Judul : Literasi di Rebulik bukan Literasi
Rekayasa
Literasi adalah salah satu buku karangan dari Prof. Chaedar yang menguak
bagaimana literasi itu seharusnya dijalankan. Selama ini beliau dikenal sebagai
dosen yang selalu membuat panas para telinga dosen dikampusnya, dan juga bahkan
diluar kampusnya, hal ini karena fakta-fakta yang selama ini hanya sebuah isu
menjadi sesuatu kebenaran yang diungkap oleh beliau dan mutlak wajib harus
diketahui khalayak banyak. Ini semua karena sifat “pemberani” yang dimiliki
Prof. Chedar untuk pantang menyerah dalam memprovokasi ( untuk lebih baik)
masyarakat Indonesia khususnya dikalangan akademik untuk menjadi bangsa yang
berliterasi.
Sebelumnnya
dengan jujur saya harus membuat pengakuan tentang kata baru yang baru saya
dengar dikalangan akademik yaitu kata “literasi”. Karena sebelumnya kita hanya
mengenal calistung (membaca, menulis, dan menghitung). Ternyata semakin
berkembangnya zaman, calistung (membaca, menulis, dan menghitung) berganti
menjadi literasi. Ternyata dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) edisi ke-4
tidak terdapat kata literasi, yang ada hanyalah kata literator dan literer (hal
836). Berarti sepenuhnya bukan saya yang kurang pengetahuan, tetapi juga hal
itu terjadi pada KBBI yang masih belum menambahkan kata literasi.
Kalau
dahulu masyarakat kita akan kenyang dengan mekan nasi jagung atau nasi tepung,
tetapi sekarang rasa lapar akan terus dirasakan sebelum makan nasi. Begitu juga
dengan pendidikan di zaman dahulu, anak-anak sekolah dianggap sudah cukup
mempunyai skill baca-tulis, tetapi di zaman sekarang hal itu tidak cukup kita
miliki banyak faktor yang harus mendukung baca-tulis tersebut.
Zaman
sekarang, literasi mapu menggeser budaya yang sudah ada sejak lama (calistung)
dengan budaya yang baru. Literasi yang dianggap sekedar persoalan psikologis,
yang berkaitan dengan kemampuan mental dan keterampilan baca-tulis, padahal
litersai adalah praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan
politik. Hakikat berliterasi secara kritis dalam masyarakat demokratis adalah
memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks.
beberapa
diantara 7 dimensi yang saling terkait yang merupakan kajian literasi
diantaranya:
Dimensi
bidang (pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan, militer, dsb).
Pendidikan yang berkualitas tinggi menghasilka literasi yang berkualitas tinggi
pula. Pasti!... hal ini terjadi pada negara-negara yang maju, contohnya di
Amerika, kebanyakan warganya mendapatkan pendidikan yang baik dari
sekolah-sekolah yang baik juga, tidak heran kalau mereka menjadi bangsa yang
maju. Banyak orang yang ingin menempuh pendidikan di Amerika karena mutu
pendidikan di sana sangat bagus. Mungkin Indonesia harus sedikit bersabar
dengan kualitas pendidikan yang sekarang terjadi, bukan hanya tugas pemerintah
tetapi ini adalah tugas kita bersama untuk membenahi sistem pendidikan kita
untuk jauh lebih bermutu.
Dimensi
keterampilan (membaca, menulis, berhitung, dan berbicara). Jika berbicara
tentang dunia pendidikan memang tidak akan pernah habis. Di dunia barat seorang
sarjana tidak cukup hanya berlabel literasi, tetapi juga harus bisa dan mampu
memiliki numerasi (keterampilan menghitung). Dalam tradisi barat biasanya
disebut 3R (reading, writing, dan arithmatic). Semua orang pasti akan bertanya
“Apakah di Indonesia sudah menjalankan 3R ini?”. Jawabannya adalah IYA, mengapa
saya bisa berpendapat seperti itu? Inilah alasan saya, di IAIN Syekh Nurjati
Cirebon (satu-satunya Institusi negeri sewilayah 3 cirebon) dalam setiap
jurusannya menambahkan satu mata kuliah yang sangat bergengsi yaitu Statistik. tidak
ada terkecuali, pokoknya semua jurusan baik Bahasa Inggris, Biologi, Pendidikan
Agama Islam (PAI), Ilmu Pendidikan Sosial (IPS), dan yang lainnya.
Banyak
mahasiswa Bahasa Inggris (saya juga termasuk) bertanya mengap dijurusan kita
ada mata kuliah Statistik? Padahal kita jurusan bahasa bukan matematika? Saya
baru menyadari alasan ditambahnya mata kuliah Statistik khususnya di jurusan
Bahasa Inggris setelah membaca buku “Rekayasa Literasi’ karya Prof. Chaedar.
