Tuesday, February 11, 2014

12:14 AM

Pertama selalu membuat penasaran. Sama halnya dengan pertemuan pada semester dua, dalam mata kuliah writing dua bersama Mr. Lala Bumela, yang membuat penasaran apa sebenarnya yang di inginkan oleh Mr. eL Bi ini. Dari rasa penasaran itu, saya pun semakin berharap akan adanya pertemuan yang kedua, ketiga dan seterusnya. Akhirnya secara kebetulan pada semester tiga kami dipertemukan kembali untuk yang kedua kalinya dalam mata kuliah yang berbeda yakni dalam mata kuliah phonology, tak ada yang berbeda dalam dirinya dan cara mengajarnya. Yang kedua memang membuat rasa rindu itu datang, inilah yang dirasakan pada saat semester tiga, kerinduan-kerinduan datang disaat pertemuan-pertemuan yang membuat saya semakin mengenali apa yang di inginkannya.
Sangat indah di jalani sehingga membuat banyak kenangan, ketika saya merasakan butuh dengan ilmu yang diberikannya, merasakan motivasi-motivasi yang menjadi pegangan saya, bahkan ketika saya merasakan kejenuhan dengannya, bosan dengan caranya, bosan dengan tugas-tugasnya, tapi dari kejenuhan itu saya mengetahui inilah kelebihannya. Yah, kelebihan yang tidak saya dapatkan dari yang lain. Berbeda, yang membuat ciri khas dan familiar untuk dikenal.
Bukan yang pertama tapi yang ketiga, pertemuan ini semoga menjadi pertemuan yang menghasilkan ibrah begitu berlimpah. Dengan pengetahuan-pengetahuan baru yang diberikannya sangat bermanfaat, yang selalu membuat saya merasa bodoh, karena saya merasa semakin saya tahu semakin saya tidak tahu. Perubahan-perubahan yang diciptakannya dalam diri mahasiswa untuk terus maju dan berkembang dengan sebuah tulisan, menulis bagaikan pentingnya makan untuk pasokan energi tubuh kita, menulis yang ditanamkan beliau kepada mahasiswanya sebagai kebutuhan yang harus di penuhi. Sehingga beliau telah menanam benih-benih kemajuan yang akan tumbuh dengan revolusinya dan mencetak penulis-penulis yang berkelas. J
Terbiasa dengan peraturan yang di buatnya atau sering di sebut dengan kontrak belajarnya, hanya saja terdapat tambahan-tambahan seperti pembuatan blog kelas untuk menampung semua tulisan mahasiswa di kelas, tujuannya agar hasil karya tulisan-tulisan mahasiswa bisa di apresiasi oleh orang lain, tidak hanya di wilayah IAIN SNJ saja. Hal ini sangat bagus sekali, apalagi masa yang sekarang dunia dalam genggaman teknologi yang modern,  kita bisa membuktikan pada dunia bahwa kita mempunyai karya yang bisa di perlihatkan oleh dunia.
Dalam pertemuan kali ini, beliau tidak begitu banyak menyampaikan materi, tetapi beliau banyak memberikan motivasi dan mengembalikan semangat untuk kembali kepada aktivitas yang sebenarnya setelah satu bulan melalui masa liburan, yakni mencari ilmu (kuliah), dan memberikan sugesti untuk memulai kembali menulis.
Menulis sangat penting dalam proses mengembangkan intelektual mahasiswa, karena menulis terdapat di dua aspek sekaligus yakni menjadi subjek dan objek dalam perkembangan intelektual mahasiswa, menjadi subjek yakni menulis sebagai cara dalam mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan. Dan menjadi objek yakni dengan menulis akan menghasilkan karya tulis yang akan mengabadikan nama kita. Menurut pa chaidar masyarakat madani adalah masyarakat baca-tulis artinya suatu masyarakat harus membudayakan membaca dan menulis. Mengapa harus membaca dan menulis? Karena dengan membaca kita akan menguasai dunia, sedangkan dengan menulis kita telah menjaga sejarah peradaban manusia.
Seseorang yang progres adalah orang yang selalu melakukan evolusi terhadap dirinya, karena jika tidak melakukan perubahan akan tertinggal. Peradaban akan selalu maju dan budaya akan terus berkembang, jika kita tidak mengikuti perkembangan tidak akan terlihat oleh dunia, bahkan kita akan tenggelam karena perbuatan kita. Analoginya seorang yang mengikuti lomba lari dan bertujuan untuk memenangkan lomba tersebut, dia mengetahui peraturan lomba yang disampaikan oleh panitia, dan yang menang adalah yang sampai duluan pada garis finish, kemudian pada saat lomba dimulai dia hanya berdiri diam tanpa melakukan gerakan, sedangkan lawannya sudah berlari jauh dengan membawa tujuan yang sama tetapi dengan usaha yang berbeda, dia akan sangat tertinggal, dan tujuan dia itu bohong karena sesungguhnya dia telah membohongi dirinya sendiri.
Menulis adalah skill, keterampilan yang tidak dimiliki oleh setiap orang, banyak orang yang pandai dalam berdiplomatis tetapi tidak pandai dalam menulis, tetapi skill itu bisa dimiliki ketika kita mempunyai passion dan usaha yang keras untuk mau memulainya. Ketika menulis hal yang harus diperhatikan adalah konteks, teks dan reader. Konteks yang menjadi kerangka dalam terbentuknya tulisan, kemudian dari konteks akan tersusun menjadi sebuah teks. Dan yang paling penting adalah pembaca (reader), mengapa penting? Karena berhasilnya seorang penulis tergantung pada pembacanya, maka dari itu penulis harus menentukan buku yang dia tulis itu teruntuk siapa, karena jika salah pembaca akan merugikan penulis sendiri.
Bahasa dalam menulis juga sangat mempengaruhi hasil tulisan, apalagi mahasiswa jurusan pendidikan bahas inggris atau sastra inggris, mereka di tuntut untuk bisa menghasilkan suatu karya akademik yang berbentuk skripsi, atau karya tulis ilmiah dengan menggunakan bahasa inggris. Jika menulis dalam bahasa sendiri saja tidak bisa bagaimana bisa menulis dengan bahasa asing. Penulis pemula harus menjadikan bahasa sehari-hari dalam menulisnya sebahgai pondasi atau landasan untuk menghasilkan karya tulisan dalam bahasa asing. Apapun bahasanya menulis harus dibenahi terlebih dahulu.

Kesimpulannya, dari panjang lebar pembahasan di atas saya menggaris bawahi titik yang sangat krusial yakni menulis. Menulis sangat penting dalam perkembangan manusia, untuk itu membangun budaya menulis harus di benahi dari sekarang, jangan bepikir untuk perubahan secara makro artinya membuat perubahan budaya menulis secara makro, tetapi membuat perubahan secara mikro dan perubahan yang lainnya akan mengikuti. Membuat basis yang berbeda maka akan terlihat yakni membuat perubahan itu terhadap diri sendiri, menulis sebagai bagian dari hidup kita, untuk itu menulis, menulis, menulis.

0 comments:

Post a Comment