuju dan i sanggah dengan tidak setuju alasannya adalah setuju dengan pendapat tersebut, memang benar dapat dikatakan payah!sebab bahasa Ibu dan budaya yang diwariskan kepada ibu kita sebelum kita dapat mengenal bahasa lain kita harus mengenali literasi budayanya sendiri. Sebab bahasa atau budaya literasi sunda ataupun yang lainnya s3eperti budaya atau bahasa ibu merupakan sebuah bahasa pengantar yang diberikan sejak lahir oleh sebab itu dapat dikatakan payah, di sisi lain ita juga tidak seutuhnya mengatakan persoalan tersebut dengan hanya kata “payah” yang disebabkan tidak memiliki literasi kesundaan atau daerahnya masing-masing, sebab meskipun demikian ketidakharusaan untuk menjadi orang literat tidak hanya diukur dari kemampuan dari bahasa dan budayanya iu sendiri melainkan mampu menerapkan apa yang sesuai dengan literasi jadi tidak mesti seseorang Oval: 6. kolaborasiOval: 5. Refleksi Diritersebut di anggap payah dalam system literasi budayanya.



Prinsip Literasi



 1.    Kecakapan Hidup
Berfungsi sebagai anggota masyarakat
2.Repleksi penguasaan dan apresiasi budaya
Berwacana tulis dan lisan
3.memecahkan masalah
Hubungan antar kata dan unit bahasa dalam wacana
4. Kemampuan Reseptif da produktif
Mengajarkan Pengetahuan Budaya
 5. Refleksi Diri
Tentang bahasa (pengalaman subjektif
6.Kolaborasi
Bebaca- tulis (2 pihak berkomunikasi)
7. Interprestasi
Mencari, menebak, dan membangun makna

Rendahnya Literasi Indonesia

            Seperti yang telah dijelaskan pada halaman 168-172 tentang rendahnya literasi di Indonesia dengan dibuktikanya berbagai jumlah data pada tahun 1999 mengenai membaca yang didalamnya mencakup (bercerita, membaca buku, bernyanyi,  bermain huruf, bermain kata dan membaca nyaring).
Tingkat literasi di Indonesia masih jauh tertinggal oleh siswa di negara0negara lain. Berarti pendidikan nasional kita masih rendah dan belum berhasil menciptakan warga Negara yang literat. Sebab terlihat dari berbagai prosentase nilai dari Negara-negara seperti: Denmark, Inggris, AS, Islandia, Norwegia dan lain sebagainya. Prosentase tersebut tidak termasuk pada prosentase tentang menulis. Tapi diprediksikan bahwa prosentasi menulis sangat tergantung pada kemampuan membaca. Tapii tanpa kegiatan membaca banyak orang sulit untuk menulis. Akan tetapii tidak menjamin. Banyak membaca tidak pula menjamin orang banyak menulis. Dibuktikan dengan banyak ilmuan dibandingkan dengan penulis.

KESIMPULAN       
Dari banyaknya penjelasan di atas yang merujuk kepada literasi. Saya pribadi sebelum membaca beberapa artikelnya saya terlebih dahulu melihat judulnya yaitu:” Rekayasa Literasi”. Sebelum saya membaca bacaan yang berjudul rekayasa literasi. Sayapun berfikir tentang mengapa harus berjudul rekayasa literasi kenapa tidak literasi saja ataupun judul yang lainnya. Kata rekayasanya saja sudah berfikir seperti “memanipulasi” atau menipu dari literasii tersebut. Tapi setelah membaca lebih dalam terdapat sebuah kesimpulan bahwa rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.  Dengan penjelasan tersebut otomatis rekayasa literasi itu melibatkan oknum atau adanya pelaku yang membuat rekayasa literasii tersebut, dengan tujuan lebih baik. Baik dari segi baca-tulis, berbudaya, berpendidikan dan lain-lain yang penting pokonya literasi.
            Jadi kata “Rekayasa” itu bukan kata yang berkonoasi buruk ataupun menakutkan atau menipu orang lain melainkan memperbaiki warga Negara kita agar menciptakan literasi dengan berbagai ragamnya.

0 comments:

Post a Comment