Monday, February 10, 2014

Moh. Saeful mujahidi
14121310319
PBI/B/4
 Appetizer
Wacana 6.2

Siapkah Anda Menjadi Seorang Literator dan Literer?
Dalam menitih sebuah ilmu keberadaan literasi sebagai salah bagian di dalam belajar, sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas seorang pelajar. Literasi yang di dalamnya salah satu skill yaitu menulis, Menulis adalah salah satu kemampuan literasi, yakni membaca dan menulis sebagai wadah di dalam menuangkan ide dalam suatu karya ilmiah. Dengan menulis seseorang bisa mengungkapkan kreasinya melalui fikiran, imajinasi agar bisa menghasilkan suatu karya ilmiah yang bernilai tinggi. Tidak mudah menjadi seorang penulis di butuhkanya waktu untuk menjadi seorang penulis yang profesional. Menurut  Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Di dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), termasuk edisi ke 4 (2008) isitilah yang terdapat di dalamnya adalah literator (pembaca) dan literer (penulis) (hal. 386). Di dalam belajar seseorang mencapai suatu tingkat menulis membutuhkan beberapa fase diantaranya pertama, fase mendengarkan pada fase ini seseorang menyerap semua materi atau teoriyang kemudian di proses dan di simpan ke dalam memory otak.  kedua, fase berbicara pada fase ini setelah proses pendengaran, seseorang bisa menginterpretasikan  melalui media yaitu berbicara dengan menuangkan ide yang sudah di proses dalam memory otak. Ketiga, fase membaca fase adalah proses di mana seseorang membaca berupa pengetahuan, sebagai modal besar dalam sebuah litersai. Keempat fase menulis fase inilah semua fase yang sudah di bentuk kemudian direalisasikan kedalam kegiatan menulis.
Dalam wacana ini saya setuju dengan pendapat bahwasanya mayoritas lulusan sarjana S1 tidak bisa menulis. Bahkan dosenya pun mayoritas tidak bisa menulis. Dalam hal ini seorang sarjana S1 kurang begitu antusias dalam kegiatan literasi, salah satu kegiatan yang menjadi resep dalam literasi adalah membaca. Terkadang mahasiswa hanya menulisnya saja dengan tidak mempertimbangkan membaca sebagai mediator penghubung dari sebuah tulisan. Padahal ketika di imbangi dengan resep membaca maka hasil yang akan di sajikan pula akan berkualitas.


Saya juga setuju dengan pendapat bahwasanya kemampuan menulis artikel jurnal seperti yang diimbau oleh direktur jenderal pendidikan tinggi karena tahapan ini adalah literasi yang sangat tinggi, yakni kemampuan memproduksi ilmu pengetahuan. setelah membaca berbagai informasi dan melakukan penelitian harus mampu mengajukan sudut pandang baru dan juga harus mampu membntuknya dalam bentuk kesimpulan, rumus, atau teori. Karena sebuah artikel jurnal hanya dapat di nikamati oleh para dosen dengan muatan kuota ilmu yang sangat banyak dan wawasan yang begitu luas, sehingga lebih mudah dalam menyusun dan membentuk sebuah konsep ilmu, tetapi tidak menutup kemungkinan mahasiswa juga bisa menyusun artikel jurnal dengan membawa modal literasi.

wacana 6.3
Hampa Membaca Tanpa Menulis
kegiatan membaca memang harus diimbangi dengan menulis  karena sebagai modal yang akan di jadikan sebuah karya tulis. Ketika kedua resep literasi hilang satu, maka akan terasa hampa sajian yang di sajikan karena resep salah satunya  tidak ada, seperti para mahasiswa yang hanya mengandalkan membaca, dalam wacana ini 95% mahasiswa yang hanya mengandalkan membaca saja dengan tidak diimbangi dengan menulis. Dengan berlatar belakang kemampuanya yang hanya satu skill saja yakni membaca, kurang begitu lengkap dengan tidak di tulis, memang dalam menyeimbangkan kedua aspek tersebut tidaklah mudah ketekunan dan keuletan dan yang penting mau untuk memulainya. Di dalam langkah menuju literasi kegiatan menulislah yang menjadi pintu gerbang yang sulit untuk di buka karena harus mempunya kunci giat membaca.

Kegiatan menulis adalah kegiatan mengulang kembali apa yang sudah di baca yang kemudian di simpan kedalam unit yang sangat begitu besar nilainya jika di gunakan yaitu otak. Di racik kedalam sebuah fikiran dengan membentuk beberapa konsep ilmu yang sudah di baca karena semakin semakin banyak pengetahuan yang di dapat, semakin banyak pula tulisan yang dibuat.

0 comments:

Post a Comment