Tidak heran beberapa tahun kemudian pendidikan di Indonesia akan semakin maju.
Dimensi
media (teks, cetak, visual, dan digital). Menjadi orang literat di zaman
sekarang memang sangat susah, karena bukan hanya bisa menguasai skill membaca
dan menulis teks, dengan adanya komputer yang sangat membantu semua orang, kita
juga harus pandai dalam mengoperasikannya. Sehingga di abad ke 21 ini kehebatan
sebuah universitas pun harus diukur tidak hanya melalui mulut-kemulut melainkan
dalam komputer juga. Oleh sebab itu, tugas setiap minggu yang kita kerjakan
wajib diapload ke dalam sebuah komputer (blog), hal ini diharapkan agar dunia
mengetahui kalau di IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini banyak yang bisa membuat
sebuat tulisan yang layak dijadikan sebuah referensi.
Beberapa
gagasan kunci ihwal literasi yang menunjukkan perubahan literasi sesuai dengan
tuntutan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini.
Ketertiban lembaga-lembaga sosial.
Tidak ada litersi yang netral, semua praktik literasi dan teks tulis memiliki
ideologi, yakni didikte oleh lingkungan sosial dan politiknya. Apapun yang akan
kita lakukan harus sesuai dengan peraturan yang sudah ada dalam negara kita,
dalam aspek apapun, dan tidak terkecuali dengan literasi.
Pengembangan
potensi diri dan pengetahuan. Menulis akademik adalah bagian dari literasi yang
harus dikuasai oleh para calon sarjana, itulah salah satu contoh dari literasi
akademik. Inilah salah satu cerminan lika-liku bangsa yang berliterasi masih
rendah.
Warga
masyarakat demokratis. Pendidikan memang harus menghasilkan lulusannya menjadi
manusia yang literat, karena bersekolah (mencari ilmu) itu mambutuhkan banyak
materi yang harus dikeluarkan setiap bulan (SD, SMP, SMA/SMK) atau setiap
semesternya (Perguruan Tinggi). Kalau lulusannya tidak berlabel literasi, hal
ini akan banyak memubuang waktu, tenaga, dan materi kita. Selain itu juga
dengan adanya sistem demokrasi yang ada di Indonesia, masyarak kita diperbolehkan
untuk menyampaikan aspirasi mereka melalui apapun yang mereka inginkan, asalkan
sesuai dengan peraturan yang sudah ada.
Standar
dunia, dengan adanya arus pengetahuan yang tanpa batas ini mengakibatkan setiap
manusia dari berbagai negara berlomba lomba dicap sebagai yang terbaik di dalam
bidangnya. Oleh sebab itu setiap bidang pasti mempunyai standarnya
sendiri-sendiri, contohnya untuk mengukur kemampuan literasi membaca kita ada
PIRLS (Progress in International Reading Literacy).
Hubungna
global, jika kita ingin bersaing dengan literasi tingkat dunia, kita harus
memiliki literasi tingkat dunia juga agar kita tidak kalah dengan mereka.
Mungkin karena kita belum mempunyai mental literasi tingkan dunia, kita selalu
dibuat “culture shock” karena dunia literasi yang setiap hari semakin melaju
maju dengan cepat.
Kewarganegaraan
yang efektif. Kita harus berfikir apa yang harus kita lakukan untuk membuat
negara ini maju, dan jangan pernah berfikir kalau apa yang harus kita dapat
ketika kita menjadi warganegara Indonesia. Warga negara yang baik dapat
mengetahui dengan baik antara kewajiban dan haknya. Dengan jumlah penduduk kita
yang sangat banyak otomatis kita juga mempunyai ragam bahasa yang sangat banyak
jumlahnya. Tidak mudah menggunakan bahasa Indonesia, apalagi didaerah yang jauh
dari perkotaan. Tetapi demi demokrasi pendidikan, literasi harus berupaya
menutupi defisit bahasa. Literasi mampu mengumpulkan kekuatan untuk
mempersatukan dan memajukan bangsa.
Bahasa
Inggris ragan dunia. Di abad ini, bahasa Inggris dijadikan bahasa persatuan
dunia. Oleh karena itu semua orang belajar bahasa Inggris. Walaupun menggunakan
kata yang sama dalam bahasa Inggris, tetapi bisa saja gaya bicara, nada bicara,
logat, dll tidak sama karena setiap negara mempunyai gaya bicaranya tersendiri,
hal ini merupakan bagian dari literasi global. Jangankan setiap negara, dalam
satu negara saja bahasa Inggris bisa diucapkan dengan berbagai macam dialel
contohnya dialek Inggris dari cirebon akan berbeda dengan dialek Inggris dari
Bandung. Tetapi hal ini menjadikan bahasa Inggris di Indonesia semakin berwarna
karena mempunyai banyak dialek.
