Monday, February 17, 2014



By Nabillah PBI-B


Pena ku berjalan diantara  indahnya rembulan memberikan sebuah sajak sang penakluk malam yang sendiri menyepi, yang tak sempat termiliki laksana menjahit setiap bait yang payah tersusun begitu  sangat lama, kemana arah sebuah makna akan berlabuh, entah bagaimana mungkin terkoyak masa begitu saja, padahal dia ingin ikut serta didalamnya.
Alhamdulilah kita masih bisa bertemu dengan Mata Kuliah Writing and Composition 4 bersama dosen tercinta kita Pak Lala Bumela yang senantiasa membimbing kita dan mengajarkan apa arti hidup yang bermanfaat, dalam suasana yang cerah dan penuh dengan passion ini, mudah-mudahan selalu mempunyai passion yang baik, yaitu seperti yang sering beliau petuah  kepada kita agar senantiasa membiasakan membaca dan menulis, karena dengan membaca dan menulis kita banyak mendapatkan informasi yang sangat yang belum pernah kita tahu sebelumnya, tapi kita selalu tidak pernah membudayakan gemar membaca dan menulis, padahal dari aktivitas itu kita banyak tau tentang segalanya, kita tidak ketinggalan zaman, kita bisa melihat indahnya dunia melalui membaca dan menulis.
Dalam subjek writing sekarang kita juga menjadi multilingual writing, yaitu seseorang yang evektif menulis dalam dua bahasa dan jug amenjadi critical reader dalam duabahasa tersebutyaitu L1 dan L2 yang merubah student of language menjadi student of writing. Yang dapat memilih sendiri pilihan informasi yang ia dapat. Dan bisa merubah dunia. Merubah dunia oleh penulis adalah dengan mempengaruhi setiap pembacanya.
Writing bersifat mengikat, karena writing sangat kompleks, diantaranya adalah: Cara mengetahui sesuatu, cara untuk menafsirkan sesuatu, cara untuk mereproduksikan sesuatu. Sesuatu yang dimaksud adalah, informasi, knowledge, experience. Disini dapat kita lihat bahwa untuk memproduksi tulisan kita harus mendapatkan informasi yang kita dapat dari membaca dan kita serap informasi tersebut menjadi ilmu pengetahuan dan kita proses dan realisasikan lagi menjadi pengalaman, lalu pengalaman itulah yang kita tuangkan menjadi sebuah tulisan. Merepresentasikan akan menghasilkan informasi, akan menghasilkan knowledge, dan akan menghasilkan sebuah experience.
Subhanallah sekali bagi yang mereka gemar membaca dan menulis. Menulis itu sebenarnya konteks cakupannya banyak, ada diantaranya sebagai academic writing, yaitu Menulis akademik merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan tulisan akademik. Tulisan akademik ialah karya tulis yang disusun akademisi untuk memperoleh gelar akademik, misalnya disertasi untuk mencapai gelar doktor (S-3), tesis untuk mencapai gelar master (S-2), skripsi untuk mencapai gelar sarjana (S-1). Menulis akademik dibagi menjadi dua yaitu: Dalam menulis akademik terdapat sistematika khusus dan tata bahasa yang baku dalam penulisannya. Pentingnya menulis akademik di kursi pendidikan perguruan tinggi merupakan alasan setiap mahasiswa untuk mempelajari cara menulis akademik yang baik dan benar. Untuk itulah hal ini perlu dipelajari secara komperhensif. Menulis akademik dengan sempurna tidaklah mudah. Sebagai modal utama menulis akademik adalah mahasiswa bisa melakukan studi pustaka, untuk memperbanyak referensi dalam menulis akademik.
Sedangkan menulis kritis itu adalah kegiatan membaca kritis untuk menulis pada dasarnya kegiatan untuk mendapatkan informasi yang relevan sesuai kebutuhan untuk mengembangkan tulisan yang akan dibuat. Membaca kritis menghendaki kita untuk tidak menerima begitu saja kebenaran informasi tetapi kita harus bersikap skeptis yaitu bertanya terus menerus dan berusaha mencari bukti untuk menguji kebenaran informasi tersebut.
Pengertian lain mengenai menulis kritis adalah: (1) menulis  kritis (critical writing) adalah aktifitas menulis yang ditempuh secara bijak, mendalam, evaluatif, serta analisis dan bukan sekedar mencari-cari kesalahan isi atau pilihan kata yang terdapat dalam objek kajian. (2) menulis kritis sebagaimana menulis secara intensif merupakan modal utama bagi mahasiswa untuk mencapai kesuksesan studi. Kemudian ada Student of language, yang mana disini ditekankan agar senantiasa menulis. Menulis juga sangat kompleks sekali karena menulis mempunyai sifat mengikat, dan menulis itu harus selalu ada pendekatan, menulis  harus selalu menyuguhkan sesuatu yang baik atau tidak yang mana akan menghasilkan informasi, menulis akan menghasilkan pengetahuan, akan menghasilkan  sebuah pengalaman, yang menikmati informasi pengalaman.
Penulis yang menulis dari hati tidak akan mencemaskan tulisannya menarik atau tidak menarik, gaya penulisannya bagus atau tidak. Namun yang ia lebih khawatir jika apa yang ia ketahui tidak ia membagikan pada orang lain melalui karya-karyanya. Penulis yang masih berkutat dengan rasa cemas tentang, “Apakah nantinya tulisanku disukai orang lain”. “Apakah gaya penulisanku menarik?”, mengindikasikan sang penulis belum “menulis dari hati”. Ia masih terfokus pada kepentingan dirinya sendiri untuk tampil sempurna. Bukan pada tujuan untuk mencerahkan orang lain dengan membagikan apa yang ia ketahui.
