Monday, February 10, 2014

Seperti biasanya class riview ini ditunjukkan sebagai syarat masuk kelas dosen kita yaitu Mr. Lala. Sama seperti dosen-dosen yang lainnya , pada pertemuan pertama biasanya membahas tentang kontrak belajar (learning contract). Dan seperti smester sebelumnya juga bahwa class riview menjadi bagian atau syarat untuk kehadiran dalam mata kuliah Writing 4. Namun, pada smester ini, class riview meningkat yang dulunya 3 halaman pada Writing 2, 4 halaman pada Phonology, dan sekarang 5 halaman untuk Writing 4. Tapi, itu tidak jadi masalah. Ini merupakan sebuah tantangan bagi kita selaku mahasiswanya untuk lebih banyak membaca dan menulis.
            Nah, pada pertemuan ini, Mr. Lala bermaksud merubah nama mata kuliah yang tadinya Writing and Composition 4 menjadi Writing for Academic Purposes. Writing Composition 4 dianggap sudah ketinggalan zaman karena tidak semestinya kata Composition tercantum pada nama mata kuliah. Composition sendiri sudah mesti termasuk didalamnya. Begitu juga dengan Speaking, Reading dan listening yang mestinya mengacu pada target akademik (academic purposes).
            Academic Writing mengacu pada kita sebagai penulis dan objeknya atau apa yang kita tulis. Tidak seperti Speaking yang hanya mengacu pada kita sebagai speaker yang dituntut untuk selalu berbicara, Writing memerlukan objek , dan objek berasal dari penelitian (research).
            Penilaian tulisan pun akan jelas berbeda dengan Speaking. Walaupun menurut Hyland, Speaking diibaratkan sebagai bahasa pertama dan Writing sebagai bahasa kedua. Namun, penilaian bahasa kedua inilah yang sangat objektif dari setiap sisi, tidak peduli seberapa terkenal penulisya. Ya, menurut para pakar tulisan, bahwa tulisan bisa mencerminkan penulisnya apakah penulis itu bersifat Visioner (selalu berpandangan ke depan) dan Former ( selalu berpendangan ke belakang). Ini juga dibuktikan oleh research (penelitiandari penulis itu sendiri.
            Hyland (2004): Belajar menulis dalam bahasa pertama adalah aspek yang paling menantang dari belajar bahasa kedua.
            Ini mengindikasikan bahwa belajar menulis memerlukan sesuatu yang bersifat exensive dan pendalaman yang bersifat spealisasi. Ya, tulisan yang dianggap rujukan paling benar adalah yang bersumber dari penelitian yang bagus dan sudah dinilai dengan sangat objektif oleh para pembacanya. Seperti halnya buku yang menjadi rujukan oleh dokter di seluruh dunia adalah karangan Ibnu Sina. Buku tersebut sebenarnya sudah berumur ratusan tahun, akan tetapi isinya tetap menjadi rujukan sampai sekarang.
            Seperti yang ditulis Hyland, Ibnu Sina adalah Teacher of Language yang menjadi Teacher of Writing. Untuk merubahnya, menurut Hyland juga diperlukan kemampuan memberi pilihan tentang metode, materi, dan prosedur  yang  dalam hal ini adalah kelas yang berdasarkan pemahaman yang jelas dan praktek di dalamm profesinya. Kemudian guru yang energic adalah guru yang reflektif. Releksi mengindikasikan pengetahuan untuk menghubungkan aktiftas kelas pada penelitian dan theori yang relevan.
            Pendapat ini tidak sejalan dengan para pakar karena karena antara para penulis (Writer) kelas (Object) dan penelitian/ teori (Research) saling berkaitan. Dari sisi ini juga sebuah tulisan akan dinilai terutama dari sisi objeknya karena objek merupakan aspek terpenting yang menentukan apakah teori atau penelitian itu benar atau tidak.
            Tulisan juga melibatkan produksi Skill dan pengetahuan antara Text (bacaan), Context (tema)m dan Readers (pembaca). Dan seperti halnya speaking, writing (tulisan) melibatkan praktek karena bahasa pertama (speaking) adalah dasar untuk bahasa kedua (writing).
            Mr. Lala juga menulis bahwa  pengajaran menulis terdiri atas:
1.      Language structure: struktur bahasa, yaitu bergantung bahasa apa yang ditulis.
2.      Text Function: fungsi teks.
3.      Theme: topic, yaitu dalam tulisan tersebut akan apa saja yang ditulis.
4.      Creative Expression: pembuatan ekspresi dalam tulisan sehingga membuat pembaca tertarik.
5.      Composing processes: penyusunan proses
6.      Content: Isi, yaitu mengenai isi dari tulisan tersebut.
7.      Genre and Context of Writing: yaitu mengenai jenis dari tulisan tersebut.


Dalam hal ini, tulisan adalah aspek yang paling penting bagi manusia. Manusia bisa berekspresi  melalui tulisan, bercita-cita melalui tulisan, termotivasi melalui tulisan. Dari aspek tersebut, akan muncul objek dan research walau bagaimanapun background menulisnya. Apalagi sebagai guru. Tentunya tidak mesti merasa asing dengan menulis. Seperti kutipan pa Chaedar “ Jika tidak bisa menulis sebaiknya jangan bermimpi jadi dosen”.

0 comments:

Post a Comment