Pendidikan
berbahasa seyogyanya dilaksanakan dengan mengikuti beberapa prinsip sebagai
berikut:
Literasi adalah kecakapan hidup (life
skill) yang memungkinkan manusia berfungsi aksimal sebagai anggota masyarakat.
Dengan adanya pelajaran bahasa Indonesia dari tingkat SD sampaai SMA bahka
ditingkat Perguruan Tinggi kita akan mempelajarinya. Hal ini dimaksudkan untuk
memaksimalkan kemampuan kita untuk dapat berbahasa sesuai dengan tempatnya
(konteksnya).
Literasi adalah refleksi penggunaan
dan apresiasi budaya. Pendidikan bahasa seyogyanya mengajarkan pengetahuan
budaya, abai terhadap budaya menyebabkan dekontekstualisasi bahasa dari
budayanya.
Literasi adalah kegiatan melakukan
interpretasi. Pendidikan bahasa sejak dini seyogyanya melatih mahasiswa
melakukan intepretasi (mencari, menebak, dan membangun makna) atas berbagai
jeni teks dalam wacana tekstual, visual, digital, dan yang lainnya. Pendidikan
bahasa seyogyanya sejak dini menginterpretasikan bahasa, sebagai media, dengan
puaparagam konten untuk membangun literasi diberbagai bidang ilmu. Walaupun
demikian, pendidikan dari tahun ketahun semakin baik, yang sudah biarkanlah
berlalu dengan bersama-sama mari kita membangun pendidikan di Indonesia jauh
lebih baik lagi.
Jika
kita berbicara tentang Lapor Merah Literasi Anak Negeri, sudah dipastikan kita
masih tertinggal dengan negara yang lainnya. Data perbandingan tentang survei
literasi diberbaagai negara memang sangat penting untuk kita ketahui agar kita
semakin sadar dan berbuat yang lebih baik lagi. Tapi sebagai bangsa Indonesia
khususnya saya pribadi kurang menyukai adanya data-data yang menguak kebobrokan
negara kita, apalagi dalam bidang pendidikan. Hal itu akan semakin menunjukkan
kepada dunia kalau kita maih terpuruk. Saya akan lebih suka membaca keunggulan
atau prestasi dunia yang dapat diraih oleh indonesia, toh itu juga dapat
memotivasi kita untuk berfikir lebih baik.
Di
zaman Soeharto dulu, kebebasan pers pernah dibatasi untuk menjaga stabilitas
bangsa, walaupun kita tidak dapat bisa menyuarakan aspirasi kita, tetapi itu
jauh lebih baik dibandingkan dengan zaman sekarang yang sudah biberlakukan
adanya kebebasan pers karena adanya hak setiap warganegara dalam demokrasi. Seluruh
dunia tidak wajib mengetahui kebobrokan bangsa kita untuk itu kita harus
menutupnya mulut dengan sangat rapat agar kesatuan negara kita tetap terjaga.
Yang dunia wajib tahu hanya keunngulan/prestasi Indonesia di kanca dunia. Saya
hanya bisa berpendapat “gunakanlah hak demokrasi kita dengan baik, jangan
sampai merugikan diri sendiri apalagi merugikan negara kebanggaan kita
Indonesia.”
Sudah
sangat jelas bahwa orang literasi adalah orang yang terdidik dan berbudaya.
Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan
manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal.
Membangun
literasi bangsa harus diawali dengan membangun guru yang profesional, dan guru
yang profesional hanya dihasilkan oleh lembaga pendidikan guru yang profesional
juga. Tetapi tidak jaminan ketika kita bersekolah ditempat yang bergengsi dan
tentu biayanya sangat mahal, pengajarannya bermutu. Saya masih ingat dengan
perkataan pa Lala “saya akan memilih klub kecil untuk dilatih daripada klub
yang sudah besar”. Hal ini membuktikan kalau tidak selamanya klub yang besar
itu mendapatkan pelatih yang hebat, bisa saja dari klub kecil dengan dilatih
oleh pelatih yang hebat, tidak mustahil klub kecil tersebut akan mampu bertanding
dengan klub yang besar.
Saya
akan menyatakan dengan bangganya kalau tempat pendidikan saya yang sekarang
adalah lembaga pendidikan guru yang profesional. Karena disini saya dididik
oleh dosen yang begitu hebatnya sampai-sampai kita sangat kualahan menerima
ilmu yang mereka berikan.
Menuntut
ilmu itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena menuntut ilmu akan
menghabiskan biaya, tenaga, waktu, dan yang lainnya untuk mendapatkan ilmu. Apalagi
menambah label bukan hanya mahasiswa saja tetapi sebagai mahasiswa yang
berliterasi, itu sangat tidak mudah. Tetapi percayalah akan selalu ada
disamping kita dosen yang berliterasi untuk selalu membantu kita dalam
mendapatkan label mahasiswa yang beliterasi.
0 comments:
Post a Comment