Jadi, prinsip menulis dari hati adalah berbagi dengan memberikan yang terbaik dari seorang penulis, seberapapun pengetahuan penulis itu sendiri. Meskipun yang penulis bagikan memiliki ketidaksempurnaan namun yakinkanlah bahwa akan banyak orang yang  menemukan titik cerah dari karya penulis itu sendiri.
 Anggaplah menulis itu mengasyikkan, karena menulis itu sesungguhnya mencurahkan isi hati. Dengan menulis kita berbagi dengan sesama. Dengan menulis secara tidak langsung kita beribadah. Perlu kita sadari pula bahwa  menulis itu adalah berkaitan dengan membaca jadi kita harus imbangi menulis dengan membaca. Menurut pendapat yang dipaparkan oleh Hyland(2004), menulis itu sangat rumit menulis adalah praktek didasarkan pada harapan, kemungkinan pembaca menafsirkan maksud penulis meningkat jika penulis mengambil kesulitan untuk mengantisipasi apa yang pembaca mungkin mengharapkan didasarkan pada teks-teks sebelumnya ia telah membaca dari jenis yang sama.
Memang kendala dalam menulis adalah untuk memulainya begitu terasa berat jika kita tidak membiasakan menulis, maka dari itu kita harus paksakan untuk tetap menulis, meskipun hasil tulisan kita itu hancur kita harus tetap menulis, jangan pikirkan hasil tulisan kita yang terpenting kita sudah membiasakan untuk menulis sedikit demi sedikit. Menulis itu harus dengan harapan yang tinggi, tanpa harapan yang tinggi, hasil tulisan itu tidak akan bermakna apa-apa. Harus ada keterkaitan menulis dengan text, reader, writer,dan konteks. Membaca itu bagaikan roh-roh halus yang dimunculkan dalam sebuah tulisan. Negosiasi makna disini adalah cara pembaca dan penulis untuk menghasilkan hasil tulisan dan menyerap daya bacaannya, terserah pembaca mau mengartikan apa tentang hasil yang dibacanya, tetapi jika tidak ada latar belakang pendidikan yang baik maka susah untuk memahami bacaan yang dibaca, penulis hanya bisa menerima hasil tulisannya terbaca tanpa pembaca tahu perjuangan penulis dalam menyelesaikan tulisannya itu, dengan pait getirnya menghasilkan hasil karyanya.
Menurut Day Cook bahwa kita sebagai pembaca apa yang diinformasikan tidak  harus berkomunikasi langsung dengan penulis, kapan dan bagaimana kita mau tanpa tau hasil penulis.
Menurut Hawe Setiawan, seorang Kolomnis lepas, yang mengajar di Universitas Pasundan, Bandung. Menurut beliau membaca itu tidak mesti harus langganan Koran, dari status media sosial juga sudah termasuk budaya membaca, membaca itu tidak boleh dicerna secara utuh harus di filter lagi bahasanya. Tidak setengah-setengah dalam membaca tanpa ada data yang akurat. Seperti yang diungkapkan oleh Hoey (2001) dan Hyland (2004) bahwa pembaca dan penulis bagaikan para penari. Penari yang saling melengkapi satu sama lain, karena writer itu harus seirama dengan reader, dimana ada hubungan antara menulis dengan membaca. Karena membaca adalah fondasi utama dalam menulis. Tanpa membaca maka tidak akan ada aktivitas menulis, karena menulis adalah pemahaman kita tentang teks yang kita baca lalu dituangkan dalam sebuah goresan pena atau tinta. Menulis menurut Hyland and Hoey adalah sebuah seni, keluwesan bahasanya yang indah dan tertata.
Menurut Lehtonen bahwa ketika membaca itu harus mempunyai sistemnya sendiri yang mengartikan dirinya sendiri, karena sebuah meaning atau pemahaman terjadi ketika writer and reader itu terjalin dengan sangat baik. Karena teks itu bagaikan sebuah fisik manusia yang semiotic (meaning). Konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa. Pengguna bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula. Dengan kata lain, pengguna bahasa senantiasa terikat konteks dalam menggunakan bahasa. Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks.
 Menurut Lehtonen, jika dunia kita adalah dunia makna, makna kita dalam pertemuan yang tegas, dalam arti duniawi.  Jika realitas manusia adalah jalinan makna, maka arti ini memiliki material dan sosial, yaitu, duniawi pondasi. Teks tidak terjebak di atas seluruh dunia, sebagai pesan dapat dipisahkan dari itu, tetapi berpartisipasi dalam cara yang sentral dalam pembuatan realitas serta membentuk citra kita.
 Dimana bahasa Saussure adalah suatu sistem yang didefinisikan itu sendiri maknanya, Barthes melihat peran orang-orang yang berlatih aktivitas linguistik sebagai juga menjadi pusat dalam pembentukan makna. Penulis bukan seorang penulis sebelumnya untuk tindakan menulis, tetapi mengambil bentuk sebagai salah satu saat menulis. Barthes memang menyatakan kematian penulis, sekaligus menandakan kelahiran pembaca.
Lehtonen lebih jauh berpendapat, pembaca naik ke inti dari pembentukan makna, dan membaca menjadi tempat di mana makna milik. Teks dan pembaca tidak pernah ada secara independen satu sama lain, tetapi sebenarnya menghasilkan satu sama lain. Membaca termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisir dan menghubungkan mereka bersama-sama untuk membentuk makna, serta membawa pengetahuan pembaca sendiri ke teks.

Jadi, teks itu dihasilkan oleh seorang writer, dan reader membaca itu dengan adanya konteks, dan dengan adanya konteks akan terbentuk sebuah meaning, atau pemahaman tentang hasil yang kita baca dari hasil teks atau tulisan writer.

0 comments:

Post a Comment