Monday, February 10, 2014

MUHAMMAD FIDRI HANSYAH
PBI-B / 4th SEMESTER
Writing & Composition 4

Appetizer Essay 1
13 Februari 2014

“Pentingnya Membudayakan Baca dan Tulis”
            Menulis seharusnya sudah menjadi sesuatu yang tidak sukar lagi bagi kita selaku manusia yang berpendidikan.  Apalagi kita sebagai mahasiswa yang cenderung memiliki wawasan dan intelektual tinggi jika dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan sama sekali, seharusnya kita bisa mengolah dan menyebarkan ilmu melalui karya tulis.  Akan tetapi dari fakta yang ada (A.Chaedar Alwasilah, Pikiran Rakyat, 28 Februari 2012), “menurut Dirjen pada saat sekarang ini jumlah karya ilmiah dari perguruan tinggi di Indonesia secara total masih rendah.” Hal ini menunjukan bahwa generasi muda zaman sekarang khususna para sarjana tidak menggunakan keahliannya untuk meneliti dan  memberikan kontribusi berupa karya ilmiah, baik itu jurnal maupun buku akademik karena mayoritas sarjana lulusan perguruan tinggi di Indonesia tidak bisa menulis.  Bahkan lebih parahnya lagi para dosenya pun mayorita tidak bisa menulis.
            Oleh karena itu Dirjen Pendidikan Tinggi telah melakukan hal yang tepat dengan mengeluarkan surat untuk membuat sarjana perguruan tinggi aktif  dalam menulis karya ilmiah.  Tujuannya yaitu untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.  Jika dibandingkan dengan negeri sebelah saja Indonesia             sudah tertinggal dalam segi pendidikan dan segi literasi, lalu apa kita akan diam saja menikapi Negara kita yang sudah tertinggal dalam hal tersebut? Tetapi faktanya banyak mahasiswa yang kontra terhadap keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi mengenai penulisan karya ilmiah.  Hal inilah yang ditakutkan bahwa mayoritas sarjana tidak bisa menulis.
            Jika minat baca tulis sekarang sangatlah rendah, jangankan untuk menulis karya ilmiah, membacanya pun mereka malas.  Bagaimana bisa seseorang menciptakan karya tulis yang baik jika membaca pun tidak suka?!  Seperti yang telah dibahas oleh saya dalam class review 1 bahwa menulis itu melibatkan keterampilan dan pengetahuan tentang teks, konteks, dan readers.  Namun dengan keterampilan dan pengetahuan saja tidak cukup, itu semua butuh latihan, karena perlu diketahui bahwa menulis akan semakin membaik jika kita terus berlatih dan mencari berbagai pengetahuan dari beragam sumber.
            Sebagai bangsa yan besar seharusnya kita dapat membudayakan minat baca dan tulis yang besar pula, dengan begitu kita dapat meningkatkan literasi di negeri kita ini.  Jangan sampai kita kalah dengan Negara sebelah yang mana Negara dan populasi para penduduknya pun lebh sedikit dari kita.  Sudah terlalu banyak kesalahan dalam pendidikan di Negara kita.  Tak lupa sudah terlalu banyak kesalahan dalam pendidikan di Negara kita, bukan saatnya kita saling menyalahkan satu sama lain.  Sekarang yang seharusnya dilakukan adalah berbenah dari kesalahan yang sudah ada.  Menurut survey yang dilakukan oleh mr. chaedar bahwa hamper 99% dari mahasiswanya menyalahkan diri mereka masing masing karena mereka mengatakan bahwa mereka itu tidak mempunyai background membaca yang baik hingga mereka menyalahkan diri mereka sendiri.  Pada kasus ini mereka beranggapan bahwa penulis itu sangat ahli dan tulisan si penulis terlalu tinggi untuk mereka pahami, sehingga bacaannya pun melebihi kapasitas mereka sebagai orang yang mempelajari hal baru tentang tulisan dan bacaan, oeh karena itu mereka tidak bisa berkonsentrasi ketika sedang membaca karena tidak mengerti akan bacaannya, yang pada akhirnya mereka menjadi malas untuk membaca.
            Permasalahan dalam membaca dan menulis tidak hanya melanda kalangan mahasisa, sarjana dan dosen saja, namun juga murid-murid yang ada di jenjang sekolah.  Sisa-siswi yang ada di sekolah menunjukan bahwa kemampuan membaca mereka sangatlah rendah, hal ini ditunjukan oleh sikap para siswa-siswi yang merasa kesulitan ketika membaca buku pelajaran ataupun bacaan lainnya, yang menurut mereka pembahasannya terlalu rumt, sehingga mereka sulit untuk memahami bacaan yang ada di bacaannya tersebut.  Hal ini menunjukan bahwa pendidikan bahasa tidak bisa membuat pembaca menjadi handal.  Dampaknya, guru dan dosen dianggap telah gagal mencetak peserta didik yang berliterasi.  Padahal sudah kta ketahui bahwa membaca adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari menulis.  Kemampuan membaca seseorang dapat menentukan kebagusan dari tulisannya, karena pengetahuan yang kita dapatkan melalui membaca dapat kita olah kembali melalui karya tulis.  Maka seharusnya peserta didik harus diajari untuk menyebarkan ilmu mereka agar tidak sia-sia melaui menulis.  Sesungguhnya tudak aka nada bacaan tanpa adanya tulisan, dan tidak akan ada tulisan yang bercita rasa tingi jika tidak ada pengetahuan dari membaca.
            Dari membaca dan menulis kita dapat menghasilkan hubungan untuk mengembangkan penulis-penulis muda yang akan menjadi penulis dewasa dalam penyalesaian kemajuan dalam pembelajaran, serta dapat menciptakan penulis penulis yang berintelektual.  Dengan begitu kebudayaan baca tulis akan membudaya di negeri kita ini, sehingga akan terciptanya ilmu pengetahuan yang terus berkembang melalui budaya literasi.
            Budaya seperti ini akan terus berjalan kondusif jika sejak dini mungkin peserta didik dilatih untuk terus berbudaya baca tulis.  Bukan tidak mungkin lagi bagi Negara kita untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang.

            Jadi kesimpulan yang dapat saya berikan dari pembahasan diatas yaitu minat baca dan tulis sangatlah penting, dan itu semua dapat terwujud apabila dari sedini mungkin dapat mencetak peserta didik yang memiliki budaya baca dan tulis.  Tujuannya agar para peserta didik dapat berliterasi ketika kelak mereka menjadi sarjana.

0 comments:

Post a Comment