Moh.
Saeful mujahidi
14121310319
PBI/B/4
Appetizer
Wacana
6.2
Siapkah Anda Menjadi Seorang Literator dan Literer?
Dalam
menitih sebuah ilmu keberadaan literasi sebagai salah bagian di dalam belajar,
sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas seorang pelajar. Literasi yang di
dalamnya salah satu skill yaitu menulis, Menulis adalah salah satu kemampuan
literasi, yakni membaca dan menulis sebagai wadah di dalam menuangkan ide dalam
suatu karya ilmiah. Dengan menulis seseorang bisa mengungkapkan kreasinya
melalui fikiran, imajinasi agar bisa menghasilkan suatu karya ilmiah yang
bernilai tinggi. Tidak mudah menjadi seorang penulis di butuhkanya waktu untuk
menjadi seorang penulis yang profesional. Menurut Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis
dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai media penyampai.
Di dalam kamus besar bahasa indonesia
(KBBI), termasuk edisi ke 4 (2008) isitilah yang terdapat di dalamnya adalah
literator (pembaca) dan literer (penulis) (hal. 386). Di dalam belajar
seseorang mencapai suatu tingkat menulis membutuhkan beberapa fase diantaranya pertama, fase mendengarkan pada fase ini
seseorang menyerap semua materi atau teoriyang kemudian di proses dan di simpan
ke dalam memory otak. kedua, fase berbicara pada fase ini
setelah proses pendengaran, seseorang bisa menginterpretasikan melalui media yaitu berbicara dengan
menuangkan ide yang sudah di proses dalam memory otak. Ketiga, fase membaca fase adalah proses di mana seseorang membaca
berupa pengetahuan, sebagai modal besar dalam sebuah litersai. Keempat fase menulis fase inilah semua
fase yang sudah di bentuk kemudian direalisasikan kedalam kegiatan menulis.
Dalam wacana ini saya setuju dengan pendapat bahwasanya
mayoritas lulusan sarjana S1 tidak bisa menulis. Bahkan dosenya pun mayoritas
tidak bisa menulis. Dalam hal ini seorang sarjana S1 kurang begitu antusias
dalam kegiatan literasi, salah satu kegiatan yang menjadi resep dalam literasi
adalah membaca. Terkadang mahasiswa hanya menulisnya saja dengan tidak
mempertimbangkan membaca sebagai mediator penghubung dari sebuah tulisan.
Padahal ketika di imbangi dengan resep membaca maka hasil yang akan di sajikan
pula akan berkualitas.
Saya juga setuju dengan pendapat bahwasanya kemampuan
menulis artikel jurnal seperti yang diimbau oleh direktur jenderal pendidikan
tinggi karena tahapan ini adalah literasi yang sangat tinggi, yakni kemampuan
memproduksi ilmu pengetahuan. setelah membaca berbagai informasi dan melakukan
penelitian harus mampu mengajukan sudut pandang baru dan juga harus mampu
membntuknya dalam bentuk kesimpulan, rumus, atau teori. Karena sebuah artikel
jurnal hanya dapat di nikamati oleh para dosen dengan muatan kuota ilmu yang
sangat banyak dan wawasan yang begitu luas, sehingga lebih mudah dalam menyusun
dan membentuk sebuah konsep ilmu, tetapi tidak menutup kemungkinan mahasiswa
juga bisa menyusun artikel jurnal dengan membawa modal literasi.
wacana 6.3
Hampa Membaca Tanpa
Menulis
kegiatan membaca memang harus
diimbangi dengan menulis karena sebagai
modal yang akan di jadikan sebuah karya tulis. Ketika kedua resep literasi
hilang satu, maka akan terasa hampa sajian yang di sajikan karena resep salah
satunya tidak ada, seperti para mahasiswa
yang hanya mengandalkan membaca, dalam wacana ini 95% mahasiswa yang hanya
mengandalkan membaca saja dengan tidak diimbangi dengan menulis. Dengan
berlatar belakang kemampuanya yang hanya satu skill saja yakni membaca, kurang
begitu lengkap dengan tidak di tulis, memang dalam menyeimbangkan kedua aspek
tersebut tidaklah mudah ketekunan dan keuletan dan yang penting mau untuk
memulainya. Di dalam langkah menuju literasi kegiatan menulislah yang menjadi
pintu gerbang yang sulit untuk di buka karena harus mempunya kunci giat membaca.
Kegiatan menulis
adalah kegiatan mengulang kembali apa yang sudah di baca yang kemudian di
simpan kedalam unit yang sangat begitu besar nilainya jika di gunakan yaitu
otak. Di racik kedalam sebuah fikiran dengan membentuk beberapa konsep ilmu
yang sudah di baca karena semakin semakin banyak pengetahuan yang di dapat,
semakin banyak pula tulisan yang dibuat.
0 comments:
Post a Comment