1st
Class Review
Ini Bukan Basa Basi
“Long Journey Will Should Begin”
itulah kata pertama yang terungkap ketika memasuki gerbang ‘writing4’.
Ini adalah sebuah perjalanan di mana akan ada banyak sesuatu hal yang baru yang
bisa saya temui, untuk mengawalinya butuh komitmen sebagai patok dan pegangan
agar kemudian bias melewati perjalanan hingga batas di mana ada hasil yang
dicapai. Hal kedua yang merupakan bekal selama dalam perjalanan yaitu bekal dan
kekuatan juga keinginan dan kesadaran untuk mencari tahu tentang apa yang akan
dilewati dan dilaksanakan menjadi wajib untuk ini, sehingga tidak ada keraguan
dalam perjalanan terlebih mungkin ketersesatan yang akan memperlambat sebuah
perjalanan.
Hyland mengungkapkan tentang sesuatu hal yang perlu digarisbawahi
di writing4 ini, dan itulah yang semestinya kita perhatikan selama menempuh
perjalanan di koridor writing4. Dari apa yang diungkapkan Hyland, saya bias
menangkap makna yang bias dituliskan dalam Bahasa Indonesia yaitu “belajar menulis
Bahasa Inggris adalah sebuah rintangan yang lebih sulit” karena memang disadari
atau tidak bahwa menulis itu adalah hal yang sangat krusial. Untuk tahap
pertama dalam sebuah penulisan, seorang penulis dihadapkan dengan sebuah tema
yang akan dia angkat dalam tulisannya. Tidak sembarang tema dapat dituliskan
karena memperhatikan keadaan dan situasi saat itu, juga memandang siapakah
objek dari tuisan tersebut. Setelah itu, lantas dia tidak langsung bergerak,
karena dia harus menentukan jenis tulisan seperti apa yang akan dia buat.
Kemudian dilihat dari isi tulisannya, apakah bias ia pertanggungjawabkan,
tentang bagaimana dia menulis, mengapa dan dari mana ia dapatkan data atau
materi yang ia tuliskan.
Menulis dalam Bahasa Inggris itu tentu berbeda
dengan menulis dalam Bahasa Indonesia, hal ini jugalah yang perlu diperhatikan
oleh penulis karena si penulis juga harus mengetahui hubungan antara keduanya,
karena di dalam dua hal yang berbeda tidak menutup kemungkinan jika ada
kesamaan antara keduanya.
Perkembangan teori menulis akan menjadi
perhatian dalam writing4 ini, karena hal ini juga termasuk pada tantangan yang
akan kita hadapi. Sebagai guru atau
siswa, kita akan sama diberatkan oleh hal itu, karena sebuah tulisan
yang dihadirkan akan menjadi tolak ukur bagaimana pendidikan dan pengetahuan
siswa Indonesia saat ini. hal di atas juga berkaitan dengan sistem pengajaran
dan kurikulum writing subject yang mana sama-sama harus dikembangkan dan
ditingkatkan kualitasnya.
Selanjutnya hal yang penting dan juga
tergarisbawahi dalam writing4 ini adalah kemampuan dalam menulis, memperluas
pengetahuan, pencarian yang lebih mendetil lagi tentang bagaimana agar bisa
menjadi penulis secara efektif.
Sejauh ini, telah diungkapkan sebuah awal dan pertangahan perjalanan di
writing4 ini, dan inilah saatnya kita mengetahui ekspektasi atau harapan yang
tentunya kita cari dan harus kita capai setelah elawati perjalanan panjang itu.
Ini juga sebagai acuan agar kita tidak kehilangan arah bahkan keluar dari
koridor writing4. Tidak jauh dari ungkapan yang pertama,
ungkapan ini juga diungkapkan oleh Hyland, yaitu untuk membantu eksplorasi guru
Bahasa menjadi guru menulis. Sejauh ini saya belum jelas memahami antara guru
bahasa dan guru menulis, yang pasti antara keduanya memiliki perbedaan yang
krusial, mungkin sejalan dengan berjalannya pelajaran, pemahaman akan timbul
dan dapat dipahami dengan jelas.
Ungkapan seorang Hyland selanjutnya tidak jauh
dari bagaimana menjadi guru yang berkualitas, dikatakan sebagai ‘effective
teacher’ juga ‘strong teacher’ yang merupakan eksisitensi dari ‘reflective
teacher’. Tertulis pula bahwa ‘reflective teacher’ itu membutuhkan pengetahuan
dan kemampuan unutuk membuat pembelajaran yang sejalan atau relevan dengan
teori dan juga penelitian yang berlaku saat itu.
Untuk sekedar pengingat dan menjadi aba-aba
utama, bahwa menulis itu melibatkan kemampuan dan pengetahuan tentang teks,
konteks dan readers, ketiga hal tersebut tidak akan pernah lepas dari penulis,
seperti yang telah saya katakan di halaman sebelumnya itu menjadi hal pertama
yang perlu diperhatikan oleh penulis.
Bisa dianalogikan kepada sebuah keterampilan.
Keterampilan yang dimiliki butuh sebuah praktek karena keterampilan yang tidak dipraktekkan
sama saja dengan 0 (nol=kosong).
Sebagai reminder terakhir bahasa pertama
adalah pondasi untuk bahasa kedua, dan inilah yang menjadi alasan utama saya
menulis ulasan ini dalam Bahasa Indonesia, ini juga menjadi ajang pelatihan
menulis di dalam Bahasa Indonesia, untuk selanjutnya menimbulkan kebiasaan yang
akan berevolusi menjadi kebisaan atau kemampuan. Kemampuan menulis yang baik
dan mumpuni akan menjadi sebuah pondasi yang kuat dan dengan ini, maka akan
menjadi bangunan yang kuat dan kokoh, dalam arti keterampilan berbahasa kedua
yang dituangkan ke dalam sebuah tulisan akan menjadi baik dan berkualitas dan
jika prestasi menulis sudah tercapai maka di situlah kemenangan awal, goal
pertama dalam perjalanan, pencapaian perdana untuk bisa menuju destinasi hebat
selanjutnya dalam perjalanan kehidupan dengan berkarya.
0 comments:
Post a Comment