Monday, February 10, 2014

1st Class Review
Ini Bukan Basa Basi
“Long Journey Will Should Begin” itulah kata pertama yang terungkap ketika memasuki gerbang ‘writing4’. Ini adalah sebuah perjalanan di mana akan ada banyak sesuatu hal yang baru yang bisa saya temui, untuk mengawalinya butuh komitmen sebagai patok dan pegangan agar kemudian bias melewati perjalanan hingga batas di mana ada hasil yang dicapai. Hal kedua yang merupakan bekal selama dalam perjalanan yaitu bekal dan kekuatan juga keinginan dan kesadaran untuk mencari tahu tentang apa yang akan dilewati dan dilaksanakan menjadi wajib untuk ini, sehingga tidak ada keraguan dalam perjalanan terlebih mungkin ketersesatan yang akan memperlambat sebuah perjalanan.
Hyland mengungkapkan tentang sesuatu hal yang perlu digarisbawahi di writing4 ini, dan itulah yang semestinya kita perhatikan selama menempuh perjalanan di koridor writing4. Dari apa yang diungkapkan Hyland, saya bias menangkap makna yang bias dituliskan dalam Bahasa Indonesia yaitu “belajar menulis Bahasa Inggris adalah sebuah rintangan yang lebih sulit” karena memang disadari atau tidak bahwa menulis itu adalah hal yang sangat krusial. Untuk tahap pertama dalam sebuah penulisan, seorang penulis dihadapkan dengan sebuah tema yang akan dia angkat dalam tulisannya. Tidak sembarang tema dapat dituliskan karena memperhatikan keadaan dan situasi saat itu, juga memandang siapakah objek dari tuisan tersebut. Setelah itu, lantas dia tidak langsung bergerak, karena dia harus menentukan jenis tulisan seperti apa yang akan dia buat. Kemudian dilihat dari isi tulisannya, apakah bias ia pertanggungjawabkan, tentang bagaimana dia menulis, mengapa dan dari mana ia dapatkan data atau materi yang ia tuliskan.
Menulis dalam Bahasa Inggris itu tentu berbeda dengan menulis dalam Bahasa Indonesia, hal ini jugalah yang perlu diperhatikan oleh penulis karena si penulis juga harus mengetahui hubungan antara keduanya, karena di dalam dua hal yang berbeda tidak menutup kemungkinan jika ada kesamaan antara keduanya.
Perkembangan teori menulis akan menjadi perhatian dalam writing4 ini, karena hal ini juga termasuk pada tantangan yang akan kita hadapi. Sebagai guru atau  siswa, kita akan sama diberatkan oleh hal itu, karena sebuah tulisan yang dihadirkan akan menjadi tolak ukur bagaimana pendidikan dan pengetahuan siswa Indonesia saat ini. hal di atas juga berkaitan dengan sistem pengajaran dan kurikulum writing subject yang mana sama-sama harus dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya.
Selanjutnya hal yang penting dan juga tergarisbawahi dalam writing4 ini adalah kemampuan dalam menulis, memperluas pengetahuan, pencarian yang lebih mendetil lagi tentang bagaimana agar bisa menjadi penulis secara efektif.
Sejauh ini, telah diungkapkan  sebuah awal dan pertangahan perjalanan di writing4 ini, dan inilah saatnya kita mengetahui ekspektasi atau harapan yang tentunya kita cari dan harus kita capai setelah elawati perjalanan panjang itu. Ini juga sebagai acuan agar kita tidak kehilangan arah bahkan keluar dari koridor writing4. Tidak jauh dari ungkapan yang pertama, ungkapan ini juga diungkapkan oleh Hyland, yaitu untuk membantu eksplorasi guru Bahasa menjadi guru menulis. Sejauh ini saya belum jelas memahami antara guru bahasa dan guru menulis, yang pasti antara keduanya memiliki perbedaan yang krusial, mungkin sejalan dengan berjalannya pelajaran, pemahaman akan timbul dan dapat dipahami dengan jelas.
Ungkapan seorang Hyland selanjutnya tidak jauh dari bagaimana menjadi guru yang berkualitas, dikatakan sebagai ‘effective teacher’ juga ‘strong teacher’ yang merupakan eksisitensi dari ‘reflective teacher’. Tertulis pula bahwa ‘reflective teacher’ itu membutuhkan pengetahuan dan kemampuan unutuk membuat pembelajaran yang sejalan atau relevan dengan teori dan juga penelitian yang berlaku saat itu.
Untuk sekedar pengingat dan menjadi aba-aba utama, bahwa menulis itu melibatkan kemampuan dan pengetahuan tentang teks, konteks dan readers, ketiga hal tersebut tidak akan pernah lepas dari penulis, seperti yang telah saya katakan di halaman sebelumnya itu menjadi hal pertama yang perlu diperhatikan oleh penulis.
Bisa dianalogikan kepada sebuah keterampilan. Keterampilan yang dimiliki butuh sebuah praktek karena keterampilan yang tidak dipraktekkan sama saja dengan 0 (nol=kosong).

Sebagai reminder terakhir bahasa pertama adalah pondasi untuk bahasa kedua, dan inilah yang menjadi alasan utama saya menulis ulasan ini dalam Bahasa Indonesia, ini juga menjadi ajang pelatihan menulis di dalam Bahasa Indonesia, untuk selanjutnya menimbulkan kebiasaan yang akan berevolusi menjadi kebisaan atau kemampuan. Kemampuan menulis yang baik dan mumpuni akan menjadi sebuah pondasi yang kuat dan dengan ini, maka akan menjadi bangunan yang kuat dan kokoh, dalam arti keterampilan berbahasa kedua yang dituangkan ke dalam sebuah tulisan akan menjadi baik dan berkualitas dan jika prestasi menulis sudah tercapai maka di situlah kemenangan awal, goal pertama dalam perjalanan, pencapaian perdana untuk bisa menuju destinasi hebat selanjutnya dalam perjalanan kehidupan dengan berkarya.

0 comments:

Post a Comment