Seperti biasanya class riview ini
ditunjukkan sebagai syarat masuk kelas dosen kita yaitu Mr. Lala. Sama seperti
dosen-dosen yang lainnya , pada pertemuan pertama biasanya membahas tentang
kontrak belajar (learning contract). Dan seperti smester sebelumnya juga
bahwa class riview menjadi bagian atau syarat untuk kehadiran dalam mata kuliah
Writing 4. Namun, pada smester ini, class riview meningkat yang dulunya
3 halaman pada Writing 2, 4 halaman pada Phonology, dan sekarang 5
halaman untuk Writing 4. Tapi, itu tidak jadi masalah. Ini merupakan
sebuah tantangan bagi kita selaku mahasiswanya untuk lebih banyak membaca dan
menulis.
Nah,
pada pertemuan ini, Mr. Lala bermaksud merubah nama mata kuliah yang tadinya
Writing and Composition 4 menjadi Writing for Academic Purposes. Writing
Composition 4 dianggap sudah ketinggalan zaman karena tidak semestinya kata
Composition tercantum pada nama mata kuliah. Composition sendiri sudah mesti
termasuk didalamnya. Begitu juga dengan Speaking, Reading dan listening yang
mestinya mengacu pada target akademik (academic purposes).
Academic
Writing mengacu pada kita sebagai penulis dan objeknya atau apa yang kita
tulis. Tidak seperti Speaking yang hanya mengacu pada kita sebagai speaker yang
dituntut untuk selalu berbicara, Writing memerlukan objek , dan objek
berasal dari penelitian (research).
Penilaian
tulisan pun akan jelas berbeda dengan Speaking. Walaupun menurut Hyland,
Speaking diibaratkan sebagai bahasa pertama dan Writing sebagai bahasa
kedua. Namun, penilaian bahasa kedua inilah yang sangat objektif dari setiap
sisi, tidak peduli seberapa terkenal penulisya. Ya, menurut para pakar tulisan,
bahwa tulisan bisa mencerminkan penulisnya apakah penulis itu bersifat Visioner
(selalu berpandangan ke depan) dan Former ( selalu berpendangan ke
belakang). Ini juga dibuktikan oleh research (penelitiandari penulis itu
sendiri.
Hyland
(2004): Belajar menulis dalam bahasa pertama adalah aspek yang paling menantang
dari belajar bahasa kedua.
Ini
mengindikasikan bahwa belajar menulis memerlukan sesuatu yang bersifat exensive
dan pendalaman yang bersifat spealisasi. Ya, tulisan yang dianggap rujukan
paling benar adalah yang bersumber dari penelitian yang bagus dan sudah dinilai
dengan sangat objektif oleh para pembacanya. Seperti halnya buku yang menjadi
rujukan oleh dokter di seluruh dunia adalah karangan Ibnu Sina. Buku tersebut
sebenarnya sudah berumur ratusan tahun, akan tetapi isinya tetap menjadi
rujukan sampai sekarang.
Seperti
yang ditulis Hyland, Ibnu Sina adalah Teacher of Language yang menjadi Teacher
of Writing. Untuk merubahnya, menurut Hyland juga diperlukan kemampuan
memberi pilihan tentang metode, materi, dan prosedur yang
dalam hal ini adalah kelas yang berdasarkan pemahaman yang jelas dan
praktek di dalamm profesinya. Kemudian guru yang energic adalah guru yang
reflektif. Releksi mengindikasikan pengetahuan untuk menghubungkan aktiftas
kelas pada penelitian dan theori yang relevan.
Pendapat
ini tidak sejalan dengan para pakar karena karena antara para penulis (Writer)
kelas (Object) dan penelitian/ teori (Research) saling berkaitan.
Dari sisi ini juga sebuah tulisan akan dinilai terutama dari sisi objeknya
karena objek merupakan aspek terpenting yang menentukan apakah teori atau penelitian
itu benar atau tidak.
Tulisan
juga melibatkan produksi Skill dan pengetahuan antara Text (bacaan), Context
(tema)m dan Readers (pembaca). Dan seperti halnya speaking, writing
(tulisan) melibatkan praktek karena bahasa pertama (speaking) adalah dasar
untuk bahasa kedua (writing).
Mr.
Lala juga menulis bahwa pengajaran
menulis terdiri atas:
1.
Language structure: struktur bahasa, yaitu
bergantung bahasa apa yang ditulis.
2.
Text Function: fungsi teks.
3.
Theme: topic, yaitu dalam tulisan tersebut
akan apa saja yang ditulis.
4.
Creative Expression: pembuatan ekspresi dalam
tulisan sehingga membuat pembaca tertarik.
5.
Composing processes: penyusunan proses
6.
Content: Isi, yaitu mengenai isi dari
tulisan tersebut.
7.
Genre and Context of Writing: yaitu mengenai jenis dari
tulisan tersebut.
Dalam hal ini, tulisan adalah
aspek yang paling penting bagi manusia. Manusia bisa berekspresi melalui tulisan, bercita-cita melalui
tulisan, termotivasi melalui tulisan. Dari aspek tersebut, akan muncul objek
dan research walau bagaimanapun background menulisnya. Apalagi sebagai guru.
Tentunya tidak mesti merasa asing dengan menulis. Seperti kutipan pa Chaedar “
Jika tidak bisa menulis sebaiknya jangan bermimpi jadi dosen”.
0 comments:
Post a Comment